/0/17014/coverbig.jpg?v=1d98bce93c1c3b71e0890adca4a8cbe0)
Diana dijebak dan dijual oleh temannya kepada seorang pria yang tidak dia kenal. Karena hubungan satu malam itu, dia pun hamil. Beberapa tahun kemudian, Diana bertemu lagi dengan ayah dari anaknya tersebut. Namun sial, ternyata pria itu adalah kekasih sepupunya sendiri. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah Diana jujur mengatakan jika dia memiliki anak dari pria itu?
Siang yang terik ini menjadi saksi perjuangan Diana mencari pekerjaan, namun dia tak kunjung menemukannya. Diana yang hanya tamatan SMA tak bisa berharap banyak untuk mendapatkan pekerjaan enak, apalagi di zaman yang serba sulit ini. Dari satu toko ke toko lain dia menawarkan diri agar bisa diterima bekerja, tapi semua nihil.
Dengan lelah, gadis berambut panjang itu duduk di halte bus, peluh menetes di sekitar pelipis dan lehernya. Tapi dia tak boleh menyerah, dia harus mendapatkan pekerjaan agar bisa menyambung hidup dan mengobati ibunya yang sedang sakit parah.
"Aku harus mencari pekerjaan di mana lagi?" keluh Diana sembari mengusap keringat di dahinya, tenggorokannya terasa kering sebab panas dan berkeringat membuatnya sedikit dehidrasi.
Sebuah mobil berhenti tepat di depan Diana, kemudian seorang wanita berpakaian seksi dengan dandanan sedikit menor keluar dari mobil tersebut.
"Hai, Diana!" sapa wanita itu.
Diana memicingkan matanya, memperhatikan wanita itu, namun kemudian membelalak kala mengingat siapa seseorang yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.
"Miranti?" Diana sontak beranjak dari duduknya.
Wanita bernama Miranti yang merupakan teman SMA Diana itu tersenyum lebar saat dirinya dikenali.
"Wah, kamu beda banget! Aku sampai pangling dan enggak mengenalimu!" Diana langsung memeluk temannya itu.
Miranti balas memeluk Diana, "Pantas kamu kayak orang bingung gitu waktu aku sapa."
Keduanya mengurai pelukan dan Diana mengamati Miranti dari bawah sampai atas, "Kamu cantik banget sekarang."
"Iya, dong. Ini semua berkat perawatan, kalau enggak perawatan, mana bisa seperti ini," sahut Miranti sambil tertawa.
Diana hanya tersenyum kecut saat mengingat dirinya yang saat ini terlihat kumal dan kucel.
"Eh, kamu sedang apa di sini?" tanya Miranti mengalihkan pembicaraan.
"Aku sedang istirahat, soalnya lelah dari tadi keliling mencari pekerjaan," jawab Diana jujur.
"Sudah dapat pekerjaannya?"
Diana menggeleng lemah, wajah cantiknya berubah sedih.
"Kamu mau aku kasih pekerjaan?" Miranti kembali bertanya.
Diana terkesiap, wajahnya berubah antusias, "Kerja apa, Mir?"
"Kerja enaklah pokoknya, dan bayarannya besar."
"Di mana?"
"Di hotel."
Diana mengernyit, "Di hotel?"
"Iya, nanti tugas kamu cuma melayani pengunjung dan menjamunya, pokoknya buat mereka senang," terang Miranti.
Diana berpikir sejenak, pekerjaan apa yang Miranti maksud?
"Kamu jangan takut! Sudah kubilang, kerjanya enak dan bayarannya banyak, apalagi kalau pengunjung puas dengan kerja kamu, bisa dapat bonus." Miranti mencoba meyakinkan Diana agar mau bekerja dengan dirinya.
Diana masih bergeming, dia sedikit ragu. Tapi dia sangat butuh pekerjaan saat ini, dan sekarang kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan ada di depan mata.
"Bagaimana, Di? Kamu mau enggak? Kalau enggak mau, aku cari orang lain saja."
Dengan segala pertimbangan , akhirnya Diana mengangguk setuju, "Iya, aku mau. Soalnya aku lagi butuh pekerjaan banget!"
Miranti pun tersenyum senang, "Baiklah, kalau begitu nanti malam pukul tujuh datang ke hotel Grand Luxury, tapi kamu harus berdandan yang cantik dan pakai pakaian yang bagus! Soalnya kita mau bertemu seseorang yang akan memberimu pekerjaan, nanti kita bertemu di sana," ujar Miranti.
"Kenapa bertemunya harus malam, Mir?"
"Karena dia bisanya malam, kalau siang dia ada pekerjaan lain," dalih Miranti.
