/0/21538/coverbig.jpg?v=99986d535c531f7544eb427d9a9de245)
Zara, seorang pewaris muda yang dikenal hanya dari bayang-bayang kekayaan keluarganya, memutuskan menyamar sebagai karyawan biasa di perusahaannya untuk mengetahui kehidupan sehari-hari para karyawannya. Dalam penyamarannya, ia bertemu Arman, seorang manajer ambisius yang memiliki potensi dan sikap dingin. Namun, seiring waktu, Zara mendapati dirinya terjebak di antara dua pilihan: menyelamatkan perusahaan dari ancaman yang muncul dari dalam atau mempertahankan identitas samar yang melindunginya. Apakah Zara mampu menghadapi rahasia yang terungkap di balik layar bisnis ini, atau justru akan menjadi korban dari identitas yang ia sembunyikan?
Zara duduk di meja kecil yang terletak di sudut ruangan kantornya yang baru. Suasana di sekitar penuh dengan kebisingan ketukan keyboard, suara telepon berdering, dan percakapan ringan antar karyawan. Namun, di balik semua itu, pikirannya jauh melayang. Ia mengenakan pakaian yang sederhana, berbeda jauh dengan gaya hidupnya yang biasa. Blus putih, celana panjang hitam, dan sepatu flat yang nyaman-semuanya berusaha menciptakan kesan bahwa ia hanyalah seorang karyawan biasa, bukan seorang pewaris kaya yang memiliki segalanya.
Sejak lama, Zara merasa terkekang oleh bayang-bayang nama besar keluarganya. Semua orang mengenalnya sebagai anak pemilik perusahaan besar, namun sedikit yang mengetahui siapa dirinya sebenarnya-termasuk para karyawan yang bekerja di bawahnya. Ini adalah masalah besar, yang menurutnya sudah waktunya untuk diselesaikan. Ia ingin melihat bagaimana para pekerja di perusahaannya berjuang dan bertahan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Maka, untuk pertama kalinya, Zara memutuskan untuk menyamar.
"Zara, kamu pasti nggak mau datang ke acara makan siang kan?" Tanya Tina, rekan kerja yang baru saja dikenalnya sejak ia mulai bekerja di sana. Suaranya ceria, dan senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya.
Zara tersenyum tipis. "Nggak, Tina. Terima kasih, aku lebih suka makan di sini saja," jawabnya pelan.
Tina mengangguk dan pergi dengan langkah cepat, mungkin tidak menyadari bahwa Zara memilih untuk tidak ikut serta karena ia ingin tetap fokus pada identitas barunya. Di satu sisi, ia merasa nyaman dengan kehidupan barunya ini-hidup tanpa sorotan, hidup tanpa perlakuan istimewa yang selalu datang karena statusnya.
Namun, ada ketegangan yang menggelayuti hatinya. Ia tahu, ia harus berhati-hati. Sebagai pewaris, jika identitasnya terungkap, semuanya akan berubah. Perhatian dari para karyawan, manajer, bahkan CEO sementara-Pak Budi-akan langsung tertuju padanya, dan ia tak tahu apakah ia siap untuk itu.
Seperti yang sudah ia duga, tidak lama setelah Tina pergi, Arman muncul. Pria itu tidak menyapa, hanya melirik sekilas pada Zara dengan tatapan dingin yang tajam. Arman Wijaya, manajer yang sudah terkenal dengan ambisinya di perusahaan. Zara tahu betul siapa dia-mungkin lebih dari yang Arman sendiri sadari. Tapi di sini, di tempat yang jauh dari dunia luar, mereka berdua hanyalah dua orang biasa yang terjebak dalam rutinitas kantor.
"Zara, kan? Baru mulai kerja di sini?" Suara Arman tiba-tiba memecah keheningan, membuat Zara mengalihkan pandangannya.
"Ya, saya baru saja bergabung," jawab Zara sambil menyembunyikan ketegangan di dalam hatinya. Ia mencoba untuk terlihat tidak cemas, tetapi ada sesuatu dalam diri Arman yang membuatnya merasa waspada.
Arman melangkah lebih dekat, memandang layar laptop di hadapannya. "Kamu baru di sini, jadi kamu belum tahu banyak tentang bagaimana cara kerja kita di sini. Tapi aku rasa kamu akan cepat beradaptasi," ujarnya dengan nada suara yang lebih rendah, namun tetap terdengar penuh wibawa.
Zara mengangguk dengan ragu, berusaha untuk tidak terlihat terlalu canggung. "Terima kasih, saya berharap begitu."
