/0/18658/coverbig.jpg?v=019871238ef7c1518012e79c235cb4a7)
Menjadi pengawal seorang CEO arogan bukanlah impian Asalina, tapi karena sebuah insiden dia terpaksa menandatangani kontrak perjanjian.
Ashalina Lamida, memasang wajah santai ketika polisi menginterogasinya. Padahal dalam hatinya, Ashalina ingin sekali mematahkan kaki Aldo satu lagi, yang tadi sempat melecehkan dia di kampus.
Memang susah berhadapan dengan orang kaya, mereka seenaknya sendiri, menghargai orang lain hanya dengan uang. Aldo adalah salah satu anak pejabat daerah yang sekampus dengan Ashalina.
Siapa yang tidak tertarik pada Ashalina Lamida. Gadis cantik nyaris sempurna itu selalu menjadi perbincangan hangat di kampus. Selain cantik, dia menguasai ilmu beladiri dan multibahasa juga. Aldo mati-matian mengharap cintanya, tetapi selalu saja ditolak. Akhirnya Aldo kalap, dia tak memikirkan pandangan mahasiswa lain, dengan sigap, anak mami itu mencium Ashalina.
Pukulan bertubi-tubi mendarat di pipi dan kening Aldo, terakhir, terdengar suara pekikan dari mulut mahasiswa nakal itu ketika Ashalina menendang kakinya.
"Anda cantik, tapi kenapa kasar sekali?" tanya polisi.
"Saya mau tanya, Pak. Apakah Bapak setuju kalau misalnya adik atau anak Bapak dicium tanpa adanya ikatan?" jawab Ashalina balik bertanya.
Sesaat polisi itu diam, lalu dia berjalan ke arah Ashalina dan berbisik, " Tolong jangan mempersulit saya, Nona."
"Oke, sekarang saya paham!" Ashalina berucap ketus, lalu matanya melotot ke arah Aldo .
"Antar aku ke rumah sakit," pinta Aldo sambil meringis.
"Udah jelas sakit, kenapa kamu menggiringku ke kantor polisi?! Merepotkan!" bentak Ashalina.
Dengan berat hati, Ashalina memapah Aldo. Lalu mengambil alih setir kemudi karena supir pribadi anak mami itu mendadak pulang dipanggil sang majikan, papi Aldo.
Sesampainya di rumah sakit, Ashalina kembali memapah Aldo. Suatu kesempatan yang menguntungkan bagi pria berada di dekatnya, bisa berlama-lama dengan gadis pujaan hati. Seperti mendapatkan kemenangan setelah musibah yang diterimanya.
"Temani aku sampai kondisiku kembali pulih," rengek Aldo, itu membuat Ashalina mendadak mual.
"Ih, najis. Kamu seperti bayi yang kehilangan mainan," ejek Ashalina.
"Oke, kalau kamu tidak mau, aku akan ...."
"Akan apa? Aku lebih baik mendekam di penjara, dari pada berlama-lama dengan cowok tengil seperti kamu," ucap Ashalina memotong pembicaraan Aldo.
"Jangan membuat ayahmu sedih," acam Aldo. Dia tahu kalau Ashalina sangat patuh dan menyayangi kedua orang tuanya.
Gadis cantik bermata cokelat itu terdiam. Mengingat sang ayah yang kini kondisi kesehatannya sedang menurun, dia akhirnya terpaksa menuruti keinginan Aldo. Anak mami itu bisa saja membuat kekacauan yang lebih parah karena uang berbicara.
"Asha, maafin aku, ya. Ini semua kulakukan karena aku menyukaimu. Kamu jangan merasa ditindas apalagi merasa kalau aku sedang mengancam," ujar Aldo mencoba membujuk Ashalina.
"Kamu tidurlah, aku mau cari makan dulu. Laper," ungkap Ashalina.
"Tak perlu capek-capek keluar," cegat Aldo, kemudian dia meraih ponselnya. Lalu, dia menelepon restoran cepat saji.
Selang beberapa menit, suara ketukan pintu terdengar. Pria berpakaian seragam berwarna serba merah dan memakai topi bergambar ayam, mengantar makanan yang dipesan Aldo tadi.