"Baiklah, aku akan datang. Kalau gitu aku minta nomor telepon kamu, ya?"
Miranti mengangguk kemudian menyebutkan satu per satu nomor dan Diana buru-buru mencatatnya.
"Sampai bertemu nanti malam, ya. Aku masih ada urusan lagi," ucap Miranti.
"Iya, Mir. Terima kasih, ya!"
Miranti tersenyum dan bergegas masuk ke dalam mobilnya, kemudian melesat pergi.
"Akhirnya aku akan mendapatkan pekerjaan!" Diana tertawa senang.
Malam harinya, Diana sudah tiba di hotel yang Miranti maksud, dia berdandan cantik dan mengenakan stelan kemeja putih lengan pendek serta rok hitam sebatas lutut. Diana merasa penampilannya ini sudah cukup bagus dan rapi.
Dari kejauhan Miranti berjalan menghampiri Diana, "Hai, Di. Kamu kok pakai baju gini?"
"Kan mau interview, jadi aku pakai pakaian yang rapi seperti ini," jawab Diana polos.
"Enggak usah! Pakai baju biasa aja, ini bukan interview kerja yang formal, kok. Kamu jadi seperti anak magang kalau gini."
Diana mengernyit heran,"Aku kirain ini interview kerja seperti biasanya. Jadi gimana, dong!"
"Kebetulan aku ada bawa baju ganti di mobil, kamu pakai itu aja. Kayaknya ukuran tubuh kita enggak jauh beda."
Diana mengangguk pasrah, "Ya sudah, deh!"
"Tunggu sebentar!" Miranti kembali ke mobilnya dan mengambil pakaian yang akan dia pinjamkan ke Diana.
Keduanya pun lantas masuk ke dalam hotel berbintang itu dan menuju kamar mandi.
Setengah jam kemudian, Diana sudah berdiri di depan cermin wastafel dengan wajah masam. Dia sudah mengenakan pakaian yang Miranti pinjamkan, namun dia merasa tak nyaman. Bagaimana tidak, pakaian itu sangat terbuka, dia merasa risih sendiri.
"Apa enggak ada baju lain, Mir? Ini terlalu seksi, aku enggak pede!"
"Enggak ada, Di. Tapi kamu cocok pakai ini, kamu jadi cantik banget," puji Miranti.
Diana mengamati pantulan dirinya di cermin, dress dengan kerah Sabrina yang memamerkan pundak serta sebagian dadanya memang sangat cantik, tapi dia tak terbiasa memakai pakaian seperti ini.
"Sudah, jangan banyak mikir! Kita harus cepat menemui orang itu, nanti kamu bisa kehilangan pekerjaan kalau kelamaan," desak Miranti.
"Iya-iya, deh!" Diana pasrah.
"Eh, tunggu! Biar enggak gugup, kamu minum dulu!" Miranti mengeluarkan sebotol minuman rasa stroberi dan memberikannya pada Diana.
"Apa ini, Mir?" selidik Diana.
"Cuma minuman soda, sudah cepat minum!"desak Miranti.
Diana pun menenggak minuman itu, Miranti menyeringai licik.
"Sekarang kita pergi! Yuk!" ajak Miranti.
Keduanya meninggalkan toilet dan buru-buru naik lift menuju lantai atas.
Diana dan Miranti tiba di depan pintu salah satu kamar hotel, tak lama kemudian pintu itu terbuka setelah Miranti mengetuknya beberapa kali.
Seorang pria berwajah cukup ganteng yang mengenakan kemeja hitam menatap mereka dari balik pintu.
"Hem, Tuan. Ini Diana, yang tadi saya ceritakan," ujar Miranti.
"Silakan masuk!" pinta pria itu.
"Kamu masuk sana! Ingat ya, lakukan apa yang dia suruh, jangan melawan. Nanti kamu akan mendapatkan banyak uang dari dia," bisik Miranti.
"Maksudnya aku langsung kerja?" tanya Diana bingung.
"Iyalah, sudah cepat masuk!" Miranti mendorong pundak Diana.
"Tapi, Mir. Aku ...." Diana mulai bimbang.
"Mari masuk!" Pria itu kembali bersuara.
Dengan ragu Diana melangkah masuk, dia masih berusaha berpikir positif meskipun perasaannya mulai tidak enak. Entah mengapa dia merasa gelisah, jantungnya berdebar kencang seperti ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya.
"Nama kamu siapa?" tanya pria itu seraya mengunci pintu kamar.
"Diana, Pak."
"Jangan panggil bapak, aku rasa kita seumuran. Panggil Revan aja," pinta pria bernama Revan itu sembari berjalan mendekati Diana.
