/0/16288/coverbig.jpg?v=01c0e42e82c0a937b6fdd67c780e4615)
Pernikahan yang diharapkan untuk bahagia, berujung nestapa. Dewi seorang ibu rumah tangga dengan pernikahan yang tidak sehat karena mempunya suami yang abusive seperti Raihan. Akankah Dewi bertahan atau dia akan pergi dari kehidupan Raihan? Ikuti selengkapnya di kisah ini.
Sebuah pernikahan yang tidak direstui oleh kedua orang tua memang sangat tidak sehat jika tetap di jalani.
Akan banyak sekali hal-hal yang menjadikan pernikahan tersebut goyah bahkan hampir hancur berantakan.
Seperti pernikahan Dewi dan Raihan, pertemuan mereka tanpa di sengaja terjadi di sebuah mall ternama di kota jakarta.
Dari pertemuan itu mereka kenalan dan bersahabat, kebetulan Raihan tinggal di sebuah kos-kos an bersama teman-temannya, jadi semenjak perkenalan itu Dewi sering diajak berkunjung ke tempat kos nya Raihan.
Karena seringnya bertemu maka timbullah benih-benih cinta diantara keduanya.
Perjalanan cinta mereka begitu indah, karena Raihan di kenal sangat baik pada Dewi, sangat perhatian, sangat setia dan bertanggung jawab. Walaupun tampangnya yang seperti anak berandal Raihan yang berwajah sangar, berambut panjang, dan juga berpakaian agak urakan.
Tapi sifat itu tak berlaku ketika Dewi memperkenalkan Raihan pada kedua orang tuanya, kedua orang tua Dewi menentang keras hubungan mereka.
"Kamu jangan berhubungan lagi dengan Raihan!, bapak tidak setuju!" hardik pak Juned bapaknya Dewi.
"Tapi pak, Raihan itu orangnya baik dan Dewi sangat mencintainya," jawabnya.
"Aaalaah, orang seperti itu kamu bilang baik, Di lihat dari tampangnya saja sudah terlihat bahwa dia itu jahat, dan pastinya dia akan ringan tangan sama kamu nanti setelah kalian menikah, apalagi dia orang sebrang yang di kenal rata-rata suka main tangan pada pasangannya," ujar pak Juned panjang lebar.
"Pokoknya Dewi tetap mencintai Raihan dan akan tetap ingin menikah dengannya, titik."
"Jangan nak, tolong dengarkan ucapan bapakmu, karena filing orang tua itu suka benar terjadi," tambah bu Lela ibunya Dewi.
Raihan yang mendengar perdebatan antara Dewi dan kedua orang tuanya, hanya bisa tertunduk lesu lalu kemudian pamit pulang pada keluarga tersebut tanpa berucap satu katapun pada Dewi kekasihnya.
Dengan langkah gontai Raihan melangkahkan kakinya keluar dari rumah tersebut.
"Raihan tunggu!"
Dewi mengejar Raihan sampai kedepan rumah.
"Raihan aku mencintaimu."
"Aku juga cinta sama kamu wi, tapi bagaimana dengan kedua orang tuamu yang tidak merestui kita?"
"Aku juga bingung."
"Bagaimana kalau kita kawin lari aja di kampung halamanku, apa kamu mau?" tawar Raihan.
"Berikan aku waktu untuk berpikir, esok aku akan kasih jawabannya." jawab Dewi.
Setelah mendengar jawaban dari kekasihnya Raihan pun pergi dari rumah tersebut untuk pulang ke tempat kost nya.
Setelah kepergian kekasihnya Dewi pun langsung menemui kedua orang tuanya lagi di dalam rumah, dimana kedua orang tua nya masih dengan santainya duduk di sofa ruang tamu rumah tersebut.
"Pak, bu, Dewi sangat mencintai Raihan, begitupun Raihan juga sangat mencintai Dewi, kami ingin menikah bu, pak," pintanya.
"Kalian kan baru kenal selama tiga bulan, tapi kenapa kamu sudah yakin sekali ingin menikah dengan anak berandal itu?" tanya pak Juned.
"Karena Dewi liat dia sangat baik pada aku pak."
"Itukan didepan kamu nak, kamu juga belum kenal dengan keluarga besarnya, iyakan?"
Dewi tampak bingung mendengar pertanyaan yang di lontarkan bapaknya hingga dia bingung untuk menjawabnya.
"Sekarang begini aja, kami saling mencintai, adanya restu dan tidak adanya restu dari bapak dan ibu, Dewi dan Raihan akan tetap menikah, walaupun itu kawin lari," ancamnya.
"Oke, oke bapak dan ibu mengalah, jika kalian bertekad ingin tetap menikah silahkan, tapi dengan Syarat jangan di depan kami, dan bapak tidak mau menjadi wali dalam pernikahan mu, carilah wali hakim untuk menikahkan kalian," ucap pak Juned, seraya segera membuang wajahnya, karena tak ingin anak kesayangannya tahu kesedihan hatinya.
Tekad Dewi dan Raihan yang sudah bulat untuk menikah, sampai dewi tak menghiraukan lagi bagaimana perasaan kedua orangtuanya.
Dewi ikut ke kampung halaman Raihan di sebrang untuk menikah disana, dan pernikahan mereka di gelar sangat sederhana sekali, hanya di hadiri keluarga besar Raihan juga para tetangganya, sedangkan Dewi hanya seorang diri di acara tersebut dan yang menjadi wali hakim di datangkan dari KUA setempat.