Ashalina yang sudah kelaparan, dia langsung menyambar kotak di tangan pengantar makanan. Tak peduli dengan tanggapan dua orang pria beda generasi dan kasta itu, Ashalina makan dengan lahap sembari menaikkan kakinya sebelah ke atas bangku. Aldo menggeleng-geleng melihat kelakuan sang gadis.
"Tadi sok jual mahal," cibir Aldo. "Ini, Mas. Ambil aja kembaliannya." Setelah membayar, Aldo kembali menyandarkan kepala ke bantal yang disusun tegak.
Setelah selesai makan, Ashalina berpamitan pulang pada Aldo. Awalnya si anak mami tak mengizinkan, tetapi Ashalina berjanji akan membesuknya esok hari, sampai di jam yang sama seperti saat ini.
***
"Asha, kenapa kamu telat pulang, Nak? Apa ada kelas tambahan?" tanya Kato-ayah Ashalina.
"Iya, Yah. Asha sebentar lagi, kan diwisuda. Jadi, mungkin dalam seminggu ini akan sibuk, Yah. Ayah tenang aja, Asha bisa jaga diri, kok," jawabnya.
"Baik. Sebentar lagi kamu sudah jadi sarjana, semoga kedepannya bisa mendapatkan pekerjaan bagus," ucap Kato sembari membelai rambut anaknya yang tergerai panjang.
Ashalina mengecup tangan sang ayah, lalu beralih ke ibunya yang sedang mempersiapkan makan malam.
"Laper, ya?" tanya Saira, sedangkan matanya tetap fokus pada ayam yang sedang berenang di minyak panas.
"Nggak, Bu. Tadi Asha sudah makan di kampus." Lagi-lagi dia berbohong. Walau menyesal, tetapi itu dilakukan demi menjaga perasaan kedua orang tuanya.
***
Keesokan harinya Ashalina pergi ke rumah sakit sepulang dari kampus. Bel belum berbunyi, tetapi Aldo sudah sibuk mengirim chat melalui aplikasi berwarna hijau.
"Dikira aku ini istrinya apa. Ck!" gerutu Ashalina ketika naik ke angkot.
Perasaannya sedang tak baik, merasa dimanfaatkan dalam situasi ini. Di dalam angkot, ada seorang pria bertato menatapnya penuh birahi. Padahal Ashalina tidak berpakaian seksi, tetapi kecantikannya seperti maknet yang siap menarik siapa saja yang meliriknya. Pria itu mulai mendekat, mungkin dia merasa aman karena tak ada orang lain selain si supir.
"Heh, heh, mau ngapain kamu?" gertak Ashalina sembari membulatkan telapak tangannya.
"Uh, kamu benar-benar membuatku penasaran," ujar pria bertato itu.
"Bang ... Bang, stop!" seru Ashalina pada si sopir.
Namun, si sopir terus melaju karena diancam pria bertato. Awalnya Ashalina mencoba mengelak-elak, tetapi pria itu tak juga menghentikan aksinya.
Bugh!
Tinju Ashalina tepat mengenai hidung pria itu. Darah mengucur, tetapi dia tak memedulikan. Tangannya masih menggapai-gapai gadis jagon tersebut.
"Berhenti, Bang!" bentak Ashalina. Akhirnya si sopir meminggirkan mobil.
Ashalina melompat keluar, lalu disusul pria tersebut. Baku hantam pun tak terelakkan, hingga menarik perhatian pengguna jalan lainnya. Kebetulan, seorang wartawan melewati jalur itu. Dia gegas mengabadikan kejadian tersebut dengan memotretnya.
Polisi yang ternyata bernama Heri Saputra, meraih ponsel milik sang gadis. Lalu, dia berbicara pada Aldo dan menerangkan kejadian yang tak sempat dia saksikan begitu jelas. Aldo mengerti, tetapi dia meminta pada Heri untuk segera melepaskan Ashalina.
"Saya tanya-tanya Anda di mobil aja, Nona. Sambil mengantar Anda ke rumah sakit," ujar Heri Saputra.
"Bapak, kok, cemen banget, sih? Apa yang Bapak takuti dari cowok tengil itu. Bapak polisi, loh," ucap Ashalina mengejek.
"Diam kamu!" bentak Heri Saputra. Sementara temannya yang sedang menyetir, sesama polisi hanya menggeleng-geleng.
