Atira, seorang sarjana wanita yang rela mengorbankan gelarnya demi menjadi seorang istri seutuhnya. Namun, bagaimana jadinya jika pengorbanan yang Ia persembahkan dibalas dengan kata talak tiga lewat telepon? Sedangkan Ia sudah tak dinafkahi beberapa bulan, Ibu mertuanya koma dan anak pertamanya hilang diculik orang? Sanggupkah Ia bertahan? Sanggupkah Ia bangkit dan menunjukkan pada dunia bahwa ini adalah dirinya? Temukan kisahnya dalam novel "Ditalak Tiga Lewat Telepon. " Happy reading!
"Apa maksudnya, Mas?" tanya Atira saat mendengar ikrar talak dari suaminya melalui sambungan telepon. Ia berharap jika dirinya sedang mendapatkan prank saja tepat di hari ini, hari ulang tahunnya.
"Kurang jelas? Selama hidup bersamamu Aku tak pernah bahagia. Oleh sebab itu aku memutuskan untuk mentalak kau detik ini juga," jawab Bayu, lelaki yang telah membersamainya selama delapan tahun dan memberi Atira dua orang anak lelaki.
"Mas, ikrar talak itu enggak bisa dipermainkan. Walaupun bercanda, tapi jika kata talak sudah diucapkan maka jatuhlah talak untuk istri. Apa kau sadar dengan ucapanmu, Mas?" cicit Atira dengan air mata yang telah menganak sungai. Ia pun menerima telepon dari suaminya dengan terduduk lemas di lantai rumah.
"Saya enggak main-main, Tira. Saya tegaskan sekali lagi bahwa saya mentalakmu, bahkan... sekalian saja saya talak kau dengan talak tiga. Mulai detik ini kau bukan lagi istriku dan tak akan pernah lagi jadi istriku" jawab Bayu dengan suara yang lebih kencang.
Bagai disambar petir di siang bolong, Atira luruh di lantai.
"Mas! Huhuhuhuhu!" Atira meraung meratapi nasibnya yang seperti terjatuh ke dasar lautan. Akhirnya Ia terkulai lemas dan berada diantara sadar tak sadar. Ponsel yang sedari tadi ia pegang pun terjatuh dari genggamannya.
"Tira... Tira, ada apa, Nak?" bu Asih segera datang menghampiri Atira. Wanita paruh baya yang baru datang dari warung itu shock saat mendapati Atira terkulai lemas di lantai kamarnya.
"Tira, kenapa?" tanya bu Asih panik. Ia pun bergegas membantu Atira agar terduduk atau sekedar bangun dari lantai, tapi ia tak cukup kuat. Atira menangis lemah dalam keadaan setengah pingsan.
"Tolong!" bu Asih berteriak berharap tetangganya ada yang akan mendengar meskipun kemungkinannya kecil. Sedangkan Dafa yang sedari tadi mengekorinya ke warung masih sangat kecil dan tak akan mengerti. Hanya Davin, cucu pertamanya yang sudah cukup besar dan bisa dimintai pertolongan, namun bocah lelaki itu sedang berada di sekolah.
"Mamah!" cicit Daffa seraya mendekati Atira dan berusaha memeluknya.
"Bu!" sahut Atira lemah, sedangkan tangannya kanannya memegangi tangan Daffa dengan lembut.
"Kenapa, Nak?" tanya bu Asih sambil mengelus pucuk kepala Atira. "Sebentar, ibu ambilkan minum ya!" ucap bu Asih seraya hendak berdiri.
"Bu!" panggil Atira yang kini memegang pergelangan tangan bu Asih. Ia menolak mertuanya untuk beranjak.
"Ada apa Nak? bicara sama ibu!" pinta bu Asih dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pergi mengambilkan minum.
Atira sangat menyayangi bu Asih layaknya ibu kandung sendiri. Ia yang memang sudah tak memiliki orang tua, hanya memiliki bu Asih sebagai sosok ibu baginya.