"Kalau ada yang perlu ditanyakan, jangan ragu untuk menghubungi saya." Arman berkata tanpa menoleh, seperti sudah biasa mengeluarkan kalimat itu kepada setiap orang yang baru bergabung.
Zara hanya tersenyum kecil. Kalimat itu mungkin biasa, tapi Zara tahu bahwa Arman lebih tajam dari yang ia tunjukkan. Sesuatu dalam cara pria itu menatapnya membuatnya merasa tidak nyaman. Seperti ada yang ia perhatikan-sesuatu yang Zara coba sembunyikan.
Setelah Arman pergi, Zara kembali terjebak dalam pikirannya sendiri. Ia tahu bahwa Arman tidak bodoh. Jika ia terus bertahan dalam penyamarannya, ia harus benar-benar berhati-hati. Ada banyak hal yang ia masih harus pelajari tentang perusahaan ini, termasuk hubungan antara karyawan dan manajer yang lebih tinggi. Arman, dengan ambisi besarnya, bisa jadi merupakan ancaman besar bagi dirinya.
Hari-hari berikutnya berlalu begitu saja. Zara berusaha untuk beradaptasi dengan pekerjaan barunya, mengerjakan tugas-tugas ringan yang diberikan kepadanya. Ia bekerja dengan tekun, berusaha menutupi identitas aslinya, namun setiap hari ia semakin merasa terperangkap. Arman semakin sering mengawasi gerak-geriknya. Sesekali, ia menangkap pandangan tajam Arman yang tampaknya menilai dirinya dari berbagai sisi.
Tina, sahabat baru Zara, terus menawarkan dukungannya. Namun, meskipun Zara tahu Tina baik, ia tidak bisa membiarkan siapapun mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Mungkin, hanya Arman yang mulai merasakan ada yang tidak beres.
Pagi itu, Zara sedang duduk di meja kerjanya, mengetik laporan yang diberikan kepadanya oleh Arman. Suasana kantor tidak berbeda jauh dengan biasanya, namun di dalam hati Zara, ada perasaan cemas yang menggelora. Laporan ini, yang seharusnya sederhana, kini terasa sangat berat. Ia tidak tahu mengapa, tetapi semua ini terasa semakin menegangkan.
Tanpa diduga, Arman muncul di belakangnya, berdiri tanpa suara, seolah sudah terbiasa dengan ruang di sekitar Zara. "Zara," panggilnya datar.
Zara langsung menoleh, mencoba menyembunyikan ketegangan yang mulai menguasai dirinya. "Ya, Arman?"
Arman memandangnya dengan seksama, seperti sedang menilai. "Ada yang aneh dengan laporan ini. Apa kamu yakin ini benar-benar data yang akurat?"
Zara merasa tubuhnya sedikit tegang. Ia tahu, Arman sedang memeriksa setiap detail dengan ketelitian luar biasa. "Saya sudah pastikan semuanya, Arman. Itu data yang benar," jawab Zara, mencoba menjaga ketenangannya.
Arman masih diam sejenak, kemudian berjalan ke arah mejanya, tidak berkata apapun lebih lanjut. Namun, Zara tahu bahwa sesuatu sedang berubah di antara mereka. Arman tidak puas, dan ia merasakan bahwa Arman mulai curiga. Ini lebih dari sekadar pekerjaan. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di perusahaan ini, dan Zara mulai merasa semakin terperangkap dalam permainan yang tidak bisa ia kendalikan.
Di sisi lain, Rahmat, karyawan senior yang cukup lama bekerja di perusahaan, mulai memperhatikannya juga. Ia bukan orang yang mudah dibohongi. Dengan pengalaman yang panjang, ia sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mudah oleh orang-orang baru di perusahaan, termasuk Zara.
Satu malam, setelah jam kerja selesai, Zara sedang duduk di ruang istirahat, mencoba menenangkan pikirannya. Rahmat tiba-tiba masuk, duduk di sebelahnya dengan santai, namun tatapan matanya penuh dengan curiga.
"Zara," kata Rahmat pelan, "kamu benar-benar baru di sini, kan?"
Zara menatap Rahmat dengan cermat, mencoba membaca niatnya. "Ya, benar. Kenapa?"
Rahmat tersenyum tipis. "Jangan terlalu percaya sama yang tampak di luar, Zara. Semua orang punya rahasia."
Zara mengerutkan kening. "Maksudmu?"
Rahmat mengangkat bahu, tetap tersenyum dengan misterius. "Hati-hati saja. Ada permainan besar di dalam perusahaan ini, dan tidak semua orang yang kamu lihat di sini bisa dipercaya."