Satu hari setelah menikah semua terlihat baik-baik saja. Raihan sangat memanjakan Dewi dan begitu perhatian.
Setelah tiga hari menikah mereka memutuskan untuk mencari kontrakan untuk mereka tinggali berdua, dengan alasan ingin belajar mandiri.
Di kontrakan baru mereka inilah perangai asli Raihan baru terlihat, Raihan tidak mau bekerja , dia hanya maunya main dan kumpul-kumpul dengan teman-temannya, jika lapar maka Raihan akan kerumah orangtuanya untuk mengambil makanan.
Jika Dewi menyuruhnya untuk bekerja bukan jawaban yang dia dapatkan, tapi pukulan demi pukulan yang akan Dewi rasakan.
Awal-awal Dewi hanya berpikir perubahan Raihan di sebabkan dia stres karena banyak masalah.
Tapi sampai satu bulan menikah perangai Raihan semakin menjadi-jadi.
"Mas, tolonglah cari pekerjaan, aku tidak enak kalau terus-terusan minta makanan pada orang tua mu," ucap Dewi kala itu.
"Plaaaak.'
"Cerewet banget sih kamu sekarang, terserah aku lah mau kerja atau gak, yang pentingkan kamu masih bisa makan!" hardiknya.
Sebuah tamparan mendarat di pipi Dewi, hingga Dewi terhuyung-huyung dan jatuh tepat dibawah kaki Raihan dan kesempatan itu di gunakan Raihan untuk menendang tubuh Dewi yang tidak berdaya hingga dia meringis kesakitan sambil memegangi tubuhnya yang terasa sakit.
Air Matanya tak dapat di bendung lagi.
Dia tidak menyangka Raihan yang dulu di kenalnya sangat baik padanya sekarang tega berbuat demikian pada dirinya yang sekarang sudah menjadi istrinya.
" Tega kamu mas!"
"Itu salahmu yang terlalu cerewet sih, bikin aku lepas kontrol jadinya kan," kilahnya.
Dengan Isak tangis yang tertahan Dewi berlalu masuk kedalam kamarnya dan menangis sepuasnya di atas bantal, sedangkan Raihan pergi kerumah orang tuanya.
"Kenapa wajahmu seperti itu Han?" Tanya pak Karim bapaknya Raihan.
"Kesel aku pak, Dewi sekarang jadi cerewet, berani-beraninya dia menyuruh aku untuk bekerja, padahal kan walaupun aku tidak bekerja sekalipun dia tetap bisa makan, iyakan pak," ujarnya.
" Iya betul itu, lalu apa maksudnya Dewi menyuruhmu bekerja? Kenapa tidak dia aja yang bekerja kalau emang dia ingin punya uang sendiri," tukas pak Karim.
Pak Karim memang sebenarnya juga sama seperti Raihan. Yang bekerja mencari nafkah itu istrinya ibu Sukma, ibunya Raihan.
Mereka mempunyai enam orang anak, empat laki-laki dan dua wanita. Dan Raihan anak pertama.
Kesemua anak lelakinya sama seperti pak Karim. Tidak ada yang bekerja, kalaupun mereka mau bekerja mereka hanya mau yang mereka mau saja atau yang ringan-ringan saja .
Pekerjaan berat mereka tidak mau, dan satu lagi mereka bekerja semaunya saja jika dirasa pekerjaan itu tidak sreg di hatinya, maka mereka pun tak akan mau melakukannya.
Dewi tak menyangka kalau Raihan ternyata akan sama seperti bapaknya dan juga adik-adiknya.
Sebuah rahasia besar tentang seorang anak kecil sedang disembunyikan oleh sebuah keluarga. Akankah rahasia itu terbongkar. Ikuti kisahnya.
Seorang suami yang menginginkan seorang anak dari istrinya, tapi sang istri menolak dengan alasan yang tak masuk akal. Alasan apakah itu? simak kisahnya disini.
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Kemudian Andre membuka atasannya memperlihatkan dada-nya yang bidang, nafasku makin memburu. Kuraba dada-nya itu dari atas sampah kebawah melawati perut, dah sampailah di selangkangannya. Sambil kuraba dan remas gemas selangkangannya “Ini yang bikin tante tadi penasaran sejak di toko Albert”. “Ini menjadi milik-mu malam ini, atau bahkan seterusnya kalau tante mau” “Buka ya sayang, tante pengen lihat punya-mu” pintuku memelas. Yang ada dia membuka celananya secara perlahan untuk menggodaku. Tak sabar aku pun jongkok membantunya biar cepat. Sekarang kepalaku sejajar dengan pinggangnya, “Hehehe gak sabar banget nih tan?” ejeknya kepadaku. Tak kupedulikan itu, yang hanya ada di dalam kepalaku adalah penis-nya yang telah membuat penasaran seharian ini. *Srettttt……
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
Pernikahan itu seharusnya dilakukan demi kenyamanan, tapi Carrie melakukan kesalahan dengan jatuh cinta pada Kristopher. Ketika tiba saatnya dia sangat membutuhkannya, suaminya itu menemani wanita lain. Cukup sudah. Carrie memilih menceraikan Kristopher dan melanjutkan hidupnya. Hanya ketika dia pergi barulah Kristopher menyadari betapa pentingnya wanita itu baginya. Di hadapan para pengagum mantan istrinya yang tak terhitung jumlahnya, Kristopher menawarinya 40 miliar rupiah dan mengusulkan kesepakatan baru. "Ayo menikah lagi."