/0/21060/coverbig.jpg?v=ddc682d53b09f780ebdfdb639efa7312)
Seorang pria kaya yang tampak bahagia dengan keluarganya menjalani kehidupan ganda dengan seorang wanita yang lebih muda. Ketika hubungan mereka semakin dalam, kekasih gelapnya menuntut lebih, mengancam seluruh stabilitas hidupnya.
Pagi itu, Reza duduk di meja makan, menikmati secangkir kopi sambil melihat anak-anaknya berlarian di sekitar meja. Suasana rumahnya begitu hangat, penuh tawa dan kebahagiaan yang terasa begitu nyata. Istrinya, Amara, sedang menyusun sarapan pagi dengan senyum di wajahnya, tak ada yang mencurigakan-semuanya tampak sempurna.
"Ayo, Fira, kau harus makan ini," Amara berkata lembut, menyodorkan potongan roti ke mulut anak perempuan mereka yang berusia lima tahun.
Fira, dengan mata cerahnya, hanya tertawa kecil dan menepis roti itu. "Aku mau jus jeruk, Mama!" katanya, sambil menunjuk ke arah gelas yang sudah terisi.
Amara tertawa ringan. "Kamu itu manja banget," ujarnya sambil mengelus kepala Fira. Lalu, ia beralih ke Reza. "Reza, coba lihat anak kita yang satu ini. Sepertinya kita harus mulai lebih tegas, ya?"
Reza hanya tersenyum mendengar gurauan istrinya. Ia menatap mereka dengan mata yang penuh kebahagiaan. Tak ada yang tahu, di balik senyum itu, ia menyembunyikan sebuah rahasia besar. Rahasia yang terus menggerogoti pikirannya setiap hari.
"Fira itu hanya ingin perhatian lebih, sayang," jawab Reza dengan nada lembut. Ia menunduk, mencuri pandang ke ponselnya yang tergeletak di meja, yang bergetar seakan memberi peringatan.
Amara tidak menyadari kegelisahan itu. Ia melanjutkan aktivitasnya, seperti setiap pagi sebelumnya, sibuk mempersiapkan anak-anak untuk pergi ke sekolah. Reza, di sisi lain, terus merasa tersedak oleh rasa bersalah yang semakin menumpuk.
Suara pintu mobil terdengar dari luar. Reza menoleh. "Tunggu sebentar, Amara," katanya dengan cepat. Ia bangkit dan pergi ke depan rumah, tempat mobil mewah mereka sudah terparkir.
"Ayo, sayang, kita sudah terlambat!" teriak Amara dari dalam rumah, menyusulnya.
Reza membalas dengan senyum yang sudah dipersiapkan. "Aku akan ke kantor lebih cepat hari ini. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."
Setelah Amara dan anak-anak pergi, rumah kembali sunyi. Reza menghela napas, lalu kembali melihat layar ponselnya. Ada pesan baru yang masuk.
"Reza, kita harus bicara. Ini semakin tidak bisa dikendalikan."
Pesan itu datang dari Maya, wanita muda yang telah mengubah banyak hal dalam hidupnya. Hatinya berdegup kencang. Setiap kali melihat nama Maya di layar, seolah dunia yang ia bangun bersama keluarganya mengancam untuk runtuh.
Beberapa jam kemudian, Reza tiba di kantor, tetapi pikirannya masih terus teringat pada pesan itu. Maya, yang ia temui setahun lalu, kini bukan hanya sekadar pelarian dari rutinitasnya yang membosankan. Maya adalah api yang menghangatkan tubuhnya, dan sekaligus menjeratnya dalam kebohongan yang tak bisa ia lepaskan.
Reza membuka pintu kantornya, dan asisten pribadi, Indah, menyapanya dengan senyum ramah. "Selamat pagi, Pak Reza. Apakah Anda ingin saya menyusun jadwal untuk hari ini?"
"Selamat pagi, Indah. Tidak perlu, aku akan menangani semuanya sendiri," jawab Reza dengan suara sedikit serak. Ia berjalan menuju mejanya dan duduk. Namun, pikiran tentang Maya terus menghantuinya.
Lima menit kemudian, ponselnya bergetar lagi. Pesan dari Maya kembali masuk.
"Jangan berpikir aku akan diam saja. Aku bisa mengungkap semuanya, Reza. Pilihannya ada di tanganmu."
