Unduh Aplikasi panas
Beranda / Modern / ISTRI KEDUA TUAN KAIRO
ISTRI KEDUA TUAN KAIRO

ISTRI KEDUA TUAN KAIRO

5.0
20 Bab
3K Penayangan
Baca Sekarang

Tentang

Konten

Farah Maharani gadis desa yang terpaksa harus menerima sebuah tawaran oleh seorang pengusaha. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu rela menyewakan rahimnya untuk Kairo juang. Sang istri yang bernama salsa tidak bisa memiliki anak. Salsa muak dengan semua ocehan orang orang mengenai dirinya yang mandul. Sehingga ia terpaksa mengikhlaskan suaminya untuk menikah dengan wanita lain. Awalnya semuanya berjalan dengan baik. Hingga suatu ketika malapetaka datang.

Bab 1 TETANGGA JULID MEMBUATKU STRESS

"Aku capek mas! Harus dengerin omongan mama kamu itu!"

"Kamu anggap aja angin lalu. Udah nggak usah dengerin,"

"Tapi mas, aku tuh udah kesel banget. Bertahun tahun aku di julitin sama mama kamu. Emang enak rasanya?"

Salsa mendengus sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Mungkin aku harus rela kamu nikah dengan wanita lain. Tapi setelah wanita itu punya anak. Kamu ceraikan dia. Bayi itu nantinya menjadi hak kamu mas,"

Kairo terbatuk batuk saat menyeruput kopi. Jantungnya kaget sekali mendengar ucapan dari mulut salsa.

"Hati-hati dong mas. Jadi kotor nih sepreinya," ucap salsa dengan kesal sambil mengambil cangkir yang ada di tangan Kairo. Ia meletakkan cangkir itu di meja kecil.

"Tunggu-tunggu! Kamu nggak salah ngomong? Masa iya aku nikahin perempuan lain. Terus di cerai gitu aja," seru Kairo dengan heran.

"'kan yang kita butuhkan itu anak mas! Aku nggak mau terus di hina sama mama kamu. Bahkan sama tetangga juga! Aku nggak mau mas. Aku capek!"

"Ya udah, ya udah ya. Kita tidur aja dulu. Kamu pasti capek banget 'kan? Kita bicara masalah itu nanti besok lagi ya," ucap Kairo dengan sabar. Ia mengelus rambut panjang milik sang istri.

Beberapa hari kemudian di sebuah jalanan yang sepi.

"Kita harus kemana ini Bu? Ya Allah mereka tega banget ngusir kita,"

"Kita coba cari kontrakan lagi ya. Insya Allah malem ini kita bisa tidur di kasur yang empuk," ucap Salamah dengan lemas.

"Ya Allah Bu, ibu kenapa Bu? Bu? " Farah gadis berusia dua puluh lima tahun itu terus berusaha membangunkan sang ibu yang sekarang pingsan di jalanan.

"Ya Allah udah malem gini. Mau minta tolong sama siapa?" tanya Farah dengan bingung sambil melihat jalan yang sepi.

"Tolong! Tolong!" ia berteriak dengan keras beberapa kali. Tapi tak ada satupun orang dan kendaraan yang melaju di jalan itu.

"Ya Allah gimana ini?" Farah menangis sedih. Ia sangat bingung sekali.

"Bu, bangun Bu," Farah menepuk nepuk pipi sang ibu. Berharap sang ibu akan membuka matanya. Tapi sepertinya ibunya terlalu lemas hingga tak sadarkan diri.

Farah melihat cahaya di depan sana. Lampu mobil terlihat jelas. Secepat mungkin Farah menghentikkan mobil itu. Bahkan ia hampir saja tertabrak.

"Dasar nggak punya otak nih orang!" Kairo segera membuka mobilnya dengan cepat. menatap gadis yang di depannya itu. melihat air mata yang ada di pipi gadis itu membuat Kairo menjadi merasa iba.

"maafkan saya pak! tolong ibu saya pak, tolong sekali. cuma bapak yang saat ini bisa menolong saya pak," Farah memohon dengan penuh harapan.

"memangnya ibu kamu kenapa?" tanya Kairo sambil melihat wanita yang tergeletak di jalan.

"kami berdua di usir dari kontrakan karena tidak bisa bayar uang kontrakan pak. ibu sedang sakit. kami berjalan mencari kontrakan tapi ibu pingsan sekarang pak. tolong saya pak. saya mohon pak..."

"ya udah cepat bawa ibu kamu ke mobil." ucap Kairo dengan tegas.

"tapi pak saya nggak bisa pak," Farah terlihat bingung.

Kairo dengan sekuat tenaga membopong wanita yang pingsan itu dengan cepat.

"jadi kita ke rumah sakit ya,"

"ya, tapi pak saya nggak punya uang. tolong ya pak saya pinjem uang dulu. pasti nanti saya bayar pak," ucap Farah dengan memohon untuk yang kedua kalinya.

"Udah nggak usah di ganti juga nggak papa. Maaf saya cuma bisa nganter kamu ke rumah sakit dan bayar biaya rumah sakit. Setelah itu saya harus pulang ke rumah," ucap Kairo dengan tegas.

"Baik, pak. Terimakasih banyak pak," ucap Farah tersenyum lebar. Ia sangat bersyukur sekali bisa mendapatkan pertolongan dari Allah.

Sampai di rumah sakit. Salamah segera di bawa ke ruangan. Sementara Kairo segera memberikan uang kepada Farah.

"Ini uang untuk biaya rumah sakit. Segini cukup kan?"

"Insyaallah cukup pak, terimakasih banyak ya pak, saya janji bakalan ganti,"

"Udah nggak usah ganti nggak papa kok. Saya pergi dulu ya," ucap Kairo dengan terburu-buru. Karena hari sudah larut malam. Ia ingin segera merebahkan diri di kamar.

"Ya Allah baik banget bapak itu. Semoga aja kebaikannya di balas sama Allah. Pasti istrinya seneng banget dapat suami kaya gitu. Udah ganteng baik lagi. Eh, astaghfirullah kenapa aku jadi kaya gini sih!" Farah menepuk keningnya dengan keras.

Farah kini menunggu dokter keluar dari sebuah ruangan. Ia berharap sang ibu akan baik-baik saja.

"Gimana dok keadaan ibu saya?" tanya Farah dengan serius.

"Maaf, ibu anda harus segera di opname," ucap dokter itu dengan tegas.

Salamah harus dirawat di rumah sakit. Karena kondisinya yang begitu lemas. Dokter juga harus mengambil darah Salamah untuk di lakukan tes.

"Ya Allah ibu harus di opname. Uang segini mana cukup. Aku harus cari uang dari mana lagi?" kata Farah di dalam hatinya dengan bingung.

"Apa anda tahu bahwa ibu anda terkena kanker darah?" Tanya dokter dengan serius.

"Iya pak, saya tahu pak. Memang ibu pernah juga di lakukan kemoterapi. Tapi berhenti di tengah jalan. Karena biayanya nggak cukup pak," tutur Farah dengan sedih.

"Baik, kalau begitu sebisa mungkin harus di lakukan kemoterapi lagi. Karena jika tidak dilakukan, itu akan fatal akibatnya,"

"Baik dok, saya akan berusaha,"

"Pihak rumah sakit bisa membantu pembayaran biaya ibu kamu. Tapi itu juga tidak cukup. Kamu juga harus berusaha Farah,"

"Baik pak, saya akan mencari dana tambahan untuk ibu saya. Saya ingin ibu saya sembuh total pak," ucap Farah dengan berkaca kaca.

***

"Jadi gimana mas? Kamu udah setuju dengan apa yang di katakan aku waktu itu?"

"Yang mana sih?" Kairo sibuk dengan kerjaannya di laptop.

"Kamu fokus sama aku dong mas. Aku mau bicara serius sama kamu mas," kata salsa sambil menutup benda hitam yang ada di depan suaminya.

"Oke oke, kamu mau bicara apa sayang?" tanya Kairo sambil mengelus pipi sang istri dengan mesra.

"Aku serius mas, aku serius sama kamu mas. Aku harus menikahkan kamu sama wanita lain. Supaya kita bisa punya anak mas,"

"Ya ampun, kenapa kamu ngotot banget sih ngebahas itu lagi," ucap Kairo dengan kesal.

"Dinda temen aku. Dia punya teman perempuan yang lagi butuh uang mas. Aku yakin perempuan itu pasti mau nikah sama kamu. Dia gadis desa mas. Aku yakin dia bisa jaga rahasia dan pasti dia anak orang baik," ucap salsa dengan yakin.

"Ya Ampun, udah deh kamu nggak usah ngaco ah," Kairo dengan wajah kusut pergi saja dari kamar.

"Mas, mas tunggu mas!" panggil salsa dengan keras.

Lanjutkan Membaca
img Lihat Lebih Banyak Komentar di Aplikasi
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY