/0/20365/coverbig.jpg?v=9ea048a156a07abc0a8d4e99c56abc47)
Yuga sebenarnya tidak benar-benar membenci Chessi, tapi Yuga hanya benci karena tiba-tiba saja Chessi hadir di hidupnya. Bukan hanya itu, Chessi tiba-tiba saja menjadi istri Yuga dan merebut kebahagiaan Yuga yang sudah tertata rapi. Sejak ayahnya meninggal, Yuga harus menuruti setiap aturan yang mama Yuga buat. Termasuk ketika mamanya mendekatkan Yuga dengan Chessi. Pernikahan yang digadang-gadang akan menjadi pernikahan paling bahagia itu, justru jadi menjadi sarana Yuga melampiaskan kemarahannya. "Kenapa sih, kamu benci banget sama aku?" "Karena kamu hadir di hidup aku." "Ada cara gak supaya, kamu mau maafin aku dan gak benci aku lagi?" "Ada." "Apa?" "Putar balik waktu dan jangan datang di hidup aku. Bisa?"
"Kamu ngapain disitu?" tanya Yuga yang sudah lelah kerja seharian, tapi sesampainya di rumah justru harus mencari Chessi yang tiba-tiba menghilang.
Ternyata Chessi ada di taman dekat apartemen mereka dan sedang memangku kucing liar yang entah dari mana Chessi dapat.
"Yuga, kenapa kesini? Kamu nyariin aku?" tanya Chessi polos.
"Menurut kamu? Kenapa jadi pegang-pegang kucing liar begitu. Cepet turunin kita pulang!" ajak Yuga dengan suara tegas.
"Anu, Yuga."
"Anu apa?"
"Kasian kalau kucingnya di tinggal disini sendirian. Boleh gak aku pelihara aja? Tadi, aku nemu di jalan depan hampir ketabrak motor."
Wajah Chessi memelas dan seperti menaruh banyak harapan supaya Yuga mengijinkannya memelihara kucing itu.
"Aku gak suka kucing!" tegas Yuga.
"Yuga, please! Aku, janji akan rajin mandiin dan rumah gak akan kotor karena kucing ini."
Chessi benar-benar memohon pada Yuga.
Yuga sendiri lalu menghela napas kesal lalu memalingkan wajahnya. Biasanya dia akan mudah banget menolak apapun yang Chessi minta, tapi sekarang ada yang aneh. Melihat wajah sedih Chessi, Yuga justru jadi ikut sedih.
"Terserah kamu! Intinya aku gak mau rumah jadi kotor karena peliharaan kamu."
Yuga akhirnya luluh dan memperbolehkan Chessi untuk membawa pulang kucing liar itu. Chessi sendiri tersenyum senang dan menganggukkan kepalanya antusias. Yuga berjalan meninggalkan Chessi yang masih menimang-nimang kucing itu dengan senang.
Karena tidak kunjung disusul oleh Chessi, Yuga menghentikan langkah Yugainya dan kembali melihat ke arah Chessi.
"Kamu, mau disini terus? Aku, kesini itu cari kamu, Ches."
Mendengar suara Yuga yang mulai meninggi, Chessi melihat ke arah suaminya itu. Chessi tersenyum kecut lalu meminta maaf pelan.
"Iya, aku pulang."
***
Sudah seminggu sejak Yuga tidak pulang ke apartemen mereka. Chessi keluar dari kamar diikuti Pupus kucing berwarna belang tiga yang Chessi pelihara. Chessi sedikit terkejut melihat Yuga masuk bersama dengan ibu mertuanya.
"Mama," sapa Chessi pelan.
"Chessi, mama kangen banget sama kamu."
Ibu mertua Chessi langsung memeluk menantu pilihannya itu hangat. Chessi sendiri membalas pelukan mama Yuga tidak kalah hangat. Sekilas Chessi melirik Yuga yang terlihat jengah melihat kelakuan mereka berdua. Tanpa berkata-kata lagi, Yuga berjalan masuk ke dalam kamar.