"I-iya." Diana mundur, perasaannya semakin tak enak, dia kian merasa tak nyaman dan gelisah.
"Malam ini kita akan bersenang-senang, cantik." Revan hendak meraih tangan Diana, tapi dengan cepat gadis itu mengelak dan menghindar.
"Maaf, saya .... ah ...." Diana ingin pergi dari kamar itu, tapi langkahnya terhenti karena mendadak kepalanya terasa pusing dan pandangannya mengabur.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Revan, dia memeluk Diana dari belakang dan menempelkan dagunya di pundak gadis itu.
Diana merasa sesuatu mulai terpancing, dia merinding tapi masih berusaha melepaskan diri dari pelukan Revan. Namun tentu Revan tak ingin melepaskannya begitu saja, dia semakin mengeratkan pelukannya dan menciumi leher Diana, sehingga membuat gadis itu mendesah sambil memejamkan matanya.
Diana heran kenapa tubuhnya bereaksi aneh saat mendapatkan sentuhan dari Revan, dia seolah ingin meminta lebih padahal hati kecilnya menolak.
Revan semakin melancarkan aksinya, dia mencumbui Diana sampai gadis itu tak bisa menahan diri lagi.
Akhirnya malam itu mereka mengarungi surga dunia dalam kenikmatan, Revan merenggut kehormatan Diana tanpa ada perlawanan yang berarti dari gadis malang itu, karena dia juga sedang dikendalikan oleh hasrat yang memuncak.
Sementara itu, di dalam mobilnya, Miranti tersenyum senang melihat jumlah uang yang tadi siang Revan transfer ke rekeningnya.
"Maafkan aku, Diana! Kamu butuh uang, aku juga," gumam Miranti sinis, Diana tak tahu jika tadi dia sudah mencampurkan obat perangsang ke dalam minuman yang gadis itu minum.
***
Bersambung ....
Perpisahan pasti membuat semua orang sedih dan terluka, begitu juga dengan Ruby yang baru saja bercerai dari mantan suaminya. Dia hancur dan nyaris hilang arah. Demi menghibur diri, dia pun memutuskan untuk bersenang-senang di sebuah bar bersama kedua sahabatnya. Namun sebuah kejadian memalukan di dalam toilet bar mempertemukan Ruby dengan Dinan, mereka akhirnya berseteru dan Ruby melarikan diri dari pria itu. Tapi siapa sangka beberapa hari kemudian Ruby bertemu lagi dengan Dinan, dan sialnya ternyata pria itu adalah atasannya yang selama ini dicintai sang adik. Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Yuk baca kisah serunya! Jangan lupa tekan ❤️, ya.
Jangan lupa tekan ❤️ Karena sebuah kesalahpahaman, Ratu dan Kaisar terpaksa harus menikah demi keselamatan Kaisar. Tapi keduanya selalu bertengkar bagaikan anjing dan kucing. Sampai sebuah kejadian dan misteri yang terbongkar akhirnya menyatukan kedua insan itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Baca kisahnya di sini.
Ketika mereka masih kecil, Deddy menyelamatkan nyawa Nayla. Bertahun-tahun kemudian, setelah Deddy berakhir dalam keadaan koma akibat kecelakaan mobil, Nayla menikah dengannya tanpa berpikir dua kali dan bahkan menggunakan pengetahuan medisnya untuk menyembuhkannya. Selama dua tahun, Nayla setia, mencari kasih sayangnya dan ingin melunasi utang budinya yang menyelamatkan nyawanya. Akan tetapi ketika cinta pertama Deddy kembali, Nayla, yang dihadapkan dengan perceraian, tidak ragu untuk menandatangani surat perceraian. Meskipun dicap sebagai barang bekas, hanya sedikit yang tahu bakatnya yang sebenarnya. Dia adalah seorang pengemudi mobil balap, seorang desainer terkenal, seorang peretas jenius, dan seorang dokter ahli. Menyesali keputusannya, Deddy memohon pengampunannya. Pada saat ini, seorang CEO yang menawan turun tangan, memeluk Nayla dan menyatakan, "Enyah! Dia adalah istriku!" Terkejut, Nayla berseru, "Apa katamu?"
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Cerita ada adengan dewasa harap pengertian bagi pembaca Satria seorang pensiunan tentara yang sekarang meneruskan bisnisnya yang bergerak dalam bidang jasa pembangunan. satria yang memiliki keluarga bahagia dan di kenal sosok yang alim harus terjebak dalam birahi nafsu di puber keduanya, dan perjalan kisah yang tidak di sangka yang akan terjadi pada dia dan orang sekitarnya termasuk keluarganya
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."