Zara terdiam. Kata-kata Rahmat menyisakan banyak tanda tanya di kepalanya. Siapa yang bisa ia percayai di sini? Bagaimana jika semuanya memang lebih rumit daripada yang ia duga?
Seketika, suara pintu terbuka dan Pak Budi masuk dengan senyuman yang sangat ramah. Namun, dalam hatinya, Zara merasa ada sesuatu yang tidak beres. Pak Budi selalu terlihat sangat baik, tetapi ada aura ambisi yang tak terlihat di balik senyumannya.
Pak Budi mendekat. "Zara, sudah lama kamu di sini? Sepertinya kamu mulai nyaman, ya?"
Zara tersenyum kecil. "Ya, Pak. Terima kasih sudah memberi kesempatan."
Namun, di dalam hati Zara, ada perasaan yang semakin kuat bahwa ia harus segera mengambil langkah lebih hati-hati. Tidak hanya untuk menyamar, tetapi juga untuk mengungkap rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik layar bisnis ini.
Dan saat Pak Budi berbalik pergi, Zara merasa bahwa hari itu, keputusan besar sedang menunggu di hadapannya. Namun ia tidak tahu, apakah ia siap untuk menghadapi semuanya-termasuk kebenaran yang mungkin akan menghancurkan dirinya.
Don Arkhan. Nama yang ditakuti di dunia bawah tanah. Ia dingin, tegas, dan tak pernah membiarkan emosinya menguasai keputusan. Tapi semuanya berubah sejak pernikahannya dengan Yara, seorang gadis koplak yang membuatnya sering memijat kening karena tingkah konyolnya. Yara adalah paket lengkap kekacauan: manja, kocak, naif, dan selalu punya cara aneh untuk menyelesaikan masalah. Meskipun terlihat polos dan ceria, ia menyimpan luka mendalam dari masa lalunya yang kelam. Trauma itu membuatnya sering kabur saat Don Arkhan mencoba mendekatinya secara lebih intim. Bagaimana Don Arkhan, yang terkenal dengan aura mengintimidasi, bisa meluluhkan hati Yara dan membantu menyembuhkan lukanya? Di tengah konflik dengan rival Mafia dan drama internal organisasi, cinta mereka tumbuh dengan cara yang absurd tapi menghangatkan hati. Siap-siap tertawa, menangis, dan dibuat baper oleh kisah ini!
Nadia, perempuan ambisius dengan kehidupan penuh kemewahan, tak pernah menyangka akan tertarik pada Akbar, seorang hafidz Qur'an yang hidup sederhana. Terjebak di antara cita-citanya dan pesan spiritual yang Akbar tanamkan, Nadia mulai mempertanyakan tujuan hidupnya. Saat hati mulai mengalahkan logika, dia dihadapkan pada pilihan sulit: mempertahankan status sosial atau mengejar kebahagiaan sejati bersama Akbar. Namun, cinta mereka menghadapi tantangan besar, karena bagi keluarganya, Akbar bukanlah pasangan yang "setara." Apakah cinta sejati mereka dapat menembus batas sosial dan ekonomi yang membelenggu?
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Yolanda mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Setelah mengetahui taktik mereka untuk memperdagangkannya sebagai pion dalam kesepakatan bisnis, dia dikirim ke tempat kelahirannya yang tandus. Di sana, dia menemukan asal usulnya yang sebenarnya, seorang keturunan keluarga kaya yang bersejarah. Keluarga aslinya menghujaninya dengan cinta dan kekaguman. Dalam menghadapi rasa iri adik perempuannya, Yolanda menaklukkan setiap kesulitan dan membalas dendam, sambil menunjukkan bakatnya. Dia segera menarik perhatian bujangan paling memenuhi syarat di kota itu. Sang pria menyudutkan Yolanda dan menjepitnya ke dinding. "Sudah waktunya untuk mengungkapkan identitas aslimu, Sayang."
Marsha terkejut saat mengetahui bahwa dia bukanlah anak kandung orang tuanya. Karena rencana putri asli, dia diusir dan menjadi bahan tertawaan. Dikira terlahir dari keluarga petani, Marsha terkejut saat mengetahui bahwa ayah kandungnya adalah orang terkaya di kota, dan saudara laki-lakinya adalah tokoh terkenal di bidangnya masing-masing. Mereka menghujaninya dengan cinta, hanya untuk mengetahui bahwa Marsha memiliki bisnis yang berkembang pesat. "Berhentilah menggangguku!" kata mantan pacarnya. "Hatiku hanya milik Jenni." "Beraninya kamu berpikir bahwa wanitaku memiliki perasaan padamu?" kata seorang tokoh besar misterius.