/0/18551/coverbig.jpg?v=741ce08012138561fb73bc9f588047d3)
Entah harus merasa sial atau beruntung. Arlina malah di titipkan sang Ayah pada sahabatnya yang notabanenya adalah sosok duda tampan dan sexy. Membuatnya malah terjalin hubungan yang rumit bersama Albara sang duda tersebut
•••••
" Untuk sementara, Ayah akan menitipkan mu pada teman Ayah. Selama Ayah pergi,"
" Maksudnya gimana, Yah?" Bingung Arlina menatap sang Ayah.
" Begini, untuk beberapa waktu Ayah akan pergi ke desa orang tua Ayah." Albern menghela nafas lebih dulu, sebelum kembali melanjutkan ucapanya.
" Ada beberapa urusan yang harus Ayah selesaikan di sana nantinya. Jadi, Ayah pikir lebih baik kamu Ayah titipkan saja.pada teman Ayah itu."
" Kenapa sih harus di titipin segala? Ayah pikir aku barang apa? Lagi pula aku udah dewasa, aku bisa kok tinggal di sini sendiri," tolak Arlina.
" Tidak bisa!" Bantah Albern. Dia tak mungkin membiarkan putri satu - satunya itu tinggal sendiri di kota seperti ini.
" Ayah akan tetap menintipkan mu pada teman Ayah. Ayah percaya dia bisa menjagamu selama Ayah tinggal nantinya."
" Tapi, Ayah!"
" Tidak ada bantahan, Arlina Albern! Cepat kemasi barangmu sekarang juga. Bawa saja yang nanti akan kamu butuhkan, Ayah tunggu di sini." Titahnya tak ingin di bantah.
Dengan rasa malasnya, Arlina mau tak mau menurut perintah Albern. Dia beranjak dari duduknya lalu pergi masuk ke dalam kamarnya untuk segera berkemas. Sebelum nantinya sang Ayah akan kembali mengomelinya lebih pedas dari tadi.
••••
" Turun!"
Kini keduanya sama - sama turun dari dalam mobil. Arlina menatap rumah dua lantai di depanya itu. Rumah yang bisa di katakan mewah nan elegan bergaya eropa klasik tersebut.
Ternyata teman Ayahnya adalah orang kaya, dia pikir hanya sebatas orang biasa saja. Tak pernah terpikirkan jika sang Ayah memiliki teman yang orang berada.
" Ayo!" Ajak Albern pada Arlina, yang di angguki oleh gadis itu.
Mereka berjalan menuju teras rumah, dan belum sempat mengetuk atau bahkan menekan bell rumah. Pintu rumah tersebut sudah terbuka menampilkan seorang pria tampan.
" Selamat siang, Bara!" Sapa Albern
" Ckk! Kenapa harus sok menyapa segala." Decak pria tampan sang pemilik rumah itu.
" Aku hanya basa - basi saja," kekeh Albern lalu menepuk pundak temanya itu.
" Masuklah ..."
Dia mempersilahkan anak dan Ayah itu untuk masuk ke dalam rumah. Arlinya hanya menurut saja, mengikuti langkah Ayahnya yang terlihat seperti sudah terbiasa datang ke rumah ini.
Saat sudah sampai di dalam, Arlina ikut duduk di sofa ruang tamu yang cukup luas. Matanya seakan meneliti seisi ruangan, mencoba melihat - lihat apa saja yang ada.
" Oh, ya Bara. Seperti yang aku bilang waktu itu. Ini dia Arlina putriku. Aku minta tolong padamu titip dia, karena aku harus pergi ke desa."
Bara menoleh menatap Arlina yang masih sibuk memperhatikan seisi ruangan. Bara mengangguk paham, karena sebelumnya Albern sudah menghubunginya lebih dulu dan menjelaskan maksud kedatanganya saat ini.
" Arlina," Albern menyenggol lengan tangan putrinya.
Arlina pun tersadar mendapati Ayahnya memanggilnya. Menoleh seakan bertanya " apa?"
" Kenalin ini Om Bara,"
" Oh, hay Om aku Arlina." Ujarnya seadanya.
Bara tersenyum simpul menyambut ucapan Arlina. Arlina sedikit terpukau di buatnya, saat mendapat senyuman simpul dari Bara. Rasanya hangat dan dia menyukai senyum manis pria itu.
" Jadi kapan kau pergi?" Tanya Bara.
" Sore ini, makanya aku langsung mengajak Arlina datang kemari sekaligus membawa barang yang nantinya akan dia butuhkan selama tinggal di sini."
" Secepat itu?" Tanyanya lagi,
" Bukankah lebih cepat lebih baik? Aku juga tak ingin terlalu lama merepotkanmu."
" Kau ini seperti dengan siapa saja?"
" Arlin, Ayah harap kamu akan baik - baik saja di sini dan tak merepotkan teman Ayah ini yang sudah berbaik hati mau di titipimu."
" Ayah, sudah aku bilang aku bukan anak kecil lagi. Ayah tidak perlu khawatir, aku tak akan membuat kekacauan selama Ayah pergi," cebik Arlina merasa kesal sekali. Ayahnya sungguh sangat berlebihan padanya.
" Ya sudah kalau begitu Ayah pamit,"
" Loh, kata Ayah perginya nanti sore?"
" Iya memang, tapi Ayah harus bersiap lebih dulu" sahutnya enteng.
Arlina kembali mencebik, melihat jam yang melingkar di tangan kirinya kini baru pukul Dua siang.
