/0/14711/coverbig.jpg?v=f70b58cfb03de8c029aaba1385c47d56)
Danny Laksana, harus menerima takdir pahit dalam hidupnya. Dicampakan kekasih, dan melihat kedua orangtuanya meninggal dalam keadaan tragis membuat Danny menyimpan dendam. Dendam Danny seakan disetujui oleh keadaan, ternyata ia cucu dari orang terkaya di negeri ini. Ia menikahi seorang wanita demi balas dendamnya kepada mantan kekasih yang sudah mencampakan dirinya, sembari mencari tahu siapa pembunuh kedua orangtuanya. Siapa sangka, pembunuh itu tidak jauh darinya. Kira-kira siapa pelakunya?
"Siapa kalian? Kenapa kalian datang menyerang kami!" teriak Tuan Fandy menatap mereka dengan penuh tanda tanya.
"Lebih baik tidak usah banyak tanya sebab ini adalah hari terakhir kalian di dunia ini!" Mereka pun tertawa puas.
"Apa maksud kalian? Kenapa kalian ingin membunuh kami!"
"Itu urusan bos kami, bodoh!"
"Bos?" Tuan Fandy semakin bingung.
"Iya, beliau ingin Anda mati agar tidak mendapatkan warisan dari ayahnya."
"Apa kamu bilang?" Tuan Fandy sangat terkejut mendengar penuturan para berandalan tersebut.
Kini Tuan Fandy tahu apa yang sedang terjadi dengannya, siapa yang menyuruh mereka untuk menghabisinya, tidak mungkin!
"Mas, apa perlu kita hubungi Danny agar ia lekas pulang," ucap sang istri, seketika sorot mata para preman tertuju kearahnya.
"Tidak, dia tidak boleh datang, Han!"
"Kenapa, Mas? Danny kan bisa bela diri."
"Tetapi, mereka semua bukan tandingannya. Danny dalam bahaya, Han!"
"Apa maksud kamu, Mas?"
"Hey, siapa itu Danny!" seru ketua diantara para preman tersebut.
"Kalian tidak perlu tahu, biar aku yang hadapi kalian!" tegas Tuan Fandy tidak ingin mereka tahu siapa Danny, sebab Tuan Fandy tahu siapa mereka.
Perkelahian pun terjadi diantara para preman dan Tuan Fandy, beliau berusaha melindungi sang istri yang juga menjadi incaran mereka.
Tuan Fandy meminta Rihana sang istri untuk menjauh.
"Bagaimana denganmu, Mas?"
"Jangan khawatirkan aku, Sayang. Cepat pergi dan lindungi Danny!" pinta sang suami membuat Nona Rihana dilemma.
"Cepat!" seru Tuan Fandy sembari melawan beberapa preman bertubuh besar.
Nona Rihana pun akhirnya berlari keluar dari rumahnya, berusaha mencari bantuan, namun sayang seribu sayang, salah satu preman berhasil menangkapnya, hingga beliau tidak mampu lari kemana-mana.
"Mau kemana, ha? Anda tidak bisa lari lagi." Preman tersebut mencengkram tangan Nona Rihana kuat-kuat.
"Lepas!" Nona Rihana memberontak, namun tenaganya kalah telak dari preman tersebut.
"Beritahu aku siapa itu Danny!"
"Tidak mau! Aku tidak akan memberitahumu, puas!" tegas Nona Rihana dengan bola mata membulat sempurna.
"Kurang ajar!"
Brukkkkk!
"Rihana!" teriak Tuan Fandy melihat sang istri didorong keras hingga mengenai meja makan oleh preman tersebut.
"Akh!" Nona Rihana pun meringis kesakitan sembari memegangi punggungnya, rasanya remuk redam, hingga ia langsung ambruk, tidak mampu berdiri lagi.
"Cepat katakan, atau aku akan berbuat yang lebih kejam dari ini!" ancam preman itu.
Nona Rihana menggeleng, ia menaati perintah suaminya. Beliau pun dihampiri sang suami yang sudah babak belur.
Para preman pun murka dengan kegigihan mereka yang tidak mau memberitahu tentang siapa Danny itu. Mereka sama-sama menyerang Tuan Fandy dan Nona Rihana tanpa ampun.
Tuan Fandy yang begitu menyayangi sang istri memeluknya untuk melindungi tubuh wanita tersebut dari kerasnya kaki para preman.
Bugh! Bugh!
Berkali-kali para preman memberikan tendangan demi tendangan terhadap mereka berdua membuat Nona Rihana ingin menyerah dan memberitahu para preman tentang anaknya yang bernama Danny. Namun, Tuan Fandy melarangnya dengan keras, beliau tidak mau mereka juga membunuh Danny. Tuan Fandy berharap Danny tidak segera pulang.
"Dasar keras kepala!" umpat ketua preman.
