/0/20876/coverbig.jpg?v=10f49417b7b9da3ebe41e42fd8581bac)
"Aku bisa buat kamu cinta sama aku, Lyn. Karena aku yakin kamu wanita terbaik buat aku." "Jangan kepedean, Kak. Aku, gak cinta ya sama kamu. Justru pernikahan ini jadi penjara buat aku." Siapa pernah mengira kalau pernikahan yang sangat dibanggakan oleh Cein, justru merupakan pernikahan yang penuh tekanan bagi Orlyn. Bukan hanya karena sejak awal Orlyn tidak mencintai Cein, tapi juga karena masa lalu Cein yang selalu menghantui pernikahan mereka. Berusaha merebut hati Orlyn, mempertahankan pernikahan, dan juga melawan penyakit jantung menjadi perjalanan yang sulit bagi Cein. Apakah mereka bisa melewati semuanya?
"Udah di depan."
Pesan singkat yang Orlyn terima dari Cein itu hanya di respon dengan helaan napas oleh Orlyn. Perempuan 25 tahun iu lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas hitam yang dia bawa.
"Udah dijemput?" tanya Sania teman sekolah Orlyn dulu.
"Iya, Cein udah di depan," terang Orlyn yang kemudian memakai tasnya dan tersenyum pada Sania.
"Next time kita kumpul lagi ya. Maaf, hari ini gak bisa lama."
"Itupun kalau lo dibolehin sama Cein kumpul sama kita lagi," celetuk Diandra yang juga ada di kamar kos Sania itu.
Orlyn melihat ke arah Diandra lalu tersenyum kecut.
"Sorry, aku juga kesulitan selama 5 bulan ini. Rasanya kayak ada di jeruji besi."
"Udah deh, jangan mikir kayak gitu! Bagaimanapun Cein kayak gitu juga bentuk tanggung jawabnya sama kamu, 'kan kamu istrinya," tukas Sania yang mencoba memahami posisi Orlyn yang sekarang sudah menjadi istri Cein.
Orlyn hanya bisa menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Sania. Walaupun apa yang Orlyn katakan tadi juga tidak mengada-ada, memang dia merasa terkekang semenjak menikah dengan Cein.
Sepanjang perjalanan pulang Orlyn hanya diam dan Cein sendiri juga sibuk mengemudi. Mereka berdua itu menikah karena sedikit ada perjodohan. Kenapa sedikit? Karena yang terpaksa menikah itu Orlyn, tidak dengan Cein. Laki-laki berkulit putih pale dan berambut warna coklat tua itu, sejak pertama melihat Orlyn di pernikahan sepupunya sangat yakin kalau Orlyn itu jodohnya. Terlebih lagi saat meminta restu pada kedua orang tua Orlyn, dengan mudahnya Cein mendapat restu itu.
Orlyn sendiri sebenarnya baru saja lulus kuliah dan masih ingin bebas. Hanya saja dia tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya karena menurut mereka Cein laki-laki tepat yang bisa membimbing Orlyn yang sedikit liar.
"Kamu sudah makan?" tanya Cein akhirnya memecah keheningan di dalam mobil.
"Belum," singkat Orlyn menjawab.
"Dari tadi pasti sibuk ngobrol sampai lupa makan. Mau mampir ke rumah makan padang atau kita makan fast food aja?" tanya Cein lagi.
"Apa aja, aku ngikut."
Orlyn masih menjawab dengan datar dan sedikit ketus. Cein menghela napas menyadari kalau Orlyn agaknya marah karena dijemput paksa saat berkumpul dengan temannya.
"Kamu marah sama aku?"
Cein memang tipe manusia yang tidak memendam pertanyaan di hati dan pikirannya berlama-lama.
Orlyn melihat ke arah Cein lalu kemudian mendengus kesal.
"Menurut, Kakak gimana? Aku, lagi kumpul sama teman sekolahku dulu yang udah hampir 5 bulan ini gak ketemu. Baru juga 2 jam, tiba-tiba aja udah dijemput."
Orlyn mengeluarkan unek-unek di dalam hatinya yang sejak tadi dia simpan. Cein melihat sekilas pada Orlyn lalu kemudian membelokkan mobilnya ke sebuah rumah makan padang untuk cari makan.
