/0/18381/coverbig.jpg?v=d9bc88ac68a7d05c397fcbb99a23090e)
Dewi sama sekali tidak menjawab ucapan Anang, ia bangun lalu memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian memakainya kembali, karena masih merasa sakit dan letih dia duduk di tepi ranjang sebentar. Anang juga berpakaian dan mengambil inisiatif untuk menggendong Dewi sampai ke kamarnya. Awalnya Dewi menolak tapi Anang bersikeras untuk membopongnya, lalu membawa ke kamar Dewi. Sebelum keluar dari kamarnya Dewi, Anang kembali minta maaf sambil mengecup kening wanita itu. lalu Anang bergegas keluar dari kamar tersebut dan kembali ke kamarnya. Malam semakin larut, hari mulai berganti pagi namun tidak ada sarapan yang tersaji di meja makan, karena Dewi tak kunjung keluar dari kamarnya. Sebenarnya tante Lina masih marah sama Dewi, dia sangat malas untuk menemui Dewi namun karena sarapan tidak ada ia terpaksa pergi ke kamarnya Dewi untuk menanyakan ada apa dengannya sampai tak membuat sarapan pagi.
Cerita ini adalah fiktif belaka, hanya untuk menghibur pembaca sekalian. Harap bijak dalam mebacanya, terimakasih.
Anang adalah pemuda yang usianya menginjak tujuh belas tahun, ia sudah terbiasa dengan kehidupan malam, perpisahan kedua orang tuanyalah penyebab segalanya. Menghancurkan kebahagiaan dan mengubur semua cita-citanya.
Tante Lina adalah pelabuhan hidupnya sekarang yang mengembalikan keceriaan dan kebahagiaan Anang. Dari masuk smp sampai sma, dialah yang membiayai semua kebutuhan hidup Anang.
Tante Lina adalah tetangga Anang yang kebetulan sudah menikah selama lima belas tahun tapi belum di beri momongan, suaminya seorang nahkoda dan jarang pulang.
Kehidupan Tante Lina serba kecukupan, ia adalah seorang pengusaha butik di wilayah tersebut. Anang diangkat menjadi anaknya, semenjak itu kehidupannya terjamin dan kecukupan.
''Anang!, Anang!'' suara Tante Lina yang berteriak di balik pintu kamar.
''Iya bentar'' jawab Anang sambil bergegas bangun dan membuka pintu kamar.
''Arghh...Anang, kamu apa apaan sih..?'' kata Tante Lina sambil berteriak dan menutup mata dengan tangannya.
''Ada apa Tante, kenapa berteriak seperti itu'' sahut Anang yang masih belum sadar sepenuhnya.
''Itu lepas, cepat tutup dong..'' kata Tante Lina sambil mengintip di balik jari tangan yang menutup matanya.
''Maksud Tante apa?'' tanya Anang bingung karena ia baru saja bangun.
''Burung kamu lepas Nang..!!'' ucap Tante Lina yang masih mengintip sambil tangan satunya menunjuk ke arah burung pemuda itu.
Anang seketika menundukkan kepala dan melihat..., ia lupa memakai celana karena sudah terbiasa setiap ia tidur tidak pernah berpakaian. Burung Anang sangat tegang di pagi ini dan bertengger menjulang dengan percaya diri di hadapan Tante Lina.
''Maaf Tante'' ucap Anang dengan raut wajah memerah karena malu, ia berlari ke kamar mandi.
Anang merasa sangat malu sekali, ia takut kalau Tante Lina akan marah dan mengusirnya dari rumah itu. Anang pikir Tante Lina sudah pergi dari kamarnya ternyata wanita itu masih ada.
''Nang, mandinya jangan lama-lama, kita sudah kesiangan loh, hampir jam tujuh'' kata Tante Lina setengah berteriak.
''Iya Tan, sebentar'' balas Anang yang merasa lega karena Tante Lina tidak marah seperti yang ia duga.
Anang bergegas keluar dari kamar mandi dan langsung masuk ke kamarnya untuk berpakaian. Setelah rapi dia turun ke bawah untuk sarapan bersama Tante Lina. Anang sebentar mengintip dari tangga karena meja makan terlihat dari atas, tanpa sengaja Anang melihat belahan dada Tante Lina yang putih mulus.
Mau tak mau Anang harus turun walaupun ia masih merasa malu dengan kejadian tadi. Ia perlahan menuruni tangga.
''Pagi Tan..?'' sapa Anang dengan sedikit rasa malu.
Anang duduk di seberang kursi dimana Tante Lina duduk, ia sengaja memilih kursi yang berlawanan, karena setiap makan bersama akan ada pemandangan indah dan gratis.
''Pagi juga, mau sarapan roti apa mau nasi goreng?'' ucap Tante Lina dan menawarkan makanan.
''Nasi goreng aja Tan, soalnya kalau roti cepat laper lagi'' balas Anang sedikit tersenyum.
''Oke, bentar Tante ambilkan'' sahut Tante Lina.
Wanita itu sedikit membungkuk untuk mengambil nasi goreng dan benar saja pemandangan indah yang di harapkan sudah nampak di depan mata Anang, pagi ini Tante Lina memakai baju yang atasnya agak terbuka.
''Kenapa bengong? Ayo cepat makan'' suara Tante Lina membuyarkan khayalan Anang.
''Iya..iya tan, makasih'' ucap Anang gugup dan salah tingkah.