"Ma, kok bisa pulang sama Yuga?" tanya Chessi sembari melepas pelukannya pada ibu mertuanya.
"Yuga nginep di rumah mama beberapa hari ini."
Chessi terdiam mendengar ucapan mertuanya itu. Ternyata Yuga memang sangat tidak menyukai dirinya hingga harus terus-terusan menghindar dari Chessi dengan banyak alasan.
"Padahal dia bilang harus keluar kota," lirih Chessi menundukkan kepalanya.
"Memang iya, Yuga baru pulang dari Surabaya 3 hari lalu. Terus dia demam tinggi, batuk dan pilek juga. Dia bilang gak mau pulang, takut nularin ke kamu. Jangan mikir yang gak-gak dulu, Ches," terang mama Yuga.
Chessi mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah ibu mertuanya dengan wajah sedikit tidak percaya. Sedangkan mama Yuga yang biasa di panggil Mirna itu menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Chessi.
Setelah menghabiskan waktu mengobrol dengan mama Mirna. Chessi lalu mengantar ibu mertuanya itu keluar dari apartemennya. Setelah itu Chessi kembali masuk ke dalam apartemennya dan melihat ke kamar Yuga.
"Apa Yuga tidur ya? Tapi, dia belum makan malam," lirih Chessi yang kemudian memberanikan diri untuk mendekat ke kamar Yuga.
"Ga, kamu mau makan malam apa?" tanya Chessi sembari mengetuk pelan pintu kamar Yuga.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar Yuga. Kening Chessi mengerut bingung, Chessi lalu memegang gagang pintu dengan ragu-ragu. Walaupun suami istri, Chessi belum pernah sekalipun masuk ke dalam kamar Yuga. Karena pemilik kamar melarang keras Chessi untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Ah,,,biarin aja deh, nanti aku malah kena marah gara-gara masuk tanpa permisi," ujar Chessi ketika sadar kalau apa yang dia pikirkan akan membuatnya dalam masalah nantinya.
***
Chessi sedang memasak di dapur, dia membuat sayur sop kesukaan Yuga. Chessi tentu dapat bocoran dari ibu mertuanya, karena Yuga tidak mungkin bilang pada Chessi apa yang dia suka ataupun yang gak dia suka. Tidak lama suara langkah kaki yang cukup cepat terdengar menuju dapur. Chessi memalingkan wajahnya dan melihat ke asal suara.
"Udah bangun, Ga?" tanyanya sambil tersenyum.
"Kok, kamu gak bangunin aku? Pagi ini aku ada meeting penting."
Yuga terdengar sedikit marah. Sedangkan Chessi tiba-tiba saja kehilangan senyumnya yang manis tadi.
"Aku, gak tahu," lirihnya kemudian.
"Ah,,,kamu apa yang tahu," ketus Yuga yang kemudian berjalan meninggalkan Chessi begitu saja di dapur.
Chessi menghela napas dalam dan kembali sibuk dengan masakannya.
"Salah lagi aku."
Setelah lebih dari setengah jam berkutat di dalam kamarnya. Chessi berjalan menuju meja makan, Chessi sedikit tertegun dan terlihat kecewa karena ternyata bekal yang dia siapin buat Yuga tidak dibawa. Chessi menghela napas berat lalu kemudian mengambil ponselnya. Chessi memfoto tas bekal yang dia siapkan dan mengirimnya ke Yuga.
"Yuga, kenapa makanannya gak dibawa? Aku, udah masakin makanan kesukaan kamu."
Yuga membaca pesan Chessi lalu kemudian membalasnya cepat.
"Aku gak nyuruh kamu buat masakin aku juga. Stop buat ngeluluhin hati aku, gak bakalan mempan!"
Chessi menelan salivanya dengan susah setelah membaca chat dari Yuga. Chessi sudah biasa diacuhkan Yuga, tapi setiap kali mendapat perlakuan buruk dari Yuga, tetap saja Chessi jadi sedih dan ingin menangis. Chessi lalu menghela napas berat dan kembali membalas chat dari Yuga.