"Mas Bayu. huhuhuhuhu... " ucap Atira sambil menggeleng-gelengkan kepala. Hatinya sangat sesak mengingat kata-kata talak barusan.
"Bayu kenapa Atira? Bayu kenapa?" tanya bu Asih yang mulai khawatir dengan keadaan Bayu.
"Mas Bayu, Bu!" tangis Atira semakin kencang. Dadanya kembang kempis menahan luka sayatan yang baru saja ia terima.
"Tira, bicara sama ibu! Ada apa sama Bayu?" bentak bu Asih. Ia tak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Bayu.
"Mas Bayu. huhuhuhuhu." Atira terus menyebut nama Bayu. Kali ini ia memukul-mukul dadanya sendiri.
Melihat hal itu, bu Asih semakin merasa takut dengan kabar apa yang belum disampaikan oleh Atira mengenai Bayu.
Bu Asih begitu merindukan Bayu yang sudah hampir 3 tahun bekerja di Jepang. Satu tahun belakangan, Bayu mengaku jika dirinya kabur dari tempat ia bekerja dan terlunta-lunta di negara orang sehingga selama 6 bulan setelahnya ia hanya bisa mengirimkan uang sebanyak satu juta saja. Selebihnya, ia sudah tak mampu mentransfer uang walau satu rupiah pun. Bahkan, 3 bulan terakhir ia pun hilang kontak.
"Tira... ada apa, Nak?" tanya bu Asih sambil mengusap setiap air mata yang mengalir deras dari sudut mata Atira.
"Mamah!" Daffa ikut memeluk Atira, meskipun ia belum mengerti dengan apa yang terjadi. Anak 5 tahun itu hanya takut saat melihat Atira memukul-mukuli dadanya sendiri.
"Atira, anakku. Ada apa?" tangis bu Asih bertambah pecah mendapati sikap menantunya yang tak kunjung menceritakan kesedihannya. Ia betul-betul takut dengan kabar yang akan disampaikan oleh Atira.
"Mas Bayu, Bu. Mas Bayu. Huhuhuhuhu!" Tangis Atira semakin kencang. Air matanya pun semakin deras bercucuran, sedangkan kepalanya terus ia geleng-gelengkan untuk menolak apa yang terjadi padanya.
"Kenapa sama Bayu? Bukankan Bayu telpon mau transfer uang buat anak-anak?" tanya bu Asih yang mulai menerka-nerka apa yang terjadi.
Atira masih menangis dengan tubuh yang lemah. Ia terus menggelengkan kepalanya meskipun pelan. "Mas Bayu, Bu! Huhuhuhuhu!"
"Tira, bicaralah! Jangan buat Ibu bingung!" air mata bu Asih pun bertambah deras saat melihat menantu satu-satunya yang selalu menemani, dalam keadaan yang menyedihkan. Ia pun terus mengusap setiap air mata yang jatuh di pipi Atira dan membiarkan air matanya sendiri terjatuh.
"Aarrggggghhhhh...!" Atira tiba-tiba berteriak seolah ingin melepaskan beban yang teramat berat di hatinya.
Daffa ikut menangis saat Atira berteriak kencang. Ia takut jika ibunya akan pergi jauh seperti ayahnya.
Begitu pun dengan Bu Asih, ia pun tersentak kaget saat Atira berteriak. "Tira, kamu kenapa, Nak?" tangisnya pun semakin keras saat mendengar Atira berteriak. "Tira sayang, bicara sama Ibu, Nak!" bu Asih terus mengelus setiap inchi wajah Atira. Kasih sayangnya memang sangat besar kepada menantunya itu. Bagaimana tidak, Atira yang notabene seorang sarjana mau menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya setelah dinikahi Bayu yang waktu itu kerja serabutan. Karena perekonomian mereka tetap sulit dan hampir selalu mengandalkan uang pensiun ayah Bayu sebagai pensiunan guru yang diterima bu Asih setiap bulannya, akhirnya Bayu memutuskan untuk mengadu nasib ke negri orang.
