Unduh Aplikasi panas
Beranda / Romantis / Jodoh Tak Akan Tertukar
Jodoh Tak Akan Tertukar

Jodoh Tak Akan Tertukar

5.0
41 Bab
598 Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Aldi begitu mencintai Sella yang telah dipacarinya selama enam tahun. Hubungan mereka selama ini dirahasiakan demi menjaga kondisi kesehatan Bu Indri (ibunda Aldi) yang punya riwayat penyakit jantung. Bu Indri sangat peduli akan status sosial. Dia tak pernah menyukai Sella yang merupakan anak panti asuhan. Aldi mengajak Sella untuk menikah secara siri. Karena tak kunjung mendapat restu. Sella menerima ajakan Aldi, lalu mereka menikah. Sayangnya, Bu Indri menjodohkan Aldi dengan Lisa. Perjodohan itu awalnya ditolak oleh Aldi. Namun, karena tipu daya Lisa, Aldi terpaksa menikahi gadis itu. Bagaimana nasib Sella sebagai isteri siri Aldi?

Bab 1 Hubungan rahasia

Bab 1

"Ada yang perlu ditanyakan lagi, Bu?" tanya Aldi ramah kepada pasien seorang ibu paruh baya di hadapannya.

"Gak, Dokter. Saya langsung sembuh lho ini. Sudah ketemu Dokter Aldil. Ngomong - ngomong, dokter sudah punya pacar belum? Mau saya kenalkan sama anak bungsu saya," ucap Bu Faridah tertawa kecil.

Aldi seketika melirik ke arah gadis pujaan hatinya yang berada tepat di belakang kursi Bu Faridah.

"Sudah, Bu. Saya sudah punya calon isteri," sahut Aldi tersenyum. Diliriknya, Sella yang tersipu malu mendengar jawaban sang kekasih.

"Oke deh kalau gitu. Saya permisi dulu, ya, Dokter Aldi" pamit Bu Faridah beranjak dari duduknya dibantu oleh seorang perawat.

"Terima kasih, Suster Sella. Kalau Suster Sella bagaiamana? Cantik begini, mau saya jadikan menantu. Untuk anak sulung saya," goda Bu Faridah.

"Kebetulan saya juga sudah punya calon suami, Bu," sahut Sella tersenyum ramah.

"Wah, sayang banget, ya. Kalian berdua hati - hati 'lho. Bisa cinlok nanti. Sering kerja berdua," goda Bu Faridah yang berhasil membuat Aldi dan Sella menelah ludah.

Sepulangnya Bu Faridah sebagai pasien terakhir. Aldi segera memberikan kode kepada Sella untuk membuka handphonenya. Sella hanya tersenyum tanda mengerti.

"Aku tunggu di depan minimarket belakang rumah sakit, sayang," Sella membaca isi pesan Aldi dalam hati.

"Suster Sella, saya duluan, ya," ucap Aldi tersenyum mesra. Sella melemparkan senyum manis ke arah Aldi.

Selesai berganti pakaian, Sella segera menghampiri mobil sedan mewah yang parkir tepat depan minimarket. Sella segera memasuki mobil dengan cepat karena takut kalau ada rekan kerja mereka berdua yang melihatnya. Aldi segera tancap gas menuju sebuah restoran tempat mereka biasa berkencan.

"Sayang, kita go public aja, yuk. Aku tuh capek kucing - kucingan begini. Hampir dua tahun 'lho kita backstreet," Aldi menggenggam erat telapak tangan Sella.

"Aku takut sama Mama kamu, Yank. Kamu tahu sendiri beliau bagaimana. Mama kamu itu kalau datang ke rumah sakit selalu wanti - wanti buat cari tahu siapa cewek yang dekat sama kamu. Bibit bobot bebetnya dipertanyakan. Lah, aku cuma anak panti asuhan. Sudah jelas di blacklist jadi menantu Mama kamu," sahut Sella tertawa kecil.

"Ya sampai kapan kita backstreet? Kita tuh sudah sama sama dewasa. Aku usia 27 tahun kamu juga sudah 25 tahun. Sudah pas untuk menikah. Aku mau jujur sama Mama. Kalaupun harus dipecat jadi anak," gerutu Aldi.

"Aku gak mau kalau kamu begitu, sayang. Kamu harus ngerti juga, Mama kamu masih sangat terpukul dengan kepergian Kak Tami - kakak kamu. Saat ini, anaknya cuma kamu, sayang. Wajar, kalau Mama kamu memilih wanita terbaik untuk jadi isteri anaknya kelak," ucap Sella lembut.