" Bara, sekali lagi terima kasih dan maaf sudah merepotkanmu."
" Tidak.perlu seperti itu, kita itu berteman. Jadi tak perlu merasa sungkan."
Albern memilih pamit dari sana, meninggalkan Arlina di rumah itu.
•••
Sesampainya di rumah, Albern bergegas turun dari mobilnya dan masuk ke dalam berkemas membawa beberapa pakaian untuk ganti nantinya di sana.
Albern juga memilih membawa kendaraanya sendiri ketimbang naik transportasi udara atau yang lainya. Dia merasa jika membawa mobil sendiri akan terasa bebas saat lelah dan ingin beristirahat di mana saja.
Terlebih nantinya dirinya juga bisa menggunakan mobil itu saat sudah sampai di desa. Di desa orang tuanya dulu, terbilang masih begitu asri dan tak begitu banyak ada kendaraan umum saat ingin berpergian kemana pun itu.
Ada hari - hari tertentu saja, kendaraan umum dapat bisa di akses seperti saat ing pergi ke pasar atau ke tempat lainya.
Di sisi lain Arlina tengah duduk di atas kasur yang akan menjadi kamarnya selama tinggal di rumah ini. Kamar yang tak terlalu luas maupun sempit itu, begitu nyaman bagi Arlina.
Terlebih kamar mandi yang juga terletak di dalamnya, bisa memudahkan Arlina nantinya tak begitu repot harus keluar kamar lebih dulu jika ingin buang air saat malam hari.
" Kok dari tadi sepi ya? Emangnya gak ada orang lain apa di sini?"
Arlina berbicara sendiri merasa heran, belum menemukan orang selain Om Bara tersebut di dalam rumah ini.
Tak ingin ambil pusing, Arlina lebih memilih membereskan barang yang dia bawa dari rumah. Mulai memasukan pakaian ke dalam lemari dan menata alat kecantikanya di atas meja dandan yang sudah te
" Ahh ... cape juga," keluhnya setelah selesai membereakn semua barang miliknya.
" Haus lagi," Arlina menggigit bibirnya bingung sendiri saat ini.
Dia merasa sangat haus tapi bingung harus bagaimana? Diakan termasuknya tamu yang menumpang di sini dan gimana caranya dia ijin meminta minum pada sang pemilik rumah.
Arlina memilih keluar dari dalam kamar. Dia akan memberanikan diri meminta ijin pada Bara untuk meminta minum.
" Sedang apa?"
" Eh!" Arlina terlonjak kaget saat mendengar suara Bara tiba - tiba itu.
" Kenapa?" Bara bertanya kembali.
" Emm, itu ... anu ... " bingung Arlina.
" Katakan saja,"
" Emm, maaf Om sebenarnya aku haus dan pengen minta minum," cicitnya sembari menunduk malu.
Bara menggeleng tak habis pikir pada gadis di depanya ini.
" Ikut saya!" Titahnya berjalan lebih dulu membuat Arlina dengan cepat mengikuti langkah Bara yang ternyata pergi ke dapur.
" Jika haus atau pun lapar, bisa ke dapur ini. Kebetulan di sini tak ada pekerja yang menginap dan hanya ada pulang pergi saja setiap pagi sampai siang." Bara mencoba menjelaskan.
" Makasih, Om." Arlina menerima gelas berisi air yang di sodorkan Bara padanya.
" Kamu bisa minum atau makan - makanan yang ada. Biasanya Bibi akan memasak lebih dulu sebelum pulang dan menaruhnya di meja makan itu," tunjuk Bara ke arah meja makan tak jauh dari jarak mereka berdiri.
" Di sini kamu harus melakukan apapun itu sendiri, kecuali pagi sampai siang saat Bibi masih ada bekerja. Kamu bisa meminta tolong padanya."
" Ah, gitu Om." Arlina mengangguk paham.
" Ayok!" Bara menarik lembut tangan Arlina, membawanya untuk duduk di kursi makan.
" Makanlah," Bara mempersilahkan Arlina makan.
" Om gak makan?"
" Saya masih kenyang, kamu bisa makan sendirikan? Saya harus kembali bekerja."
" Bisa kok, sekali lagi terima kasih."
Bara mengangguk sebagai jawaban, dan segera pergi meninggalkan Arlina di sana. Arlina menatap punggung Bara yang menghilang saat memasuki sebuah ruangan. Mungkin itu ruang kerjanya atau kamarnya? Arlina tak tahu.
•••••
Si bungsu dari keluarga Darendra, bernama Davian Darendra. Dengan kisah cinta cukup rumitnya bersama seorang gadis yaitu, Belva Safaniora. Gadis berwajah imut namun, selalu bersikap keras kepala jika berhadapan dengan Davian.
Menceritakan sosok bernama Badra Gentala. Pria yang begitu terobsesi pada keponakanya sendiri.
Siska teramat kesal dengan suaminya yang begitu penakut pada Alex, sang preman kampung yang pada akhirnya menjadi dia sebagai bulan-bulannya. Namun ketika Siska berusaha melindungi suaminya, dia justru menjadi santapan brutal Alex yang sama sekali tidak pernah menghargainya sebagai wanita. Lantas apa yang pada akhirnya membuat Siska begitu kecanduan oleh Alex dan beberapa preman kampung lainnya yang sangat ganas dan buas? Mohon Bijak dalam memutuskan bacaan. Cerita ini kgusus dewasa dan hanya orang-orang berpikiran dewasa yang akan mampu mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung di dalamnya
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....