Max tak sengaja membeli dan membawa pulang seorang gadis yang ada di perlelangan. Tapi semenjak itu kehidupannya berubah. Banyak masalah terjadi hingga kehebohan dalam mansion. Ella gadis polos yang kekurangan gizi, membuatnya lebih terlihat bodoh dan tak dewasa sebagaimana umurnya malah bisa membuat Max berubah dari benci menjadi cinta. Ella yang mempunyai banyak kejutan dalam dirinya membuat hangat mansion yang dulu dingin. Perjalanan mereka tak mudah banyak halangan dan rintangan, kelahiran dan kematian. Bisakan cinta mereka bersatu.
Di tempat hiburan malam, Max menantang cecunguk yang menjebaknya. Ketika Max memasuki pintu yang salah. Seharusnya ia masuk ke tempat hiburan, namun ia justru masuk ke dalam club rahasia yang menjebaknya. Max diharuskan menghabiskan banyak uang di sana.
"Hanya pengusaha kaya dan berduit yang bisa masuk dan keluar dengan selamat. Apa kau berniat hanya untuk memata-matai kami? Jangan harap keluar dengan selamat kecuali kau membeli apa yang kami jual! Hehehe." Para preman itu tak tahu dengan siapa mereka berhadapan. Mafia kelas kambing.
"Saya akan membuang uang di sini! Apa yang kalian jual? Sebutkan harganya?" tanya Max sengit tak terima dianggap ingin melarikan diri karena tak memiliki uang banyak.
"Hah?! Yakin bisa beli dengan harga yang kami tawarkan? Kami menjual perempuan muda, sanggup untuk membelinya?" ejek pemilik club ilegal itu.
"Sebutkan harganya, dan berikan gadis rendahan yang paling murah, tapi akan kubayar 2 kali lebih mahal seharga gadis terbaik kalian! Uang bukan masalah untukku!" ego seorang lelaki tersentuh. Max sebagai billionaire tak akan kehabisan uang dalam satu hari. Bahkan dalam tidur pun ia tetap mencetak uang dan pundi-pundinya terus terisi dari perusahaannya serta bisnis kotornya.
"Baiklah, Tuan Sombong, akan kami urus."
"Cepat lakukan aku tak sudi berlama-lama bernafas di tempat pengap dan kotor seperti ini!" bentak Max
Max merasa terhina karena ia terjebak di tempat yang salah hingga ia harus melakukan transaksi jual beli seorang gadis yang tak pernah ia harapkan atau butuhkan. Hatinya telah lama menolak banyak perempuan.
"Maaf, Max, aku gak tau kalau pintu itu untuk masuk ke perdagangan gadis. Aku pikir pintu klub striptease." Agastara merasa bersalah dengan apa yang baru saja ia lakukan. Maksud hati ingin bersenang-senang di club striptease tapi malah berakhir di tempat ilegal di kota ini. Tempat yang paling tabu dimasuki untuk orang tak berduit. Sekali masuk ke sana pantang untuk tidak mengeluarkan uang. Dan hari ini Max terjebak di dalam sana dan harus membeli salah satu dari gadis yang ditawarkan. Ini sebagai sistem keamanan mereka para penjahat berkerah putih.
"Boss, ini kesempatan untuk kita membuang gadis liar yang dijual ayah tirinya pada kita. Orang tua aslinya tak jelas. Anak itu sedikit gila! Kadang menangis kadang galak seperti kucing liar! David saja tergigit olehnya. Kita bisa jual 10 kali lipat harga primadona di sini. Kita bisa untung banyak dan tak memelihara gadis itu terlalu lama."
"Ya cepat berikan!"
"Baik bos! Laksanakan!"
Setelah menunggu 30 menit, para bajingan itu datang menyeret seorang gadis lusuh berambut panjang, berbadan kurus dan kecil. Dilemparkannya gadis itu ke kaki Max.
"Aaaahh... sakit kau jelek!" umpat gadis itu kesakitan dan menendang tulang kering cecunguk yang melemparnya.