"Aku tahu tapi, aku gak mau nikah kalau bukan sama kamu," ujar Aldi menghentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Iya, sayang. Nanti kita pikirkan lagi untuk bisa dapatkan restu dari Mama kamu. Semoga Mama kamu bisa terima aku nantinya," Sella tersenyum ke arah Aldi yang mulai memandangi secara lekat.

"Astagfirullahaladziim," ucap Sella seketika saat wajah Aldi semakin mendekat ke wajahnya.

"Maaf, sayang. Aku hampir aja khilaf," ucap Aldi merasa kikuk. Pasalnya, selama tiga tahun mereka menjalin kasih. Aldi dan Sella sangat membuat batasan. Bahkan sekedar mengec*p kening atau pipi.

"Iya, sayang. Ya sudah, kita lanjut jalan aja," ucap Sella dengan wajah yang memerah karena malu.

*****

Dirumah, Bu Indri belum tidur dan menunggu di sofa ruang tamu. Kebiasaan yang selalu dilakukannya hampir setiap hari. Menunggu anaknya pulang bekerja dari rumah sakit.

"Aldi, Mama mau bicara," ujar Bu Indri serius.

"Bicara apa, Ma? Apa gak bisa besok pagi? Aldi ngantuk banget," sahut Aldi malas. Dia sudah bisa menebak apa yang akan diucapkan sang ibu.

"Ini penting banget. Besok, kamu temani Mama, ya. Ke rumah Tante Nina. Kebetulan, besok ada arisan di rumahnya sekalian penyambutan kedatangan Lisa anaknya Tante Nina yang baru selesai kuliah di London," ajak Bu Indri bersemangat.

"Aldi besok ada janji, Ma. Aldi mau pergi futsal sama Damar. Papa libur juga 'kan, Ma?" tolak Aldi malas.

"Papa gak bisa. Besok Papa mau ada ketemu klien penting. Kamu futsalnya diundur aja, ya. Masa kamu tega biarin Mama pergi sendirian," pinta Bu Indri memelas.

"Ya 'kan ada si Opik, Ma," Aldi tetap menolak.

"Opik besok libur. Dia mau ngajak anaknya ke dokter gigi. Kasihan juga dia setiap hari supirin, Mama,"

"Itu 'kan memang tugas dia, Ma. Dia 'kan supir Mama,"

"Ya sudah, Mama sendirian saja. Andai Tami masih ada ---" ucap Bu Indri dengan ekspresi kesal bercampur sedih.

"Oke, Ma. Besok Aldi temani," ujar Aldi akhirnya menyanggupi permintaan Mama dengan hati kesal.

Usai, sedikit perdebatannya dengan sang ibu. Aldi menelepon Sella dan membatalkan janji temu mereka besok.

"Sayang, maaf besok kita batal pergi. Mama barusan minta temani aku ke acara arisan di rumah temannya," ujar Aldi dengan lirih.

"Ya sudah gak apa - apa, sayang. Kamu temani Mama saja. Aku gak apa - apa 'kok," ucap Sella lembut.

"Beneran?" tanya Aldi memastikan.

"Iya beneran, sayang. Kamu gak usah khawatir. Aku juga rencananya mau ke panti asuhan ketemu Bu Rani. Sudah lama juga aku gak kesana," Sella terdengar bersemangat.

"Kamu tuh bikin aku makin sayang tahu gak? Kenapa gak pernah marah? Gak pernah protes? Selalu pengertian. Jangan - jangan kamu itu beneran bidadari, ya?" gombal Aldi.

"Gombal banget sih ini cowok. Ya, aku gak mau buang energi buat ngambek - ngambek. Buat apa? Aku tuh kepengen awet muda jadi gak mau marah," sahut Sella tertawa.

"Makasih, sayang. Kamu itu sangat pengertian. Kalau boleh jujur. Aku lelah sama sikap Mama. Mama itu kalau minta sesuatu pasti maksa dan ujung - ujungnya bawa nama almarhum Kak Tami. Itu bikin aku gak tega," ujar Aldi terdengar sedih.

"Gak apa - apa, sayang. Kamu beruntung masih punya orang tua yang lengkap dan sangat sayang sama kamu. Aku aja iri 'lho. Kamu tahu gak? Aku itu setiap hari membayangkan seandainya orang tuaku masih ada. Aku gak akan dibesarkan di panti asuhan. Tapi, ya aku ikhlas aja. Memang nasib hidup aku begini. Hidup sebatang kara. Makanya, kamu itu harus bersyukur masih punya orang tua," ucap Sella dengan tegar.

"Kamu punya aku, sayang. Jangan bilang sebatang kara. Aku janji akan selalu ada buat kamu," ucap Aldi tulus.

