Kehidupan rumah tangga Tiara Maheswari yang dianggap baik-baik saja, ternyata tidak. Reno Sebastian yang selama ini sangat mencintai sang istri. Kini dia telah membagi hatinya dengan wanita lain. Sang suami ternyata telah menikah lagi secara diam-diam. Akankah Tiara mempertahankan rumah tangganya atau lebih baik pergi di kehidupan sang suami?
"Papa mau ke mana? Kenapa buru-buru sekali?" tanya Tiara kepada Reno
"Papa ada keperluan mendadak. Klien Papa tiba-tiba menghubungi Papa. Sudah ya, Papa harus ke sana." Reno meninggalkan Tiara begitu saja.
"Ini sudah malam. Memangnya tidak bisa besok lagi!" teriak Tiara kepada Reno yang sedang berjalan.
Sementara Reno tetap saja berjalan tanpa peduli ucapan sang istri.
Tiara hanya bisa menghela napas kecewa. "Ini bukan jam kerja dan juga sudah malam. Masa jam segini klien menghubungi." Tiara melihat jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. "Awas saja kalau kamu bohong!"
***
"Ma. Papa ke mana? Kok tidak ada?" tanya Maura di sela-sela sarapan.
"Papamu ada perlu, Sayang," jawab Tiara, "sudah habiskan sarapannya."
"Iya, Ma."
***
Tiara sedang membantu karyawannya membungkus pakaian yang akan di kirim ke pembeli. Di rumahnya Tiara menyediakan satu ruangan untuk tempat berjualan pakaian online dan dia mempunyai lima karyawan.
Ponsel Tiara tiba-tiba berdering ketika sedang membungkus pakaian. Dia kemudian mengangkatnya.
"Hallo, Ma. Maaf, ya. Papa tidak langsung pulang. Papa sekalian saja ke kantor. Sekarang Papa mau jemput Maura dulu, baru Papa ke kantor lagi. Mama tidak usah jemput Maura. Biar Papa saja, ya," ucap Reno dan langsung mematikan ponselnya.
"Hallo, Pa!" teriak Tiara, "kenapa langsung ditutup sih? Aku belum bicara juga," gerutu Tiara lalu menyimpan benda pipih di saku bajunya sambil menghela napas kecewa.
***
"Papa!" Maura berlari mendekati sang ayah yang sudah menjemputnya.
"Hai, Sayang." Punggung tangan Reno sedang dicium oleh Maura.
Ayo, kita ke mobil." Reno meraih tangan Maura.
Maura menganggukkan kepalanya sambil berjalan. "Papa kok, tadi pagi tidak ada?" tanya Maura.
"Papa ada perlu. Ada pekerjaan yang tidak bisa Papa tinggalkan," jelas Reno, "oh, iya, Maura. Di dalam mobil ada teman Papa. Eemm, kamu jangan bilang mama ya kalau Papa menjemputmu sama teman Papa." Reno jongkok menghadap Maura tepat di dekat mobilnya.
"Memangnya kenapa, Pa?"
"Tidak apa-apa. Papa cuma tidak mau nanti Mamamu salah paham sama Papa. Oke, Sayang. Kamu jangan bilang, ya!" perintah Reno lalu bangun dari jongkoknya.
"iya, Pa."
"Ya sudah. Ayo, masuk." Reno membuka pintu mobil untuk Maura.
Maura kemudian masuk. Dia duduk di kursi belakang. Sementara wanita yang bernama Vega duduk di depan bersama Reno.
"Hai, cantik. Siapa namamu?" Vega membalikkan badan ke arah Maura.
"Namaku Maura, Tante."
"Nama yang cantik. Sama seperti orangnya," ucap Vega lalu tersenyum dan kembali duduk seperti semula.
Maura kemudian memperhatikan wanita tersebut dari belakang. Dia teringat sang mama dan hatinya seakan tidak terima melihat sang ayah duduk berdua dengan wanita lain. Umur Maura sudah menginjak tujuh tahun.
"Sayang. Kita antar Tante dulu, ya. Baru Papa antar kamu pulang."
"Iya, Pa."
***
Reno sudah mengantar Vega. Maura duduk di depan bersama sang ayah.