"Awww.. gadis inii ya.. Plak!" ia memukul begitu saja gadis itu tanpa kasihan. "Silakan bawa Tuan Max! Pembayaran sudah selesai"
"Hey kau, berdiri! Kau sudah aku beli, jangan bertingkah dan berani menyentuhku! Mengerti?!" sahut Max kesal. Tanpa melihat ada darah segar disudut bibir gadis itu.
"Mengerti! Aku juga tak suka menyentuh orang jelek!"
"Bilang apa?"
"Dan aku juga gak mau deket-deket orang sombong." Gerutunya
"Ulang sekali lagi?"
"Apa tuan budek?"
"Berani kau berkata sembarangan padaku? Apa perluku tambah luka di bibirmu?" ancam Max
"Luka ini bukan yang pertama!" gadis ini masih saja sengit tak takut dengan ancaman Max.
"Jangan berlaku kurang ajar aku gak segan-segan menghukummu dengan rotan lentur yang bisa melukai kulit tipismu! Ingat itu! Kau aku beli karena terpaksa! Akan aku jadikan keset di rumahku!"
"Lepaskan saja aku, aku bukan keset!"
"Lepaskan? Lalu kau di tangkap mereka dan dijual lagi? Enak saja mereka akan untung banyak."
"Aku bisa berlari sangat kencang seperti kijang. Aku tak akan tertangkap!"
"Kau tak akan bisa kabur dariku."
"Aku akan sembunyi di kolong jembatan."
"Kau miliku sekarang! Nyawamu juga miliku!"
"Aku tak ada gunanya. Minta kembali saja uangmu pada ayahku."
"Terlihat, memang kau tak ada gunanya! Ayahmu sudah menjualmu! Artinya kau itu sampah! Mengerti?"
"Mengapa tuan membeli sampah apa tuan seorang pemulung? Cih!"
"Mulutmu itu kupastikan akan membawa banyak masalah! Park masukan dalam bagasi, aku tak sudi semobil dengan dia!"
"Baik Tuan Max."
"Huh? Ak.. aku gak mau.. aku bisa mati di dalam sana! Lepaskan! Aku akan ganti uang tuan berapa pun. Maafkan aku.. jangan di bagasi!"
"Dengan apa aku mengganti uangku? Dengan badanmu saja tak akan ada yang mau! Masuk sekarang atau kuseret di belakang mobil!"
"Kalo gitu biarkan aku mati!"
"Kalau tak mau masuk ke dalam bagasi, maka kau akan mati sekarang juga dengan tanganku! Masuk!"
Di 20 menit perjalanan menuju rumah Max menyuruh Park untuk berhenti.
"Pinggirkan mobil Park! Buka bagasinya, aku takut ia mati kehabisan udara. Lalu tutup lagi, dan lanjutkan perjalanan!"
"Laksanakan tuan."
Park pun membuka dan menemukan gadis itu tertidur dengan air mata yang masih menggenang dengan menghisap ibu jari seperti bayi.
"Bagaimana kondisinya?"
"Saya kurang pasti apa ia pingsan atau tidur, tapi ia masih bernapas. Seperti ini."
Park memberikan foto yang ia ambil baru saja.
"Park selidiki latar belakang gadis itu. Aku tak mau nanti dituduh penculikan anak dibawah umur." Max menatap foto gadis itu ada yang aneh dengan gadis itu.
"Mengapa ia seperti bayi, mengisap jempolnya dan meringkuk? Apa ia selama ini hidup di jalan?" pikir Max dalam hati.
Setelah perjalanan 45 menit sampailah di mansion yang mewah dan megah dengan pengamanan berlapis.
"Paman Austin... Letakan gadis itu di kamar belakang dekat dapur. Jauhkan dariku. Awasi dan jangan sampai kabur. Laporkan segala ulahnya!"
"Baik tuan Max."
"Park bangunkan gadis itu!"