Aldi dan Sella larut dalam obrolan mereka di telepon. Aldi selalu merasa bahagia saat bisa ngobrol dengan gadis yang dicintainya. Sella begitu pengertian dan sikapnya yang dewasa. Bahkan di tempat kerja, banyak orang yang merasa nyaman berada di dekat Sella. Termasuk para karyawan laki - laki yang menyukai Sella. Gadis cantik berkulit cerah, hidung mancung, bibir mungil, dan bermata indah.

Aldi seringkali terbakar cemburu jika ada laki - laki yang mencoba mendekati Sella.

"Yank, besok di rumah Bu Rina ada Sandi?" tanya Aldi terdengar sedikit kesal.

"Aku gak tahu sih. Enggak ada kayaknya. Sandi 'kan sekarang tinggal di Palembang. Dia dapar beasiswa kuliah di sana. Kenapa emangnya? Kamu kangen?" ledek Sella.

"Ya enggaklah. Aku cuma takut aja. Nanti dia curi - curi kesempatan dekati kamu lagi," gerutu Aldi.

Sella tertawa mengingat saat dulu Aldi dan Sandi berkelahi. Kala itu, Sandi datang ke rumah sakit untuk berpura - pura menjadi kekasih Sella demi menghindari godaan para karyawan genit yang seringkali menggoda Sella. Namun, Aldi malah terbakar cemburu dibuatnya. Sandi yang seumuran dengannya juga memiliki paras tak kalah tampan darinya. Aldi menyuruh Sandi menjauhi Sella padahal dia sendiri yang meminta Sella mencari pacar pengganti. Akhirnya, Sandi dan Aldi terlibat sedikit cekcok.

"Ya sudahlah, sayang. Sandi itu sudah mau nikah 'lho tiga bulan lagi. Kamu gak perlu over thinking sama Sandi," ucap Aldi tertawa.

"Sandi udah mau nikah? Kita kapan?" goda Aldi manja.

"Kita nunggu restu dulu, Sayang," goda Sella tertawa.

*****

Bu Rina yang sedang serius membaca buku dikejutkan dengan kedatangan Sella. Bu Rina sangat dekat dengan Sella dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri.

"Ibu!" Sella berlari kecil ke arah ibu paruh baya berhijab yang duduk di halaman panti asuhan cahaya.

"Sella?" Bu Rina segera meraih tubuh ramping Sella dan memeluknya erat.

"Ibu, apa kabar? Sella kangen banget sama ibu," Sella tersenyum dan menciumi telapak tangan Bu Rina dengan sayang.

"Alhamdulillah baik, sayang. Kamu lagi libur? Pantes saja kemaren itu banyak kupu - kupu hinggap di sini. Ternyata mau ada tamu jauh," ujar Bu Rina tersenyum riang.

"Iya, Bu. Maaf, ya, Bu. Sella baru sempat mampir ke sini. Karena bulan ini Sella cuma dapat libur sedikit," ucap Sella seraya memberikan buah tangan yang dibawanya.

"Iya, Sella. Ibu ngerti kok. Ini kamu gak perlu repot - repot bawa buah tangan segala. Kamu bisa datang ke sini saja ibu sudah sangat senang. Apalagi perjalanan kamu itu jauh. Kita masuk ke rumah ibu, yuk," ajak Bu Rina yang diangguki Sella.

"Gak jauh 'kok, Bu. hanya dua jam dari Jakarta ke Bandung,"

Bu Rina dan Sella melepas rindu dengan membicarakan masa lalu Sella saat berada di panti. Bu Rina sangat terharu melihat Sella yang kini telah dewasa dan menjadi gadis cantik juga baik.

Terlintas bayangan saat pertama kali Sella datang ke panti asuhan. Sella saat itu berusia satu tahun. Sedang tertidur dengan sepucuk surat di samping tubuhnya. Nasha diletakkan di teras panti asuhan.

Namanya Sella Anita usia satu tahun. Orang tuanya meninggal dunia satu minggu lalu. Ayahnya bernama Satria. Ibunya bernama Indah. Kami sebagai kerabatnya gak mampu merawat dia. Kami titip Sella - (isi surat yang dibaca Bu Rina kala itu).

Bu Rina sebagai pengurus panti asuhan sangat menyayangi Sella yang memang sangat baik sejak kecil. Kini gadis cantik itu sudah berusia 25 tahun.

*****

Di rumah Tante Nina, Aldi merasa sangat canggung karena hanya dia anak muda yang ada di acara arisan tersebut.

"Ma, aku tinggal, ya. Nanti kalau Mama sudah selesai arisan chat aku aja. Nanti aku jemput," pinta Aldi.

"Arisannya sebentar doank 'kok. Kita ketemu dulu sama Tante Nina dan anaknya. Biar kamu kenal. Anaknya itu baru lulus kuliah di London. Cantik banget 'lho dia," ujar Bu Indri menahan Aldi.