Reza menggigit bibirnya. Rasa bersalah dan ketakutan menyelimutinya, namun ada juga perasaan yang lebih sulit dijelaskan-perasaan terjebak dalam sebuah hubungan yang sudah berkembang lebih jauh daripada yang ia inginkan.
Di luar jendela kantor, kota Jakarta tampak sibuk, seperti biasa. Tapi bagi Reza, dunia seakan mulai berputar terlalu cepat, seiring dengan perasaan bersalah yang semakin menggerogoti jiwanya.
"Apakah aku sudah terlalu jauh?" gumamnya, seolah berbicara pada dirinya sendiri. "Apa yang harus aku lakukan?"
Namun, di balik semua keraguan itu, ada sebuah kebenaran yang tak bisa ia sembunyikan-hubungannya dengan Maya semakin mendalam. Maya bukan sekadar wanita muda yang ia temui di sebuah acara bisnis. Maya adalah wanita yang memberinya kebahagiaan yang tak bisa ia dapatkan di rumah.
Setelah rapat selesai, Reza bergegas keluar kantor. Ia ingin segera menghindari perasaan cemas yang menggerogoti dirinya. Namun, sebelum ia sempat keluar, ia menerima panggilan telepon.
"Reza, Amara di rumah menghubungi. Dia bertanya-tanya kenapa kamu tidak bisa datang makan malam," suara di ujung telepon itu terdengar familiar. Itu adalah sekretarisnya, Indah, yang memberitahukan hal tersebut dengan nada cemas.
Reza menatap ponselnya sejenak, kemudian menatap ke luar jendela, merasa kebingungannya semakin meningkat. "Beritahu dia aku akan pulang sebentar lagi," jawabnya pelan.
"Baik, Pak."
Reza memutuskan untuk segera menuju rumah. Meskipun Amara tidak tahu apa yang terjadi, ia merasakan kekosongan yang semakin dalam. Semua ini-hubungannya dengan Maya, kebohongannya-semua mulai menekan hidupnya. Namun, ia tetap berusaha menyembunyikan semuanya di balik senyum dan janji yang tak pernah ditepati.
Saat tiba di rumah, Amara menyambutnya dengan senyum hangat. "Reza, kau akhirnya pulang. Ayo, makan malam sudah siap," katanya dengan penuh harapan.
Reza tersenyum kaku, meletakkan jasnya di kursi dan duduk di meja makan. Namun, pikirannya kembali terganggu oleh pesan yang ia terima tadi. Ia merasa semakin sulit untuk membedakan antara janji yang ia buat untuk keluarganya dan dusta yang ia semai bersama Maya.
Saat Amara duduk di sebelahnya, ia memandang suaminya dengan perhatian, meski tak ada yang bisa ia ketahui. "Reza, kamu kelihatan capek. Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Amara dengan lembut.
Reza memandang Amara, merasa seolah-olah ia berada di dua dunia yang berbeda. Dunia yang penuh dengan cinta dan kenyamanan di rumahnya, dan dunia yang gelap dengan kebohongan yang ia sembunyikan.
"Aku baik-baik saja, Amara," jawab Reza, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
Namun, dalam hatinya, ia tahu bahwa semua ini tidak akan bertahan lama. Sebuah rahasia yang semakin menggerogoti, dan sebuah kehidupan yang semakin sulit untuk dipertahankan.
Malam itu, suasana di meja makan terasa hangat meskipun ada ketegangan yang menggelayuti hati Reza. Amara sibuk bercerita tentang kegiatan hariannya, sementara anak-anak mereka, Fira dan Raka, masih sibuk mengunyah makanan dengan ceria. Tetapi Reza merasa seperti ada dinding tebal yang menghalangi dirinya untuk benar-benar terhubung dengan mereka.
"Reza, ada rencana untuk akhir pekan?" Amara bertanya sambil meletakkan sendoknya. "Kita belum pernah jalan-jalan keluarga dalam waktu lama. Fira sudah mulai merengek ingin ke pantai."
Reza mengangguk, tetapi pikirannya tidak di sana. Pandangannya terfokus pada piringnya, meskipun ia tidak benar-benar merasakan makanannya. "Tentu, aku... aku akan usahakan," jawabnya tanpa sepenuh hati.