"Sepertinya ia sulit dibangunkan tuan, sudah saya guncang. Apa ia pingsan?"
"Ini pasti akal-akalan dia saja, sudah angkat dan baringkan di kamarnya. Jauhkan dari kediamanku ya! Jangan biarkan ia di dalam rumah utama!"
"Apa pekerjaannya tuan Max?" tanya Paman Austin.
"Aku belum tahu guna dari gadis ini.. biarkan saja dulu sampai saya tahu guna gadis ini di sini."
"Siap Tuan."
Dalam benaknya Max berpikir soal gadis liar itu, sesuatu membuatnya terusik.
"Apa aku terlalu kejam ya? Bagaimana kalau ia benar-benar pingsan dan kekurangan oksigen?"
"Aaaah.. kenapa aku memikirkan gadis lusuh itu yang bahkan namanya saja aku gak tau! Matanya liar dan wajahnya konyol! Bicaranya seperti anak kecil."
Pada saat makan malam Max teringat dengan gadis liar itu, entah mengapa ia penasaran.
"Paman Austin apa gadis liar itu sudah dikasih makan?"
"Sudah tuan sepertinya ia hanya mau makan mie saja."
"Sekarang sedang apa gadis itu?"
"Sejak tadi ia bersembunyi dan ketiduran di dalam lemari. Menangis lirih kadang meraung seperti sedang terguncang. Sepertinya ia jarang tidur di kasur dan sangat takut dengan orang asing. Rambutnya kusut, badannya penuh bekas luka. Seperti anak jalanan pada umumnya."
"Panggilkan dokter dan periksa. Aku tak mau ia bawa penyakit atau mati di sini."
"Baik tuan!"
"Menyusahkan saja! Apakah Tuhan sedang menghukumku? Maksudnya apa Tuhan mengirim gadis liar itu ke rumah ini? Aku tak mau lagi disusahkan dengan mahluk bernama wanita! Apa tak sebaiknya aku kirim ke panti asuhan? Atau rumah sakit jiwa?"
Max berpikir dalam benaknya, Gara-gara Agastara kini dia memiliki beban hidup yang tak menyenangkan.
"Awas kau Agastara, karenamu aku jadi terbebani seorang gadis yang tak tahu mau aku apakan!"
Apakah ini yang di sebut takdir? Dihan membutuhkan tempat untuk sembunyi sementara keluarga Rahadian membutuhkan guru untuk mengajar privat kedua anak gadisnya yang nakal tak senang belajar. Akhirnya Dihan menyanggupi untuk menjadi guru privat mereka dengan segala konsekwensinya. Sudah pasti penuh keributan dan kekacauan. Tapi bagaimana cara Dihan menaklukan kedua nona muda nakal itu? Dan bagaimana dengan Dihan, apa yang menngejarnya?
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Cerita ini khusus 21+, karena terdapat adegan panas. Cerita ini di mulai ketika Fahrizal masih berumur 13 tahun, tapi dia sudah bisa menunjukkan kelebihannya di atas ranjang.
Tiga tahun lalu, keluarganya menentang pilihan William untuk menikahi wanita yang dicintainya dan memilih Fransiska sebagai pengantinnya. William tidak mencintainya. Malah, dia membencinya. Tidak lama setelah mereka menikah, Fransiska menerima tawaran dari universitas impiannya dan mengambil kesempatan itu. Tiga tahun kemudian, wanita tercinta William sakit parah. Untuk memenuhi keinginan terakhirnya, dia menelepon Fransiska untuk kembali dan memberinya perjanjian perceraian. Scarlett sangat terluka oleh keputusan mendadak William, tetapi dia memilih untuk membiarkannya pergi dan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, William tampaknya menunda proses dengan sengaja, yang membuat Fransiska bingung dan frustasi. Sekarang, Fransiska terjebak di antara konsekuensi dari keragu-raguan William. Apakah dia bisa melepaskan diri darinya? Akankah William akhirnya sadar dan menghadapi perasaannya yang sebenarnya?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.