"Kamu benar janji, ya. Jangan bilang mama kalau Papa mengantar Tante Vega." Reno menoleh sesaat lalu kembali fokus menyetir.
"Memangnya kenapa Mama tidak boleh tahu? 'Kan Tante cuma teman Papa doang."
"Iya, memang cuma teman Papa doang. Cuma tetap saja nanti Mama marah sama Papa."
"Kata Mama jangan suka bohong. Papa juga pernah bilang jangan suka bohong. Kenapa, Papa malah bohongin Mama?"
"Bukan begitu, Maura. Ini berbohong demi kebaikan. Kamu mau nanti Mama sama Papa berantem gara-gara Mama marah karena Papa antar teman Papa?"
Maura menggelengkan kepalanya sambil memperhatikan sang ayah yang sedang fokus menyetir.
"Nah, berarti kamu jangan bilang sama Mama. Oke, Sayang," pinta Reno.
"Oke, Pa."
"Anak pintar." Reno mengusap-usap pucuk kepala sang anak menggunakan tangan kiri. "Tapi Papa tidak akan turun. Soalnya Papa masih ada kerjaan."
"Oke deh, Pa."
***
"Assalamualaikum, Ma." Maura menghampiri Tiara lalu meraih tangan Tiara.
"Waalaikumsalam, Sayang," jawab Tiara, "kamu di jemput Papa, 'kan?"
"Iya, Ma di jemput Papa," jawab Maura lalu memperhatikan wajah sang mama.
"Papanya lansung pergi lagi?" Tiara melihat-lihat ke arah depan.
"Iya, Ma. Kata Papa masih ada pekerjaan."
Tiara menganggukkan kepalanya. "Ya sudah sana kamu ganti baju dulu."
Maura menganggukkan kepalanya lalu berjalan meninggalkan ruangan sang mama.
***
Reno kembali lagi ke tempat di mana Vega di turunkan. Vega kemudian menaiki mobil Reno.
"Aku tidak lama, 'kan?" tanya Reno kepada Vega yang sudah menaiki mobil Reno.
"Ya, lumayanlah," jawab Vega, "Mas. Kamu yakin anakmu tidak akan mengatakan apa pun sama istrimu?" tanya Vega kepada Reno yang sedang fokus menyetir.
"Kamu tenang saja. Anakku tidak akan berkata apa-apa."
"Bagus deh," ucap Vega lalu tersenyum.
***
"Malam, Ma." Reno mencium kening sang istri.
"Jam berapa sekarang?" Tiara bangun dari tidurnya.
"Sudah jam sepuluh."
"Papa lembur lagi? Kenapa akhir-akhir ini, Papa sering lembur?"
"Ya mau bagaimana lagi. Bekerja di lapangan kadang ada sesuatu yang tidak beres. Jadi mau tidak mau Papa harus lembur." Reno menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur.
Reno bekerja sebagai manajer kontruksi di perusahaan besar. Dia selalu sibuk di lapangan dan memang harus bertemu dengan tim.
"Ya sudah kalau, Papa memang benar-benar lembur. Mama takut saja Papa bilang lembur, tetapi, Papa malah sama wanita lain!" ketus Tiara.
"Ngaco kamu ini. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang Papa."
"Bagaimana tidak berpikiran yang aneh-aneh. Papa akhir-akhir ini sering lembur. Tidak seperti biasanya. Papa selalu pulang tepat waktu, tetapi sekarang ...."
"Sudahlah! Buang jauh-jauh pikiran itu! Ayo, tidur lagi." Reno menarik tangan Tiara.
Tiara pun berbaring kembali.
"Mama tidak kangen sama Papa?" Reno menggeserkan tubuhnya ke arah Tiara.
"Kalau Mama tidak kangen sama, Papa. Tidak mungkin Mama kesal karena Papa pulang lembur. Itu berarti Mama kangen. Papa juga terkadang tidak pulang. Gimana Mama tidak kangen," ujar Tiara lalu memajukan bibirnya.
Reno tertawa mendengar ucapan sang istri. "Sama Papa juga kangen." Reno memeluk tubuh sang istri lalu mencium bibir sang istri.
Tiara membalas ciuman sang suami. Tidak bisa dipungkiri Tiara menantikan hal seperti ini. Sudah tiga minggu sang suami tidak menjamahnya karena alasan lembur dan capek dan terkadang tidak pulang.
Namun, ketika mereka sedang bercumbu. Tiba-tiba ponsel Reno berdering. Mereka berhenti sejenak. Akan tetapi, Reno kembali mencumbui sang istri dan menghiraukan panggilan tersebut.
"Pa! suara ponselmu mengganggu. Kamu angkat saja dulu. Malam-malam begini siapa yang menghubungimu sih, Pa?!" marah Tiara.
Reno bangun dari kasur lalu mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubunginya. Nama samaran Vega muncul dengan nama Pak Tio.
Dia kemudian mengerutkan keningnya dan berbicara dalam hati. "Aku, 'kan sudah bilang. Jangan menghubungiku!"
Belum tiga bulan pernikahan kontrak Adelia dengan CEO Arsenio Arfandra. Adelia justru tiba-tiba diusir oleh ibunda Arsenio karena ketahuan berbohong. Satu bulan berlalu, Adelia telah mengandung benih dari Arsenio. Namun, penolakan yang diterima oleh Adelia ketika ia meminta pertanggungjawaban dari Arsenio. Arsenio ternyata menyesali perbuatannya. Ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Adelia. Namun, keberuntungan tidak berpihak kepada Arsenio. Ia malah diundang ke acara pernikahan karyawannya sendiri, sang manajer yang bernama Vino telah bersanding dengan Adelia. Bagaimana hubungan mereka selanjutnya? Apakah Adelia akan mengakui kepada Vino jika Arsenio adalah ayah dari Giovanni? Atau akan menyembunyikannya?
Bagi Sella Wisara, pernikahan terasa seperti sangkar yang penuh duri. Setelah menikah, dia dengan bodoh menjalani kebidupan yang menyedihkan selama enam tahun. Suatu hari, Wildan Bramantio, suaminya yang keras hati, berkata kepadanya, "Aisha akan kembali, kamu harus pindah besok." "Ayo, bercerailah," jawab Sella. Dia pergi tanpa meneteskan air mata atau mencoba melunakkan hati Wildan. Beberapa hari setelah perceraian itu, mereka bertemu lagi dan Sella sudah berada di pelukan pria lain. Darah Wildan mendidih saat melihat mantan isrtinya tersenyum begitu ceria. "Kenapa kamu begitu tidak sabar untuk melemparkan dirimu ke dalam pelukan pria lain?" tanyanya dengan jijik. "Kamu pikir kamu siapa untuk mempertanyakan keputusanku? Aku yang memutuskan hidupku, menjauhlah dariku!" Sella menoleh untuk melihat pria di sebelahnya, dan matanya dipenuhi dengan kelembutan. Wildan langsung kehilangan masuk akal.
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Julita diadopsi ketika dia masih kecil -- mimpi yang menjadi kenyataan bagi anak yatim. Namun, hidupnya sama sekali tidak bahagia. Ibu angkatnya mengejek dan menindasnya sepanjang hidupnya. Julita mendapatkan cinta dan kasih sayang orang tua dari pelayan tua yang membesarkannya. Sayangnya, wanita tua itu jatuh sakit, dan Julita harus menikah dengan pria yang tidak berguna, menggantikan putri kandung orang tua angkatnya untuk memenuhi biaya pengobatan sang pelayan. Mungkinkah ini kisah Cinderella? Tapi pria itu jauh dari seorang pangeran, kecuali penampilannya yang tampan. Erwin adalah anak haram dari keluarga kaya yang menjalani kehidupan sembrono dan nyaris tidak memenuhi kebutuhan. Dia menikah untuk memenuhi keinginan terakhir ibunya. Namun, pada malam pernikahannya, dia memiliki firasat bahwa istrinya berbeda dari apa yang dia dengar tentangnya. Takdir telah menyatukan kedua orang itu dengan rahasia yang dalam. Apakah Erwin benar-benar pria yang kita kira? Anehnya, dia memiliki kemiripan yang luar biasa dengan orang terkaya yang tak tertandingi di kota. Akankah dia mengetahui bahwa Julita menikahinya menggantikan saudara perempuannya? Akankah pernikahan mereka menjadi kisah romantis atau bencana? Baca terus untuk mengungkap perjalanan Julita dan Erwin.