Awal keberangkatan, Bayu rutin mengirim uang 5 juta per bulan untuk Atira dan anak-anaknya, dua juta untuk ibunya, bu Asih. Di awal kontrak sebagai pekerja pabrik di Jepang, Bayu mendapatkan gaji kotor setara 18 juta rupiah. Kisaran besar biaya hidup di negri sakura itu pun berbanding lurus dengan besar pengeluaran sehingga Bayu hanya bisa mengirimkan sepertiga dari gajinya.
Sebenarnya Bayu bisa saja menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi seperti yang diharapkan almarhum ayahnya, namun Bayu sempat terombang-ambing dengan kenakalan remaja sehingga ia hanya bisa menyelesaikan studi SMPnya saja. Ijazah SMA yang menjadi bekal untuk berangkat ke Jepang pun ia raih setelah mengambil paket C yang ia selesaikan setelah memiliki Davin, anak pertamanya. Itupun dengan biaya dari ibunya.
Setelah Atira berteriak kencang, kini ia pun lebih tenang, meskipun tangannya masih saja memukul-mukul dadanya.
"Bu, Mas Bayu menceraikan Atira." Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Atira.
"Apa? Hah?"
"Bagaimana bisa aku menikah saat ini? Saat aku belum menyelesaikan pendidikanku? Belum lagi, pria itu pantas disebut kakek?" Sova terus meracau seorang diri, meratapi nasibnya yang harus mengubur cita-citanya. Terlebih, fakta bahwa ibu tirinya menyetujui pernikahan ini karena uang satu juta. Sungguh menyakitkan. Namun, keikhlasan dan kebaikan hatinya, membuat ia berniat menikah dengan sebenar-benarnya pernikahan. Ia pun berniat untuk belajar mencintai suaminya. Saat ia bertemu suaminya, ternyata lelaki tua itu tidaklah seperti apa yang ada di gambarannya, lelaki tua tak berdaya seperti Ayahnya. Tidak, lelaki itu sungguh tampan dan gagah, bahkan dia masih memiliki roti sobek di perutnya. Bukan hanya itu, lelaki itu ternyata seorang CEO yang mencari istri tulus untuk ia jadikan sebagai ahli waris dari semua harta kekayaan yang ia miliki. Apakah bisa Sova tak mencintainya? Yang matang lebih menantang. Ikuti terus kisahnya!
"Tanda tangani surat cerai dan keluar!" Leanna menikah untuk membayar utang, tetapi dia dikhianati oleh suaminya dan dikucilkan oleh mertuanya. Melihat usahanya sia-sia, dia setuju untuk bercerai dan mengklaim harta gono-gini yang menjadi haknya. Dengan banyak uang dari penyelesaian perceraian, Leanna menikmati kebebasan barunya. Gangguan terus-menerus dari simpanan mantan suaminya tidak pernah membuatnya takut. Dia mengambil kembali identitasnya sebagai peretas top, pembalap juara, profesor medis, dan desainer perhiasan terkenal. Kemudian seseorang menemukan rahasianya. Matthew tersenyum. "Maukah kamu memilikiku sebagai suamimu berikutnya?"
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
"Saya yang akan menikahi Valerie." Demi menutupi dosa adiknya, Keanu rela menikahi Valerie. Seorang gadis remaja berusia delapan belas tahun, yang sudah dihamili oleh Kevin, adiknya sendiri. Padahal Keanu sudah berencana akan melamar Sely, sekretarisnya di kantor yang sudah ia sukai sejak lama. Lalu, bagaimana Keanu dan Valerie menjalani kehidupan rumah tangga? Tanpa saling mengenal dan mencintai satu sama lain.
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..