/0/20055/coverbig.jpg?v=5d9f4e69bb45bbccab425a4110c8bd52)
Udara pagi di SMA Harapan Bangsa terasa dingin dan mencekam. Kabut tipis menyelimuti halaman sekolah yang biasanya ramai dengan aktivitas siswa. Namun, hari ini, suasana di sekolah elit itu terasa berbeda. Keheningan menyelimuti setiap sudut, hanya diiringi oleh kicauan burung yang sesekali terdengar.
Udara pagi di SMA Harapan Bangsa terasa dingin dan mencekam. Kabut tipis menyelimuti halaman sekolah yang biasanya ramai dengan aktivitas siswa. Namun, hari ini, suasana di sekolah elit itu terasa berbeda. Keheningan menyelimuti setiap sudut, hanya diiringi oleh kicauan burung yang sesekali terdengar.
Di ruang belakang perpustakaan, sebuah pemandangan mengerikan terhampar. Dara, siswi kelas XII yang terkenal cerdas dan berprestasi, tergeletak tak bernyawa di lantai. Tubuhnya terkulai lemas, matanya terpejam, dan wajahnya pucat pasi. Di sampingnya, sebuah buku tebal tergeletak terbuka, halamannya terlipat rapi.
"Dara!"
Seorang siswa berteriak histeris. Suara itu menggema di ruangan yang sunyi, memecahkan kesunyian yang mencekam. Seketika, beberapa siswa lain berhamburan masuk, wajah mereka dipenuhi rasa terkejut dan ketakutan. Kabar duka itu dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah.
"Ini tidak mungkin!"
"Dara... Dia... Dia..."
Para siswa berbisik-bisik dengan raut wajah penuh kepedihan. Dara, yang dikenal ramah dan ceria, tiba-tiba menghilang dari dunia ini. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi seluruh penghuni SMA Harapan Bangsa.
"Saksi mata mengatakan Dara ditemukan oleh seorang petugas kebersihan yang sedang membersihkan ruangan ini," ujar Pak Hendra, kepala sekolah, dengan suara bergetar. "Segera setelah penemuan ini, kami menghubungi pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan."
Para polisi dengan sigap memasuki ruang belakang perpustakaan. Mereka memeriksa setiap sudut ruangan, mencari petunjuk yang dapat mengungkap penyebab kematian Dara. Sementara itu, para siswa berkumpul di lapangan, berbisik-bisik dan saling bertukar informasi.
"Apakah dia dibunuh?"
"Siapa yang tega melakukan ini?"
"Aku tidak percaya... Dara... Dia... Dia..."
Rasa penasaran dan ketakutan bercampur aduk dalam hati para siswa. Kematian Dara menjadi misteri yang menggantung di udara, menghantui setiap sudut SMA Harapan Bangsa.
Di tengah suasana mencekam itu, seorang siswa bernama Rian, sahabat Dara, merasa ada yang tidak beres. Dia mengenal Dara dengan baik, dan dia yakin ada sesuatu yang janggal dalam kematian sahabatnya itu. Rian memutuskan untuk menyelidiki sendiri, mencari kebenaran di balik kematian Dara.
"Aku tidak akan membiarkan kematian Dara menjadi misteri," gumam Rian dalam hati. "Aku harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas ini."
Rian mulai mengumpulkan informasi dari para siswa, mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan oleh polisi. Dia mengunjungi tempat-tempat yang sering dikunjungi Dara, mencari jejak yang mungkin tertinggal.
Saat Rian sedang asyik mencari petunjuk, dia menemukan sebuah catatan kecil di meja Dara. Catatan itu berisi nama-nama siswa dan beberapa simbol aneh. Rian mengerutkan kening, mencoba memahami makna di balik catatan itu.
"Apa ini? Kenapa Dara menulis ini?"
Rian merasa semakin yakin bahwa kematian Dara bukan sekadar kecelakaan. Dia harus mengungkap misteri di balik kematian sahabatnya itu, sebelum terlambat.
Rian mengamati catatan kecil itu dengan saksama. Huruf-hurufnya rapi, seperti biasa, namun simbol-simbol aneh yang menyertainya membuatnya mengernyit. Dia mencoba menghubungkan simbol-simbol itu dengan sesuatu yang dia kenal, namun pikirannya kosong.
"Apa artinya ini, Dara?" gumam Rian pelan. "Kenapa kamu menulis ini?"
Rian memutuskan untuk mencari tahu siapa nama-nama yang tertulis di catatan itu. Dia membuka buku tahunan sekolah dan mencocokkan nama-nama di catatan dengan foto siswa.
"Ardi, Maya, Kevin, dan... siapa ini?" Rian mengerutkan kening. Nama terakhir di catatan itu ditulis dengan tulisan yang samar, sulit dibaca.
"Sepertinya ada yang salah dengan nama ini," pikir Rian. "Huruf terakhirnya seperti 'a', tapi sebelumnya... aku tidak yakin."
Rian mencoba mengingat apakah ada siswa di sekolah yang namanya mengandung huruf 'a' di akhir. Namun, pikirannya masih dipenuhi dengan rasa kehilangan dan kebingungan.
"Mungkin aku harus bertanya pada teman-teman Dara," pikir Rian. "Mungkin mereka tahu siapa orang ini."
Rian memutuskan untuk mencari teman-teman Dara yang lain. Dia mencari mereka di kelas, di kantin, dan di lapangan. Namun, semua teman Dara tampak terpuruk dalam kesedihan, sulit untuk diajak bicara.
"Maaf, Rian," kata Maya, salah satu teman Dara, dengan suara bergetar. "Aku masih belum bisa percaya ini terjadi."
"Aku tahu," jawab Rian. "Tapi kita harus kuat. Kita harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas ini."
