/0/19453/coverbig.jpg?v=27cf6cfd19e4e6b5bb18463954ec3562)
Anjasmara, seorang putra selir di kerajaan Galuh yang diperintahkan oleh ibunya untuk mencari pendamping hidup dengan cara terjun dunia rakyat jelata menjadi sesosok pendekar muda gagah dan tampan. Apabila ada gadis yang ditemuinya dan susah untuk disentuh, maka itulah jodoh sejatinya. Namun, karena ketampanannya itu membuat setiap perempuan tergila-gila kepadanya. Di sisi lain sebagai pendekar, dia harus berurusan dengan masalah dunia persilatan yang membahayakan nyawanya. Namun, di sinilah dia dapat meningkatkan kemampuannya. Bagaimanakah Anjasmara menemukan belahan jiwanya dan mengatasi segala persoalan di jagat kaum pendekar? Ikuti kisahnya dalam Pendekar Petualang Cinta.
Di suatu siang, Anjasmara tampak berada di sebuah kedai untuk mengisi perut. Pemuda berusia dua puluh tahun ini berbaur dengan pengunjung lain.
Ketika sedang menikmati santapannya, tiba-tiba terdengar gumaman pengunjung kedai lain. Bisik-bisik dengan nada penuh ketakutan. Sepertinya mereka tidak berani bersuara keras.
Si pemuda segera mencari tahu apa yang terjadi. Anjasmara memutar bola mata ke sana kemari tanpa memalingkan kepala.
Tak lama kemudian di jalan depan kedai tampak lewat satu rombongan orang. Rupanya ini yang dibicarakan orang-orang.
Anjasmara melihat seorang gadis yang diikat seluruh badannya, diusung di atas tandu yang dipikul oleh empat lelaki berbadan kekar.
Di belakangnya ada belasan orang berjalan mengikuti. Setelah lewat jauh, Anjasmara baru menanyakan hal tadi kepada pemilik kedai.
Si pemilik kedai tampak ragu untuk menjawab. Seolah takut terdengar oleh rombongan yang lewat tadi. Sampai-sampai keringat kecil menetes di dahinya.
"Tenang saja, Pak. Mereka sudah jauh, katakan saja!" bujuk Anjasmara.
"Itu gadis persembahan untuk Dewi Gedeng Permoni!" Suara si pemilik kedai sedikit berbisik, tapi masih terdengar jelas ke telinga Anjasmara.
"Persembahan?" Anjasmara kerutkan dahi. Mencari jawaban lain.
Kemudian Si pemilik kedai agak mengeraskan suara dari sebelumnya. Merasa keterangan ini harus disampaikan kepada tamunya.
"Desa ini dikuasai oleh wanita setengah siluman Dewi Gedeng Permoni yang setiap purnama meminta gadis persembahan. Karena kalau tidak menuruti permintaannya, maka desa ini akan selalu dilanda bencana,"
"Tidak masuk akal!" gumam Anjasmara. "Terus sudah berapa gadis yang dikorbankan?" tanyanya kemudian.
"Ini yang ke dua belas!"
"Waduh!" umpat Anjasmara.
Lagi-lagi kening Anjasmara semakin mengkerut. Dia harus tahu lebih banyak tentang hal ini, dia harus ikut campur masalah ini. Desa ini harus dibebaskan dari penipuan yang dilakukan Dewi Gedeng Permoni.
"Ini pasti cuma akal-akalan. Ada apa dibalik semua ini?" gumam Anjasmara.
Setelah beres makan dan membayar, Anjasmara segera keluar dari kedai. Dia diam-diam mengikuti rombongan yang membawa gadis persembahan.
Tidak susah untuk mengejar rombongan itu karena menggunakan ilmu meringankan tubuh yang dia miliki. Apalagi rombongan tersebut berjalan biasa saja.
Rombongan pembawa Gadis Persembahan itu kini sedang menaiki sebuah bukit kecil yang pepohonannya begitu rapat bagaikan di hutan.
Suasana di sana juga tampak mencekam seolah-olah di balik semak yang tersembunyi sudah ada makhluk mengerikan yang siap memangsa. Namun, Anjasmara tidak merasa gentar sedikit pun.
Anjasmara terus menguntit tanpa mengeluarkan suara. Dia ingin tahu seperti apa tempat yang akan menjadikan gadis di atas tandu itu sebagai persembahan.
Rombongan pembawa Gadis Persembahan sampai di puncak bukit yang tanahnya datar dan cukup luas seperti lapangan yang sisi-sisinya dipagari pepohonan.
Sementara Anjasmara sudah menemukan tempat untuk bersembunyi dengan aman. Keberadaannya tidak akan terendus oleh orang-orang itu.
Di tengah-tengah lapangan itu ada sebuah lubang besar seperti sumur yang dikelilingi batu-batu ukuran sedang yang disusun melingkar. Lubang ini dijaga empat lelaki bertubuh kekar.
Gadis yang diusung tandu diletakan di dekat lubang sumur. Lalu entah dari mana asalnya tiba-tiba berkelebat satu sosok dan mendarat tepat di depan Gadis Persembahan. Seorang wanita berpakaian seperti putri bangsawan.
Wanita berumur sekitar tiga puluh tahun. Wajahnya dewasa, tapi cukup menarik karena terbantu bentuk tubuh sintal padat menggoda kaum lelaki.
Di kepalanya terpasang sebuah mahkota kecil. Sorot matanya tajam. Pakaiannya begitu ketat sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Dada Anjasmara berdesir melihat tubuh wanita ini.