"Maaf, aku pikir 2 jam untuk main itu sudah cukup sekarang buat kamu main. Kamu, sudah bukan gadis lagi, Orlyn. Kamu istri aku dan punya tanggung jawab atas kebutuhan aku."
Cein bicara lembut dengan menatap Orlyn yang sekarang juga sedang melihat ke arahnya. Entah kenapa Orlyn justru yang sekarang jadi merasa bersalah pada Cein.
"Ayo turun! Kamu belum makan, aku gak mau nanti kamu sakit."
Cein lalu turun lebih dulu meninggalkan Orlyn yang sudah meneteskan air matanya.
"Gini gimana aku bisa gak suka sama orang itu," ujar Orlyn yang kemudian menutup wajahnya dengan dua telapak tangannya.
***
Seperti hari-hari biasanya Orlyn dan Cein sarapan bersama. Sesekali bahkan mereka pergi keluar saat malam minggu. Itu Cein lakukan supaya Orlyn bisa mulai menyukainya, walaupun Cein sendiri sudah bisa merasakan kalau Orlyn sebenarnya sudah mulai suka sama dirinya.
"Orlyn," panggil Cein.
"Iya." Orlyn menjawab singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari makanan yang disantap.
"Kamu, mau kerja?" tanya Cein tiba-tiba.
Jelas itu tiba-tiba karena dulu Cein dengan tegas melarang Orlyn untuk bekerja apapun alasannya. Cein dengan pdnya melarang Orlyn bekerja karena memang finansial Cein yang masih berumur 30 tahun memang sudah sangat matang. Cein seorang manajer keuangan, asetnya juga cukup banyak dan satu lagi Cein memiliki tempat usaha yang diwariskan oleh kedua orang tua Cein.
Mendengar pertanyaan Cein reflek membuat Orlyn mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sang suami dengan kening mengkerut heran.
"Emang boleh?" tanyanya penasaran.
"Boleh, setelah aku pikir-pikir kamu juga butuh pengalaman kerja," jawab Cein.
"Kenapa tiba-tiba?"
Orlyn mulai curiga pada suaminya yang bukan seperti suaminya pagi ini.
Cein terdiam dan menatap Orlyn sejenak. Sejurus kemudian bibir Cein tersenyum tipis dan itu sumpah manis banget.
"Gak juga tiba-tiba kok, ini udah aku pikirkan matang-matang sejak sebulan lalu. Kamu lulusan arsitek dan pasti pengen menerapkan ilmu yang kamu dapat. Aku, yang egois kalau justru memutus langkahmu untuk maju."
Lagi-lagi ucapan lembut ala Cein itu sukses membuat Orlyn meleleh. Nampaknya Orlyn memang sudah benar-benar menyukai suami yang tidak dia inginkan ini.
***
"Jadi gitu ceritanya, Ma."
Orlyn menutup sesi curhatnya dengan mamanya. Dia yang mendapat kabar baik dari Cein tidak menunggu lama untuk menceritakannya pada sang mama. Dengan senyum yang selalu terkembang saat Orlyn menceritakan semua tentang Cein, mama Orlyn mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Bagus itu, berarti dia sudah mulai terbuka dan percaya 100% sama kamu," ucap mama Orlyn.
"Percaya?"
"Iya, kalau kamu masih terus dilarang bekerja dengan alasan finansial kalian aman. Itu sih bukan karena finansial, tapi karena Cein takut kamunya lari ke laki-laki lain."
Ucapan sang mama justru membuat Orlyn bingung. Walaupun menikah secara terpaksa dengan Cein, tidak sekalipun Orlyn berpikir untuk lari dan menyukai laki-laki lain.
"Orlyn gak pernah mikir gitu kok, Ma."
"Mama tahu."
"Lah, kok bisa nebak kalau Cein bakalan mikir gitu?"
Orlyn makin bingung aja dan seakan tidak bisa memahami ucapan sang mama.
Mama Orlyn sendiri tersenyum dan kemudian menutup kotak tupperware yang sudah di isi donat buatannya untuk Cein.
"Karena Cein sadar kalau menikah dengan kamu itu suatu hal yang dipaksakan. Cein sering mampir dan cerita sama mama kalau kamu sepertinya belum menyukai Cein sampai sekarang, tapi sepertinya sekarang Cein sudah berdamai dengan hatinya yang takut sendiri. Maka dari itu dia sudah bisa mulai bebasin kamu melakukan hal yang kamu mau. Dia sepertinya udah lihat kalau kamu sebenarnya bisa menyukai dia sekarang."