Ashalina Lamida mulai menjelaskan kronologi. Setiap apa yang diucapkan gadis cantik itu, Heri mendengarkan dan mencatat dengan serius. Entah untuk apa dia lakukan itu.
Sesampai di rumah sakit, Ashalina langsung menuju ruang VIP, tempat si anak mami dirawat. Di saat membuka pintu, ternyata mami Aldo sudah berada di dalam.
"Ooo ... ini yang namanya Ashalina Lamida?" tanya wanita berpenampilan glamor.
"I-iya, Tante," jawab Ashalina sedikit gugup. Dia mengira kalau Aldo menceritakan keburukannya. "Gawat, bisa runyam, nih, berurusan dengan ibu-ibu," lanjutnya membatin.
"Pantesan, kamu memang benar-benar cantik," puji mama Aldo.
"Ah, Tante bisa aja," ucap Ashalina sembari menghela napas karena yang dicemaskan tidak terjadi.
Mereka bertiga pun larut dalam obrolan, hangat menurut Aldo, tetapi Ashalina merasa risi. Mami Aldo terlalu menyombongkan diri, membahas pakaian-pakaian mahal, tas, dan juga sepatu branded. Sesuatu yang membuat Ashalina muak pun juga terjadi. Aldo mengambil kesempatan untuk bersandar di bahu gadis bermata cokelat itu.
Ashalina coba menghindar, tetapi Aldo terus saja menggeser duduknya. Sementara maminya masih sibuk memamerkan foto-foto koleksi dan rumah milik mereka.
"Demi apa aku terjerat di antara orang aneh berdua ini," rutuk Ashalina dalam hati.
"Asha, kamu juga lulus tahun ini, ya?" tanya mami Aldo.
"Iya, Tante," jawab Ashalina.
"Mau kerja dimana setelah lulus?"
"Belum tau, Tan."
"Gimana kalau kamu kerja di butik tante aja," tawar mami Aldo.
Wajah Aldo berubah, dia tersenyum dengan semringah. Berharap pujaan hati menerima tawaran dari maminya, agar dia bisa bebas menemui Ashalina.
Bersambung ....
Lingkungan baru, teman baru, dan memiliki ayah baru ketika ibu Jessi yang bernama Siren menikah lagi dengan seorang pria yang juga memiliki satu orang putra. Siapa yang akan menyangka kalau Jessi dan Arga (kakak tiri) akhirnya terlibat cinta terlarang setelah melewati pertikaian-pertikain beberapa waktu yang telah dihabiskan. Bagaimana akhir dari hubungan Jessi dan Arga karena mereka bestatus adik kakak walaupun tidak sedarah? Silakan diikuti hingga cerita ini sampai selesai.
"Jangan berbangga dulu kalian, saat ini aku memang kalah, tetapi aku akan lahir kembali!" Suara itu lama kelamaan menghilang, ditelan desau angin yang berembus kencang. Bau busuk seperti sesuatu yang terbakar, tercium indra penciuman bagi siapa yang berada di lokasi tersebut. Mencintai arwah sang kekasih, berwujud ketika mendapat pertolongan dari seorang dukun sakti mandraguna, tetapi ternyata ditipu oleh ratu iblis. Hubungan Jacob dengan si iblis bukan sekedar saling menyapa, tetapi sering berlanjut ke ranjang ....
“Dasar wanita pembawa sial! Kenapa dia menyetujui pernikahan ini? Oh, sekarang aku baru ingat, bisa saja dia memang benar-benar menyukaiku. Secara, aku kan, lebih tampan dari pria yang tak jadi menjadi tunangannya itu,” rutuk Demian Dewantara, menyayangkan nasib yang menimpa dirinya. Pernikahan yang dibisnikan, itulah tanggapan Hana Anindya Prayoga. Dia juga tak sudi menerian Demian Dewantara menjadi suaminya. Akan tetapi, drama yang diciptakan oleh Guntoro Prayoga—ayahnya—sukses membuat Hana Anindya Prayoga terjebak ke sebuah hubungan tanpa adanya cinta. Namun, pada suatu kejadian, perasaan benci itu melebur. Seiring berjalannya waktu, semuanya berubah.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?