''Mmm..tante...?'' ucap Anang.
''Apa Nang?'' tanya Tante Lina.
''Aku minta maaf ya Tan..'' ucap Anang sedikit ragu.
''Maaf buat apa?'' tante Lina bertanya.
lek tak langsung menjawab, dia masih menatap Ayu yang sedang berjalan ke arah mobilnya, setelah mobil Ayu pergi barulah Alek memandang ke arah Amel. ''Lek, jawab dong..dia siapa..?'' tanya Amel mendesak sambil cemberut. Alek hanya terkekeh, sikap Amel yang posesif justru membuat gadis itu tampak menggemaskan, Amel mendnegus kesal karena Alek belum menjawab pertanyaannya. Alek merogoh saku celananya lalu mengeluarkan ponsel dan menunjukan foto yang kemarin membuat Amel marah. Mata Amel medadak terbelalak lebar saat melihat foto yang terpampang di layar ponselnya Alek, ia baru sadar kalau gadis itu adalah adik kandungnya Alek. ''Jadi..dia adik kamu..?'' tanya Amel dengan raut wajah yang malu, Alek langsung menganggukan kepala. Amel tampak meringis dan merutuki dirinya yang sangat bodoh sekali, bisa-bisanya dia tidak mengenali Ayu, padahal sudah jelas dia sering melihat gadis itu di layar ponselnya Alek. ( Mampus gue, belum apa-apa udah ngasih kesan buruk, bisa-bisa langsung tereliminasi deh gue jadi kakak ipar.) batin Amel yang merasa sangat bodoh. ''Udah jangan di pikirin, Ayu orangnya baik kok, nanti sore kita ke rumah mamah ya, biar kamu bisa lebih dekat dengan Ayu.'' Kata Alek yang seakan mengerti apa yang sedang di pikirkan oleh Amel. Setelah itu lalu mereka masuk ke dalam kantor dan mulai beraktifitas seperti biasa, begitu juga dengan Hera dan yang lainnya mulai sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sore harinya, Alek benar-benar membawa Amel menuju ke rumahnya, begitu turun dari mobil seketika mata Amel terbelalak lebar dan mulut yang menganga. Amel tak menyangka rumah orang tuanya Alek sangat besar tak sebanding dengan rumah orang tuanya. ''Lek, kita gak salah alamat kan? Ini benar-benar rumah kamu..?'' tanya Amel yang masih tak menyangka. ''Bukan lah, aku cuma numpang di sini..'' balas Alek dan seketika Amel langsung melirik kepada kekasihnya itu. ''Ini rumahnya papa sama mama sayang, bukan punya aku. malu dong kalau aku langsung mengaku ini rumahku, kan aku baru ketemu mereka.'' Jelas Alek sambil cengengesan. ''Ih..nyebelinn..!'' ucap Amel sambil mencebikan bibirnya, membuat Alek sontak tertawa. ''Udah jangan cemberut, ayo masuk..'' kata Alek lalu menggandeng tangan Amel. Amel tak menyangka kalau orang tuanya Alek sangat kaya raya tak sebanding dengan kekayaan orang tuanya. Amel mendadak gugup tapi dia terus mengikuti langkah Alek menuju ke pintu depan rumah mewah tersebut. Baru saja Alek hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka sendiri dan dari dalam muncul bu Anisa dengan senyum yang lebar di wajahnya. ''Amell..duh mantu mama cantik banget.'' Sapa bu Anisa dengan antusiasnya. ''Sore tante.'' Balas Amel dengan gugup. ''Loh kok manggilnya masih tante..?, panggil mama dong sayang, kan kamu udah jadi mantu mama..'' kata bu Anisa sambil tersenyum lebar dan hangat. ''Loh..loh kok cuma Amel mah, yang di sambut..anaknya gak nih..?'' protes Alek. Alih-alih menjawab, bu Anisa hanya melirik sekilas pada anaknya lalu kembali menoleh kepada Amel sambil tersenyum. ''Ayo masuk sayang.'' Ucap bu Anisa lalu merangkul Amel dan membawanya masuk kedalam rumah.
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!
Seorang gadis SMA bernama Nada dipaksa untuk menyusui pria lumpuh bernama Daffa. Dengan begitu, maka hidup Nada dan neneknya bisa jadi lebih baik. Nada terus menyusui Daffa hingga pria itu sembuh. Namun saat Nada hendak pergi, Daffa tak ingin melepasnya karena ternyata Daffa sudah kecanduan susu Nada. Bagaimana kelanjutan kisahnya?
"Meskipun merupakan gadis yatim piatu biasa, Diana berhasil menikahi pria paling berkuasa di kota. Pria itu sempurna dalam segala aspek, tetapi ada satu hal - dia tidak mencintainya. Suatu hari setelah tiga tahun menikah, dia menemukan bahwa dia hamil, tetapi hari itu juga hari suaminya memberinya perjanjian perceraian. Suaminya tampaknya jatuh cinta dengan wanita lain, dan berpikir bahwa istrinya juga jatuh cinta dengan pria lain. Tepat ketika dia mengira hubungan mereka akan segera berakhir, tiba-tiba, suaminya tampaknya tidak menginginkannya pergi. Dia sudah hampir menyerah, tetapi pria itu kembali dan menyatakan cintanya padanya. Apa yang harus dilakukan Diana, yang sedang hamil, dalam jalinan antara cinta dan benci ini? Apa yang terbaik untuknya?"
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?