Amara tersenyum bahagia, tidak menduga ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiran suaminya. "Aku akan mengatur segalanya. Kita perlu sedikit waktu bersama, tanpa gangguan pekerjaan."
Reza hanya tersenyum, namun dalam hatinya, ada perasaan tertekan yang semakin menguat. Janji-janji yang ia buat kepada Amara-janji untuk lebih hadir, untuk lebih peduli-seakan semakin jauh dari dirinya. Ia ingin pergi ke pantai dengan keluarganya, tetapi ada sesuatu yang lebih menarik hatinya. Sesuatu yang membuatnya terjerumus jauh ke dalam kebohongan yang semakin sulit untuk dibendung.
Setelah makan malam, Amara mengajak anak-anak untuk bermain di ruang keluarga sementara Reza bergegas menuju ruang kerjanya di lantai atas. Ia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya, tapi yang ia temui bukanlah kedamaian. Ponselnya kembali bergetar, menandakan pesan yang masuk. Tanpa ragu, ia langsung membuka pesan dari Maya.
"Aku ingin kita bertemu malam ini, Reza. Ada banyak hal yang perlu kita bicarakan. Jangan berpikir kamu bisa melarikan diri dariku."
Reza menatap layar ponselnya lama sekali, menimbang-nimbang. Maya selalu bisa membuatnya merasa cemas dan terbebani, tetapi juga tergoda. Keinginan untuk bertemu, untuk merasakan sensasi yang baru dan berbeda, membuatnya semakin terjebak dalam kebohongan ini.
Ia meremas ponselnya, dan suara langkah kaki Amara dari bawah membuatnya cepat-cepat menutup layar.
"Reza, kamu baik-baik saja?" Amara terdengar dari luar, memanggil dengan nada lembut. "Aku tidak mendengar suara dari kamarmu."
"Ya, sayang. Aku hanya sedang menyelesaikan beberapa pekerjaan." Reza mencoba mengalihkan perhatian.
Namun, suara pintu kamar yang terbuka membuatnya tahu bahwa Amara sedang berdiri di ambang pintu. Reza menoleh dengan cepat, berusaha menyembunyikan gelisahnya.
"Jangan terlalu lembur, ya. Kesehatanmu penting," Amara menambahkan dengan senyum yang penuh perhatian, memandangnya dengan lembut.
Reza hanya mengangguk. "Iya, sayang. Aku sudah selesai. Aku akan segera tidur."
Amara tersenyum dan menutup pintu pelan. Namun, senyum itu seolah menusuk hatinya. Reza tahu bahwa Amara tidak pernah curiga, tetapi ia bisa merasakan kedekatan yang mulai pudar di antara mereka. Apa yang bisa dia katakan? Semua itu sudah terlambat.
Malam itu, setelah Reza memastikan Amara dan anak-anaknya tertidur lelap, ia keluar diam-diam. Menatap rumahnya yang tenang sejenak, ia merasa seolah-olah dunia ini terbagi dua-dunia yang aman dan penuh cinta di rumah, dan dunia lain yang tersembunyi di luar sana, tempat di mana ia merasa bebas.
Reza mengemudikan mobilnya ke tempat yang telah lama ia kenal, sebuah hotel kecil di pinggir kota. Tempat pertemuannya dengan Maya. Saat mobil berhenti di depan hotel itu, jantung Reza berdegup kencang. Ia menatap pintu mobil sejenak, kemudian keluar dengan langkah cepat, memasuki lobi yang sepi.
Maya sudah menunggu di sana, mengenakan gaun hitam elegan yang membuat Reza seakan lupa pada semua yang ada di belakangnya. Begitu mereka bertemu, Maya tersenyum menggoda, dan Reza merasa seolah-olah ia hanyut dalam pesonanya lagi. Tanpa kata-kata, mereka berjalan ke kamar yang sudah dipesan untuk mereka. Begitu pintu tertutup, Maya langsung mendekat.
"Reza, kamu tidak bisa terus seperti ini. Aku tahu, kamu merasa bersalah, tapi kamu juga tahu apa yang kita miliki lebih dari sekadar hubungan biasa," kata Maya, suaranya rendah dan penuh godaan.
Reza menghela napas. "Aku tahu, Maya. Aku tahu ini salah. Tapi aku tidak bisa berhenti. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu."