Penjelasan dari mamanya sukses membuat Orlyn terpana. Sepertinya Cein suaminya justru lebih dekat dengan kedua orang tuanya daripada dirinya sendiri. Orlyn aja gak bisa terbuka seperti itu, lalu kenapa Cein bisa?
***
Yuga sebenarnya tidak benar-benar membenci Chessi, tapi Yuga hanya benci karena tiba-tiba saja Chessi hadir di hidupnya. Bukan hanya itu, Chessi tiba-tiba saja menjadi istri Yuga dan merebut kebahagiaan Yuga yang sudah tertata rapi. Sejak ayahnya meninggal, Yuga harus menuruti setiap aturan yang mama Yuga buat. Termasuk ketika mamanya mendekatkan Yuga dengan Chessi. Pernikahan yang digadang-gadang akan menjadi pernikahan paling bahagia itu, justru jadi menjadi sarana Yuga melampiaskan kemarahannya. "Kenapa sih, kamu benci banget sama aku?" "Karena kamu hadir di hidup aku." "Ada cara gak supaya, kamu mau maafin aku dan gak benci aku lagi?" "Ada." "Apa?" "Putar balik waktu dan jangan datang di hidup aku. Bisa?"
Ivy Marionet harus terbelenggu oleh pernikahan yang kompleks. Bukan hanya harus menjadi seorang istri ksatria kerajaan. Ivy juga harus menyembunyikan identitas aslinya. Bukan hanya harus terjebak di pernikahan yang rumit, Ivy juga harus di eksekusi oleh suaminya sendiri karena Winter sang putra mahkota. Ada apa sebenarnya? Siapa Ivy sebenarnya? Apakah Ivy bisa terbebas dari eksekusi itu?
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Istriku Lidya yang masih berusia 25 tahun rasanya memang masih pantas untuk merasakan bahagia bermain di luar sana, lagipula dia punya uang. Biarlah dia pergi tanpaku, namun pertanyaannya, dengan siapa dia berbahagia diluar sana? Makin hari kecurigaanku semakin besar, kalau dia bisa saja tak keluar bersama sahabat kantornya yang perempuan, lalu dengan siapa? Sesaat setelah Lidya membohongiku dengan ‘karangan palsunya’ tentang kegiatannya di hari ini. Aku langsung membalikan tubuh Lidya, kini tubuhku menindihnya. Antara nafsu telah dikhianati bercampur nafsu birahi akan tubuhnya yang sudah kusimpan sedari pagi.
Menikah untuk sebagian orang adalah suatu kebahagian namun, berbeda dengan Ayudia. Gadis cantik itu, dipaksa untuk menikahi kakak iparnya sendiri. Pernikahan yang terjadi nyatanya, membuat hidup Ayudia menderita. Aidan memperlakukan Ayudia bukan seperti seorang suami kepada istrinya. Pria itu dengan sangat tega menyiksa istri barunya begitu kejam. Aidan melakukan hal itu karena ingin membalas dendam, akibat kepergian sang istri pertama yang tak lain adalah kakak Ayudia. Pernikahan yang terjadi seperti neraka bagi Ayudia, dirinya dipaksa untuk melakukan apapun oleh Aidan. Bahkan perbuatan yang dilakukan oleh Aidan, menimbulkan sebuah trauma mendalam pada Ayudia. Mampukah Ayudia bertahan dengan pernikahan ini? Ada kebahagiaan yang datang pada hubungan mereka?
Tiga tahun yang lalu, Erina melahirkan bayi kembar tiga. Namun hanya satu yang selamat - itulah yang diberitahukan kepadanya. Untuk mewarisi harta warisan ibunya, Erina terpaksa menikah dengan seorang programmer komputer yang miskin namun tampan. Setelah menikah dengan pria misterius ini, ia mulai curiga .... Selama tiga tahun tersebut, dia tidak pernah berhubungan seks dengan pria lain, tetapi dia hamil.... Dia juga menemukan bahwa dia memiliki anak lain yang masih hidup .... Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa suaminya yang "miskin" terlihat seperti konglomerat yang dia lihat di TV?
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.