"Gak bisa ya, Ga hargain sedikit aja usaha aku jadi istri yang berguna buat kamu? Setidaknya walaupun gak bisa suka sama aku, kamu bisa pura-pura menghargai apa yang aku lakuin."
Chessi lalu menonaktifkan ponselnya setelah mengirim pesan itu pada Yuga. Chessi meletakkan ponselnya di meja lalu pergi keluar rumah dengan membawa Pupus kucing kesayangannya ikut serta.
***
Yuga memegangi dadanya yang terasa sangat sesak, walaupun begitu dia terus mengedarkan pandangannya ke seluruh area taman di dekat apartemennya untuk mencari Chessi. Sekarang sudah jam 9 malam dan Chessi belum juga pulang.
"Kemana sebenarnya bocah itu pergi?" gerutu Yuga yang kemudian kembali berjalan mencari Chessi ke dalam area taman.
Yuga sudah putus asa dan akan pergi meninggalkan taman, kalau saja ekor matanya tidak melihat sosok Chessi yang duduk di kursi taman yang ada di sudut dan sedikit gelap. Yuga melangkahkan kakinya menuju Chessi dengan wajah kesal, tapi sejurus kemudian Yuga menghentikan langkahnya karena kegelapan mulai mencekik lehernya. Yuga memegangi dadanya yang semakin terasa sesak.
"Chessi!" teriak Yuga memanggil istrinya karena sudah tidak tahan lagi.
Mendengar namanya dipanggil Chessi melihat ke asal suara Yuga.
"Yuga, ngapain kesini?" tanya Chessi dengan polosnya lalu kemudian berdiri sambil menggendong pupus.
Chessi menghampiri Yuga yang mulai berkeringat dingin dan juga merasa kakinya lemas. Yuga hampir terjatuh ke tanah, tapi Chessi dengan sigap menahan badan Yuga.
"Yuga, kenapa?" tanyanya kemudian.
"Kamu itu kemana aja? Ngapain di tempat gelap seperti ini? Kamu, niat mau bunuh aku? Gak mempan Chessi kalau cuma kayak gini."
Yuga terdengar sangat marah, Chessi sendiri bingung dengan ucapan suaminya itu. Yang Chessi sadari sekarang tubuh Yuga yang semakin lemas, Chessi melepaskan Pupus yang dia gendong dan membantu Yuga untuk berdiri dengan benar.
"Yuga, kamu kenapa? Ayo pulang! Badan kamu kenapa jadi lemas gini?" tanya Chessi panik.
"Gak usah sok peduli!"
Yuga menepis tangan Chessi kasar lalu kemudian berjalan meninggalkan Chessi dengan memaksakan diri. Chessi tertegun dengan sikap Yuga yang terlihat sangat marah. Belum juga jauh, Yuga justru limbung dan jatuh ke tanah.
***
"Aku bisa buat kamu cinta sama aku, Lyn. Karena aku yakin kamu wanita terbaik buat aku." "Jangan kepedean, Kak. Aku, gak cinta ya sama kamu. Justru pernikahan ini jadi penjara buat aku." Siapa pernah mengira kalau pernikahan yang sangat dibanggakan oleh Cein, justru merupakan pernikahan yang penuh tekanan bagi Orlyn. Bukan hanya karena sejak awal Orlyn tidak mencintai Cein, tapi juga karena masa lalu Cein yang selalu menghantui pernikahan mereka. Berusaha merebut hati Orlyn, mempertahankan pernikahan, dan juga melawan penyakit jantung menjadi perjalanan yang sulit bagi Cein. Apakah mereka bisa melewati semuanya?
Ivy Marionet harus terbelenggu oleh pernikahan yang kompleks. Bukan hanya harus menjadi seorang istri ksatria kerajaan. Ivy juga harus menyembunyikan identitas aslinya. Bukan hanya harus terjebak di pernikahan yang rumit, Ivy juga harus di eksekusi oleh suaminya sendiri karena Winter sang putra mahkota. Ada apa sebenarnya? Siapa Ivy sebenarnya? Apakah Ivy bisa terbebas dari eksekusi itu?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..