"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan," jawab Maya. "Aku hanya merasa... kosong."
Rian mencoba menghibur Maya dengan kata-kata yang lembut. Dia tahu bahwa Maya sangat dekat dengan Dara, dan kehilangan sahabatnya pasti sangat menyakitkan.
"Aku akan berusaha mencari tahu siapa yang melakukan ini," kata Rian. "Demi Dara."
Maya mengangguk pelan. Dia masih terlalu sedih untuk berbicara. Rian memutuskan untuk mencari teman Dara yang lain. Dia berharap mereka dapat memberinya informasi yang lebih berguna.
Saat Rian sedang mencari teman-teman Dara yang lain, dia melihat Pak Hendra, kepala sekolah, sedang berbicara dengan seorang polisi. Mereka tampak serius, wajah mereka dipenuhi dengan kekhawatiran.
"Apa yang mereka bicarakan?" pikir Rian. "Apakah mereka sudah menemukan petunjuk?"
Rian penasaran, namun dia memutuskan untuk tidak mendekati mereka. Dia tidak ingin mengganggu penyelidikan polisi. Dia masih harus mencari tahu siapa nama terakhir di catatan Dara dan apa artinya simbol-simbol aneh itu.
Rian memutuskan untuk kembali ke ruang belakang perpustakaan. Dia berharap dapat menemukan petunjuk lain yang dapat membantunya mengungkap misteri kematian Dara.
Rian kembali ke ruang belakang perpustakaan. Suasana di sana masih terasa dingin dan mencekam. Polisi masih sibuk memeriksa setiap sudut ruangan, mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan.
Rian melihat buku tebal yang tergeletak di samping tubuh Dara. Buku itu masih terbuka di halaman yang sama, seperti saat Dara ditemukan. Rian penasaran dengan buku itu.
"Mungkin buku ini ada hubungannya dengan kematian Dara," pikir Rian. "Aku harus melihatnya."
Rian mengambil buku itu dengan hati-hati. Buku itu terasa berat dan tebal. Sampulnya terbuat dari kulit berwarna cokelat tua, dengan judul yang tercetak dengan huruf emas: "Sejarah Misteri di SMA Harapan Bangsa."
Rian membuka buku itu dan membaca halaman pertama. Buku itu berisi catatan tentang berbagai kejadian aneh yang pernah terjadi di SMA Harapan Bangsa. Ada cerita tentang hantu yang bergentayangan di lorong-lorong sekolah, tentang siswa yang menghilang tanpa jejak, dan tentang benda-benda yang bergerak sendiri.
Rian membaca dengan saksama, mencoba menemukan hubungan antara cerita-cerita di buku itu dengan kematian Dara. Namun, dia tidak menemukan petunjuk yang jelas.
"Mungkin buku ini hanya kumpulan cerita rakyat," pikir Rian. "Tapi kenapa Dara membacanya?"
Rian terus membaca buku itu, berharap menemukan sesuatu yang dapat membantu mengungkap misteri kematian Dara. Dia membaca tentang legenda sekolah yang menceritakan tentang sebuah artefak kuno yang tersembunyi di dalam sekolah. Artefak itu konon memiliki kekuatan magis yang dapat mengendalikan pikiran manusia.
"Artefak kuno?" pikir Rian. "Apakah ini ada hubungannya dengan Dara?"
Rian merasa semakin yakin bahwa kematian Dara bukanlah kecelakaan biasa. Dia harus mencari tahu lebih banyak tentang artefak kuno itu.
"Aku harus menemukan artefak itu," tekad Rian. "Mungkin artefak itu dapat memberikan jawaban atas misteri kematian Dara."
Rian menutup buku itu dan menyimpannya di tasnya. Dia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang artefak kuno itu. Dia akan bertanya kepada guru sejarah dan kepala perpustakaan.
"Aku harus mengungkap misteri ini," tekad Rian. "Demi Dara."
Rian meninggalkan ruang belakang perpustakaan dan menuju ruang guru. Dia harus mencari tahu lebih banyak tentang artefak kuno itu dan apa hubungannya dengan kematian Dara.
Bersambung...
Di balik rumah tangga yang tampak sempurna, seorang suami diam-diam menjalani hubungan dengan teman masa mudanya. Saat rahasia ini terbongkar, ia dihadapkan pada kemarahan istri dan keluarga yang harus ia perbaiki atau ia tinggalkan.
Seorang anak laki-laki berencana memberi cokelat pada gadis yang disukainya saat istirahat sekolah. Tapi, ketika teman-temannya mulai menggodanya, rencananya gagal. Akankah ia tetap punya keberanian untuk memberikannya di hari lain?
Seorang istri yang baru mengetahui bahwa suaminya telah berselingkuh selama bertahun-tahun. Saat kebenaran terungkap, ia merencanakan pembalasan yang akan menguji kesetiaan dan kesabaran semua orang di sekitarnya.
Seorang wanita yang menikah dengan pria yang tampak sempurna mulai merasakan perasaan tak terduga terhadap pria lain. Saat ia terseret dalam kisah cinta terlarang ini, ia harus memilih antara hasrat atau komitmen pernikahannya.
Seorang pria yang merasa diabaikan oleh istrinya jatuh cinta pada teman dekatnya. Perselingkuhan ini perlahan-lahan menghancurkan persahabatan dan hubungan pernikahannya, meninggalkan bekas yang sulit disembuhkan.
Seorang wanita harus memilih antara kekasih rahasianya yang penuh gairah atau suami yang selalu mendukungnya. Saat ia terjebak dalam kebingungan, ia menyadari bahwa pilihannya akan mengubah hidup semua orang di sekitarnya.
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Warning! Banyak adegan dewasa 21+++ Khusus untuk orang dewasa, bocil dilarang buka!
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"