"Sembah untuk Dewi Gedeng Permoni!"
Belasan lelaki yang membawa Gadis Persembahan membungkuk dalam termasuk empat penjaga sumur.
"Berdiri!"
Semuanya kompak berdiri lagi. Dewi Gedeng Permoni memandang semua pengikutnya. Tatapannya tajam dan tegas. Aura kepemimpinan memancar kuat dari wajahnya yang tegas.
"Terima kasih atas Gadis Persembahan untuk purnama kali ini. Seperti biasa antarkan sedikit imbalan ini kepada orang tuanya!"
Salah satu penjaga sumur mengeluarkan buntalan kain yang berisi perhiasan emas. Salah seorang pengantar menerimanya.
"Lemparkan persembahan!" perintah Dewi Gedeng Permoni.
Dua orang penjaga melepaskan gadis persembahan yang diikat di tandu. Kemudian diangkat dan dilemparkan ke dalam sumur. Tidak terdengar suara apapun saat si gadis melayang masuk ke lubang sumur.
Setelah upacara persembahan yang hanya melemparkan tumbal ke dalam sumur, Dewi Gedeng Permoni berkelebat lenyap lagi. Para pengantar langsung menuruni bukit.
Pada saat Gadis Persembahan dilemparkan, Anjasmara sudah melesat ke dalam sumur. Ingin tahu apa yang ada di dalamnya.
Gerakan si pemuda tidak terlihat oleh mata kasar orang-orang yang berada di sana karena saking cepat, ringan dan tidak menimbulkan suara ilmu ringan tubuhnya.
Ilmu meringankan tubuh yang sudah sempurna. Didapat dari gemblengan kakeknya.
Ternyata lubang kecil hanya di atas saja. Setelah menembus satu tombak, ruangan di dalamnya cukup besar seperti ruangan dalam goa.
Tubuh si gadis yang jatuh melayang itu ditangkap oleh seseorang yang sudah siap menunggu di bawah.
Tap!
Begitu tertangkap, si gadis langsung diturunkan lagi. Kemudian orang ini menggiringnya ke sebuah lorong yang lebarnya hanya menampung satu orang saja. Si gadis berjalan di depan.
Sosok Anjasmara yang laksana angin berputar-putar sangat cepat mengikuti dari belakang.
Lorong itu cukup panjang dan gelap. Karena ingin tahu lebih cepat, Anjasmara melesat mendahului.
Setelah diselidiki ternyata lorong ini menuju sebuah rumah agak besar yang berdiri di lereng bukit.
Tersembunyi di antara pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tempat ini sepertinya tidak banyak orang tahu, terutama warga sekitar bukit ini.
Segera saja Anjasmara mencari tempat sembunyi lagi di antara pohon-pohon yang rindang itu. Kemudian mengintai rumah tersebut. Pandangan dan pendengarannya ditajamkan.
Di dalam rumah itu, Dewi Gedeng Permoni sudah menunggu bersama tiga orang lelaki yang berpakaian mewah seperti pejabat kerajaan.
Si Gadis Persembahan sudah sampai di sana. Dia disuruh duduk di depan tiga lelaki yang langsung meleletkan lidah melihat paras dan bentuk tubuh yang menggiurkan.
"Bagaimana?" tanya Dewi Gedeng Permoni meminta pendapat mengenai gadis itu.
Si gadis hanya diam pasrah sambil menundukkan wajah. Dia sama sekali tidak tahu akan seperti apa nasibnya setelah ini.
Dia hanya menyangka akan dijadikan tumbal untuk Dewi Gedeng Permoni wanita yang dianggap setengah siluman itu.
Dalam pikiran si gadis dia akan dimakan mentah-mentah oleh wanita yang berdandan seperti dewi itu, mengingat teman-teman yang sebelumnya dijadikan persembahan tidak pernah kembali lagi.
"Siapa namamu?" tanya salah satu lelaki.
"Wuni," jawab si gadis tak berani mengangkat kepala.
"Wuni, kau akan ikut mereka ke suatu tempat. Ketahuilah kau bukan jadi tumbal persembahan, tapi sebenarnya kau akan menerima kehidupan yang lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Asalkan kau harus mematuhi perintah mereka!" Dewi Gedeng Permoni menjelaskan.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Zain, seorang pengusaha terkenal yang terlihat muda di usianya yang mendekati empat puluh. Ia adalah seorang pria yang nyaris sempurna tanpa cela. Namun, tidak seorang pun yang tahu. Lima tahun yang lalu pasca menyaksikan pengkhianatan istrinya, Zain mengalami kecelakaan tragis. Dampak kecelakaan itu ia mengalami disfungsi seksual. Demi harga dirinya, Zain menjaga aib itu rapat-rapat. Namun, hal itu dimanfaatkan Bella untuk berbuat semena-mena. Kecewa karena Zain tidak mampu memberinya kepuasan, Bella bermain gila dengan banyak pria. Zain tidak berkutik, hanya bisa pasrah karena tidak ingin kekurangan dirinya diketahui oleh orang banyak. Namun, semuanya berubah saat Zain mengenal Yvone, gadis muda yang mabuk di kelab malam miliknya. Untuk pertama kalinya, Zain kembali bergairah dan memiliki hasrat kepada seorang wanita. Namun, Yvone bukanlah gadis sembarangan. Ia adalah kekasih Daniel, anak tirinya sendiri. Mampukah Zain mendapatkan kebahagiaannya kembali?
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"