Maya tersenyum sinis. "Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin hidup yang lebih baik, Reza. Aku ingin lebih dari sekadar menjadi rahasia di balik pintu kamar hotel ini."
Reza menatapnya, hati dan pikirannya kacau. "Aku... aku tidak tahu bagaimana aku bisa keluar dari ini," gumamnya, jujur pada dirinya sendiri. "Aku terjebak."
Maya mendekat, menatapnya dengan mata yang penuh hasrat dan tantangan. "Kamu harus memilih, Reza. Pilih aku atau pilih keluargamu. Jangan bilang aku sudah terlalu banyak menunggu."
Keesokan paginya, Reza kembali ke rumah dengan perasaan hampa. Kegembiraan yang ia rasakan semalam seakan lenyap begitu ia membuka pintu rumah dan melihat Amara tengah sibuk mempersiapkan sarapan. Senyum Amara yang cerah dan penuh kasih hati seolah menambah rasa bersalah yang semakin menyesakkan.
Amara menoleh, senyum di wajahnya tulus. "Reza, kamu terlihat lelah sekali. Apa kamu belum tidur?"
Reza menatap istrinya, rasa bersalah semakin menyesakkan dadanya. "Aku... hanya butuh sedikit waktu untuk tidur," jawabnya pelan, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.
Amara menatapnya, sedikit khawatir. "Aku ingin kamu lebih banyak di rumah, sayang. Aku merasa belakangan ini kamu semakin menjauh."
Reza menahan napas, hampir tidak sanggup menatap mata Amara. "Aku akan lebih banyak di rumah, Amara. Aku janji," jawabnya, meskipun ia tahu itu adalah janji kosong. Sebuah janji yang tak pernah bisa ia tepati.
Dalam hati, Reza tahu bahwa ia berada di persimpangan jalan yang sangat sulit. Pilihannya semakin terbatas: terus hidup dalam kebohongan atau mengungkapkan semuanya dan menghancurkan apa yang telah ia bangun. Namun, dalam kebingungannya, satu hal yang ia tahu pasti-tidak ada lagi yang bisa kembali seperti semula.
Dan, apa yang paling menakutkan baginya adalah, ia tidak tahu lagi bagaimana cara keluar dari dunia yang telah ia ciptakan sendiri.
Bersambung...
Seorang pria harus memilih antara istri yang selama ini mendampinginya dan kekasih gelap yang membuatnya merasa hidup kembali. Saat keduanya mengetahui keberadaan satu sama lain, pria ini terjebak dalam konflik cinta yang berbahaya.
Seorang istri yang merasa diabaikan memulai hubungan dengan pria yang ia temui secara tidak sengaja. Namun, saat hubungan itu semakin dalam, ia harus menghadapi konsekuensi yang akan mengubah hidupnya dan keluarganya selamanya.
Dua rekan kerja yang sudah menikah diam-diam menjalani perselingkuhan. Namun, perasaan cemburu dan posesif mengancam hubungan mereka, membuat setiap hari penuh risiko untuk diketahui pasangan masing-masing.
Ketika seorang istri mengetahui suaminya berselingkuh dengan sahabat terdekatnya, ia merencanakan balas dendam yang rumit. Namun, rencananya justru membawa lebih banyak luka daripada keadilan yang ia harapkan.
Seorang pria yang sering bepergian untuk bekerja mulai menjalin hubungan dengan wanita yang ia temui di perjalanan. Ketika istrinya mulai curiga, ia harus berhadapan dengan kebohongan yang telah ia ciptakan selama ini.
Pasangan yang tampak sempurna di mata semua orang ternyata menyimpan rahasia perselingkuhan yang saling mereka lakukan. Ketika kebenaran mulai terungkap, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa cinta mereka mungkin sudah hilang.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
ADULT HOT STORY 🔞🔞 Kumpulan cerpen un·ho·ly /ˌənˈhōlē/ adjective sinful; wicked. *** ***
Sebuah cerita yang berkisah keluarga yang terpisah karena perceraian yang menyisakan duka buat anaknya karena tidak mengerti dengan kondisi orang tuanya. Hingga suatu saat terjadilah malam jahanam yang tidak disengaja dan tidak direncanakan. Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah… indah sekali.
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.