"Jeung Indri," panggil Bu Nina yang sangat modis sama seperti Bu Indri.

"Jeung Nina. Apa kabar?" Bu Indri terlihat sangat sumringah.

"Lisa! Kesini, sayang. Ada Tante Indri," panggil Bu Nina ke arah gadis cantik berkulit putih bersih dengan pakaian cukup terbuka.

"Ini Aldi, ya?" sapa Bu Nina sumringah.

"Iya, Tante," sahut Aldi tersenyum.

Bu Nina dan Bu Indri saling mengenalkan anak mereka masing - masing. Terlihat wajah bahagia Lisa kala memandangi wajah tampan Aldi.

"Pangeranku semakin tampan aja, Aldi," gumam Lisa dalam hati dengan senyum manis di sudut bibirnya.

Aldi hanya tersenyum simpul dan memalingkan wajahnya ke arah lain karena risih dengan pakaian Lisa yang sedikit terbuka.

Bu Indri dan Bu Nina sengaja meninggalkan anak - anak mereka supaya bisa mengobrol berdua. Lisa sangat menyukainya berbeda dengan Aldi yang terlihat gelisah.

"Duh, ngapain sih, Ma. Pake ninggalin aku sama cewek kayak begini. Bikin dosa aja," gerutu Aldi dalam hati.

"Aldi, kamu ingat aku gak?" tanya Lisa mendekati Aldi.

"Emang kita pernah ketemu, ya?" tanya Aldi tanpa melihat ke arah Lisa.

"Aku itu adik kelas kamu waktu SD. Sudah lama banget sih memang. Pasti kamu udah lupa," Lisa tersenyum melihat wajah Aldi yang terlihat canggung.

"Oh gitu. Iya sih udah lama banget, ya?" sahut Aldi sekedarnya. Aldi yang merasa sangat tidak nyaman akhirnya pamit meninggalkan Lisa dan menyusul sang ibu untuk pamit pulang dengan alasan ada panggilan darurat dari rumah sakit.

"Ya sudah, Mama pulang naik taksi aja nanti. Kamu hati - hati, ya. Kabari Mama," ucap Bu Indri.

*****

Sella yang sedang melepas rindu dengan Bu Rina betah berlama - lama di sana. Sampai dia dikejutkan dengan kehadiran sosok yang sangat dikenalnya.

"Aldi?" Sella terlihat kaget dengan senyum sumringah melihat pujaan hatinya ada di depan mata.

"Nak Aldi," sapa Bu Rina ramah. Aldi sering mengantar Sella sehingga Bu Rina juga sangat mengenalnya.

"Bagaimana kabarnya, Bu?" Aldi menyalami telapak tangan Bu Rina dengan sopan.

"Alhamdulillah baik. Kamu sendiri bagaimana? Kata Sella ada acara keluarga? Kok tahunya nyusul kesini?" tanya Bu Rina heran.

"Iya, Bu. Acaranya sebentar saya langsung kesini. Gak tega kalau Sella pulang sendirian. Karena saya tahu dia kalau main ke sini pasti pulangnya malam," ucap Aldi melirik ke arah Sella yang tersipu malu.

"Kita makan dulu, yuk," ajak Bu Rina. Mereka bertiga makan bersama dengan suasana ceria dan kekeluargaan.

*****

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Rilis Terbaru: Bab 41 Penyesalan Bu Indri   07-05 09:28
img
2 Bab 2 Perjodohan
21/05/2024
3 Bab 3 Lingkungan baru
21/05/2024
5 Bab 5 Rahasia
21/05/2024
7 Bab 7 Aku suka kamu
21/05/2024
9 Bab 9 Aku kecewa
21/05/2024
10 Bab 10 Kelicikan Lisa
21/05/2024
11 Bab 11 Masuk perangkap
21/05/2024
12 Bab 12 Mulai berbohong
22/05/2024
15 Bab 15 Perhatian Firza
26/05/2024
16 Bab 16 Poligami
26/05/2024
18 Bab 18 Positif
28/05/2024
19 Bab 19 Kedatangan Niko
29/05/2024
20 Bab 20 Kecurigaan Niko
30/05/2024
21 Bab 21 Ketakutan Lisa
31/05/2024
22 Bab 22 Desakan Niko
02/06/2024
25 Bab 25 Desakan Lisa
05/06/2024
32 Bab 32 Talak
14/06/2024
33 Bab 33 Kepergian Anggi
25/06/2024
34 Bab 34 Kegigihan Firza
26/06/2024
35 Bab 35 Meminta restu
27/06/2024
36 Bab 36 Ketulusan Firza
29/06/2024
37 Bab 37 Kemanjaan Lisa
01/07/2024
39 Bab 39 Penyesalan
03/07/2024
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY