/0/21794/coverbig.jpg?v=fbb80088f96ddf52b12b2608ba1542b9)
Don Arkhan. Nama yang ditakuti di dunia bawah tanah. Ia dingin, tegas, dan tak pernah membiarkan emosinya menguasai keputusan. Tapi semuanya berubah sejak pernikahannya dengan Yara, seorang gadis koplak yang membuatnya sering memijat kening karena tingkah konyolnya. Yara adalah paket lengkap kekacauan: manja, kocak, naif, dan selalu punya cara aneh untuk menyelesaikan masalah. Meskipun terlihat polos dan ceria, ia menyimpan luka mendalam dari masa lalunya yang kelam. Trauma itu membuatnya sering kabur saat Don Arkhan mencoba mendekatinya secara lebih intim. Bagaimana Don Arkhan, yang terkenal dengan aura mengintimidasi, bisa meluluhkan hati Yara dan membantu menyembuhkan lukanya? Di tengah konflik dengan rival Mafia dan drama internal organisasi, cinta mereka tumbuh dengan cara yang absurd tapi menghangatkan hati. Siap-siap tertawa, menangis, dan dibuat baper oleh kisah ini!
Suasana malam itu di sebuah ballroom mewah di Jakarta dipenuhi dengan kerlap-kerlip lampu kristal dan suara gelas saling berdenting. Acara amal yang diadakan oleh para sosialita ibu kota sedang berlangsung meriah. Para tamu berdandan megah dengan gaun mahal dan jas elegan, saling melempar senyum palsu sambil bertukar basa-basi. Namun di tengah kemewahan itu, seorang wanita muda bergaun merah terang dengan motif polkadot besar tampak sibuk mondar-mandir, wajahnya mencerminkan kebingungan.
Yara Avanindra, sang "bebeb koplak", jelas terlihat tak cocok dengan suasana formal ini. Dengan poni rambut yang sedikit mencuat karena salah pakai hairspray, ia tampak seperti anak ayam tersesat di kandang elang.
"Mana sih itu amplop donasi?! Kok tiba-tiba hilang gitu aja!" gumam Yara sambil menggigit kukunya. Ia baru saja ditugaskan oleh panitia untuk mengawasi amplop donasi berisi uang puluhan juta, tapi entah bagaimana, amplop itu menghilang dari meja tempat ia meletakkannya tadi.
Yara menatap sekeliling dengan gelisah. Ballroom yang luas itu penuh dengan tamu, dan semuanya tampak sibuk berbincang atau berdansa. Tidak ada yang mencurigakan. Namun, matanya tiba-tiba terpaku pada seorang pria di sudut ruangan. Pria itu mengenakan jas hitam sempurna yang membungkus tubuh atletisnya, wajahnya tajam dengan rahang tegas, dan sorot matanya dingin seperti es. Ia sedang berdiri sendirian dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya, terlihat seperti tidak terlalu menikmati acara ini.
"Ah! Jangan-jangan dia malingnya!" pikir Yara. Logika sederhana ala Yara langsung menghubungkan ekspresi pria itu yang tampak "mencurigakan" dengan hilangnya amplop donasi.
Tanpa berpikir panjang, Yara meraih tas kecilnya dan berjalan dengan penuh keyakinan ke arah pria itu. Langkahnya cepat dan penuh semangat, meskipun sebenarnya hatinya berdebar-debar. Ia tidak tahu siapa pria itu, tapi yang jelas, ia harus mendapatkan amplop itu kembali.
♡ ♡ ♡
Don Arkhan, pemimpin mafia paling ditakuti di Indonesia, berdiri di sudut ruangan sambil menatap bosan ke arah keramaian. Ia sebenarnya tidak ingin hadir di acara ini, tapi Rendra, tangan kanannya, bersikeras bahwa kehadiran mereka penting untuk menjaga citra organisasi. Lagipula, acara seperti ini adalah tempat yang sempurna untuk membangun koneksi dengan para "penguasa" di permukaan.
Namun, malamnya yang tenang mendadak terganggu oleh sosok wanita yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Wanita itu berdiri dengan tangan berkacak pinggang, wajah penuh percaya diri, meskipun ada sedikit gugup di matanya.
"Hei, Mas Maling!" seru Yara dengan suara yang sedikit gemetar, tapi nada menuduhnya jelas.
Don Arkhan mengangkat alisnya, sedikit bingung. Ia tidak percaya ada seseorang yang cukup nekat untuk memanggilnya "maling" di depan umum.
"Maaf?" jawab Arkhan singkat, suaranya rendah dan penuh wibawa. Sorot matanya yang dingin membuat Yara sedikit mundur, tapi ia mencoba menguatkan diri.
"Jangan pura-pura nggak tahu, ya! Saya tahu kamu nyuri amplop donasi! Cepat balikin, deh, sebelum saya lapor ke panitia!" Yara menunjuk wajah Arkhan dengan jari telunjuknya. Gaya bicaranya penuh semangat, meskipun tubuhnya sedikit gemetar.
Arkhan menatap wanita di depannya dengan ekspresi datar. Ia mencoba mencerna situasi ini. Siapa wanita ini? Dan kenapa ia berani menuduhnya mencuri?
"Amplop donasi?" tanya Arkhan dengan nada datar, suaranya nyaris seperti bisikan. Ekspresinya tetap tenang, tapi ada sedikit kerutan di dahinya.
"Iya! Amplop donasi! Jangan pura-pura bego, Mas! Saya lihat kamu berdiri di dekat meja waktu amplop itu hilang!" balas Yara, nadanya semakin tinggi. Ia merasa bahwa pria di depannya ini terlalu santai, bahkan setelah ia menuduhnya.
Dalam hati, Arkhan merasa terhibur. Sudah lama sejak ada seseorang yang berani berbicara kepadanya dengan nada seperti ini. Biasanya, orang-orang langsung gemetar di hadapannya. Tapi wanita ini? Ia seperti tidak takut mati.
"Saya rasa kamu salah orang, Nona," jawab Arkhan akhirnya, suaranya tetap tenang. Ia melirih sedikit, seolah mencoba menahan tawa. "Saya tidak mencuri apa pun."
"Tapi... tapi muka kamu tuh kayak... ya, kayak maling!" Yara tergagap, tapi tetap mencoba mempertahankan posisinya. Dalam hati, ia mulai ragu. Pria ini memang terlihat mencurigakan, tapi ia tidak punya bukti apa-apa.
Rendra, yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari Arkhan, akhirnya melangkah mendekat. Ia tidak bisa menahan senyum melihat situasi ini. "Bos, kayaknya kita baru ketemu orang paling berani di acara ini," gumamnya sambil melirik Yara.
Arkhan hanya menghela napas. "Sudah cukup. Aku tidak punya waktu untuk omong kosong ini."
Yara menggigit bibirnya, merasa malu tapi juga tidak ingin menyerah begitu saja. "Oke, kalau kamu nggak mau ngaku, saya panggil panitia, ya! Biar mereka yang urus!"
Arkhan menatapnya tajam. "Coba saja. Tapi aku jamin, kamu akan menyesal."
Nada suaranya yang rendah dan dingin membuat Yara merinding. Tapi sebelum ia bisa membalas, seorang petugas keamanan tiba-tiba mendekat.
"Maaf, Nona Yara. Amplop donasinya sudah ditemukan. Ternyata jatuh di bawah meja," kata petugas itu sambil menyerahkan amplop tersebut.
Wajah Yara langsung memerah. Ia menoleh ke arah Arkhan dengan canggung. "Oh... jadi nggak hilang?"
Arkhan hanya menatapnya tanpa ekspresi, tapi ada sedikit senyum di sudut bibirnya.
♡ ♡ ♡
Setelah kejadian itu, Yara mencoba menghindari Arkhan selama sisa acara. Ia merasa malu luar biasa atas tuduhannya tadi. Tapi, entah kenapa, pria itu selalu muncul di mana pun ia berada. Ketika ia pergi ke meja makanan, Arkhan ada di sana. Ketika ia berdiri di dekat panggung, Arkhan berdiri tidak jauh darinya.
"Apa dia ngikutin aku?" gumam Yara pelan sambil melirik ke arah Arkhan, yang tampak berbicara dengan beberapa tamu.
Namun, pikirannya segera teralihkan ketika panitia menghampirinya untuk memberikan tugas baru. Ia diminta untuk membagikan kupon hadiah kepada para tamu. Tugas ini cukup sederhana, tapi bagi Yara, apa pun bisa menjadi rumit.
Sambil membawa setumpuk kupon, Yara mulai membagikannya kepada para tamu. Namun, karena terlalu fokus, ia tidak melihat ke arah kakinya dan akhirnya tersandung kabel yang melintang di lantai. Tubuhnya terhuyung ke depan, dan sebelum ia menyadarinya, ia sudah menabrak seseorang.
Braak!
Kupon-kupon di tangannya beterbangan ke udara, dan tubuhnya jatuh tepat ke dada seseorang. Ketika ia mendongak, ia melihat wajah Arkhan yang dingin menatapnya.
"Masya Allah, Mas! Kenapa sih selalu ada di mana-mana?! Kamu ngikutin aku, ya?!" seru Yara dengan nada panik.
Arkhan mendesah pelan. "Kamu yang nabrak aku, Nona. Lagi pula, aku tidak punya waktu untuk mengikuti orang sepertimu."
Yara mengerutkan dahi. "Orang sepertiku? Maksud kamu apa? Jangan-jangan kamu masih dendam karena aku tuduh maling tadi, ya? Dengar ya, aku udah minta maaf dalam hati, kok!"
Rendra, yang berdiri tidak jauh, tertawa kecil mendengar percakapan mereka. "Bos, kayaknya kamu baru nemu lawan yang cocok," gumamnya pelan.
Arkhan hanya menggelengkan kepala. Ia tidak tahu apa yang membuatnya tetap sabar menghadapi wanita ini, tapi ada sesuatu tentang Yara yang membuatnya sulit untuk mengabaikannya begitu saja.
♡ ♡ ♡
Malam itu, setelah acara selesai, Yara merasa lega bisa keluar dari ballroom tanpa harus bertemu Arkhan lagi. Namun, ketika ia sedang berjalan menuju parkiran, sebuah mobil hitam berhenti di depannya. Kaca jendela mobil itu turun, dan wajah Arkhan muncul dari baliknya.
"Masuk," kata Arkhan singkat.
Yara tertegun. "Hah? Masuk ke mana? Aku nggak pesan taksi online, deh."
Arkhan menatapnya tajam. "Aku tidak suka mengulangi perintah dua kali. Masuk sekarang, atau aku yang menarikmu masuk."
Zara, seorang pewaris muda yang dikenal hanya dari bayang-bayang kekayaan keluarganya, memutuskan menyamar sebagai karyawan biasa di perusahaannya untuk mengetahui kehidupan sehari-hari para karyawannya. Dalam penyamarannya, ia bertemu Arman, seorang manajer ambisius yang memiliki potensi dan sikap dingin. Namun, seiring waktu, Zara mendapati dirinya terjebak di antara dua pilihan: menyelamatkan perusahaan dari ancaman yang muncul dari dalam atau mempertahankan identitas samar yang melindunginya. Apakah Zara mampu menghadapi rahasia yang terungkap di balik layar bisnis ini, atau justru akan menjadi korban dari identitas yang ia sembunyikan?
Nadia, perempuan ambisius dengan kehidupan penuh kemewahan, tak pernah menyangka akan tertarik pada Akbar, seorang hafidz Qur'an yang hidup sederhana. Terjebak di antara cita-citanya dan pesan spiritual yang Akbar tanamkan, Nadia mulai mempertanyakan tujuan hidupnya. Saat hati mulai mengalahkan logika, dia dihadapkan pada pilihan sulit: mempertahankan status sosial atau mengejar kebahagiaan sejati bersama Akbar. Namun, cinta mereka menghadapi tantangan besar, karena bagi keluarganya, Akbar bukanlah pasangan yang "setara." Apakah cinta sejati mereka dapat menembus batas sosial dan ekonomi yang membelenggu?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Syifa, yang seorang Ibu rumah tangga dengan ketiga anaknya, harus menerima kenyataan bahwa sang suami yang bernama Danu tega mengkhinatinya dengan sahabat istrinya sendiri. Syifa sama sekali tidak bersedih, justru dia akan membalaskan dendam pada sang suami dan juga selingkuhannya dengan caranya yang cerdik. Apakah itu? Yuk kepoin dan baca ceritanya hingga tamat.
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?