"Kita tunggu saja orangnya di sini, bos. Yang penting mereka harus kita habisi terlebih dahulu," usul anak buahnya.
Ketua preman tersebut pun tersenyum sinis, "Kamu benar juga. Ayo kita lakukan tugas kita!" jawabnya diangguki anak buahnya.
Mereka pun kembali memukuli Tuan Fandy secara brutal, wajah beliau dan tubuhnya kini dipenuhi oleh luka karena melindungi sang istri. Setelah Tuan Sandy sudah tidak bernyawa, para preman tersebut menatap Nona Rihana dengan tatapan penuh nafsu.
Nona Rihana beringsut dari pelukan sang suami yang sudah tidak mampu melindunginya. Beliau ingin lari dari sana, akan tetapi tubuhnya terasa berat diajak bangkit. Beliau pun hanya bisa beringsut mundur sembari meringis menahan sakit.
"Haha .. haha." Para preman tertawa puas melihat Nona Rihana ketakutan.
"Bos, tidak ada salahnya kan kita cobain dulu sebelum kita membunuhnya?" usul anak buahnya yang sangat biadab. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka semua sehingga mereka bisa berbuat kejam seperti ini.
"Tentu saja, kebetulan aku juga sudah tegang," jawab sang ketua, seketika wajah Nona Rihana tercengang mendengar ucapan mereka.
"Pergi kalian, pergi!" teriak Nona Rihana, kini beliau tidak sanggup lagi menahan air matanya.
"Jangan takut, Nona. Kami tidak akan kasar-kasar, kita main halus saja, oke?"
"Dasar brengsek, aku bersumpah kalian akan masuk ke neraka Jahannam!" sumpah Nona Rihana.
Para preman menanggapinya dengan tawa yang menggelegar, mereka seakan tidak takut dengan sumpah serapah tersebut. Bagi mereka, hidup hanya ada di dunia ini saja. Padahal, setelah kematian ada hidup yang lebih mengerikan lagi bagi para penjahat sepertinya.
Mereka pun menghampiri Nona Rihana, melucuti pakaian wanita itu, tidak peduli dengan pemberontakan yang dilakukan Nona Rihana, mereka tetap memaksa dengan penuh nafsu.
"Tidakkk!" jerit Nona Rihana.
Jeritan demi jeritan tidak mampu menyusutkan niat mereka untuk terus menggauli Nona Rihana tanpa henti. Mereka seperti bajingan yang tidak punya akal sehat, tega berbuat kejam kepada seorang wanita yang sudah tidak berdaya.
****
Di sebuah tempat, tepatnya di depan café tempat Danny bekerja, ia tengah berdebat dengan kekasihnya lantaran diputusi tanpa alasan yang jelas.
"Apa maksudmu, Cintya? Kenapa tiba-tiba kamu ingin menyudahi hubungan ini?" tanya Danny penasaran.
"Tidak ada apa-apa, Mas. Aku hanya bosan denganmu dan aku capek." Wanita yang bernama Cintya berbalik ingin pergi dari hadapan Danny, namun Danny mencegahnya.
"Tidak, jelaskan dulu alasanmu ingin putus dariku, Cintya. Apa kamu tidak tahu kalau cintaku sangat besar untukmu?"
Cintya menghela nafas panjang, lalu kembali berbalik berhadapan dengan Danny dengan wajah malas.
"Menurutmu, hidup hanya butuh cinta?"
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak mau hidup susah denganmu, Mas."
Mulut Danny menganga mendengar alasan Cintya, padahal selama ini ia berusaha memenuhi keinginan wanita itu meski ia harus menahan lapar demi keinginan wanita tersebut, tetapi pernyataan Cintya barusan sungguh menuai goresan dalam di hati Danny.
"Kenapa tiba-tiba kamu berubah seperti ini?"
"Karena aku sadar bahwa hidup tidak hanya butuh cinta, Mas. Tapi juga materi yang akan menunjang kebahagiaanku nantinya. Aku rasa kamu tidak bisa melakukannya, jika kamu masih betah menjadi pelayan café terus," hina Cintya menciptakan luka di hati Danny.
"Apa kamu sudah menemukan lelaki mapan, sehingga kamu mencampakanku seperti ini?"
"Iya, kamu benar, Mas. Dan lelaki ini yang akan membahagiakanku, karena dia bukan hanya sekedar tampan tapi juga mapan, tidak sepertimu yang hanya pegawai rendahan," jawabnya seraya menatap pnampilan Danny penuh ejekan dari atas sampai bawah..
Danny melepaskan tangan Cintya, sorot matanya memancarkan kekecewaan, ia pikir Cintya berbeda dari wanita lain, ternyata sama saja.
"Selamat, pergilah! Dan ingat satu hal, jangan pernah kembali kepadaku."
"Cih, memangnya siapa yang sudi kembali kepada pelayan café sepertimu, Mas?" ejek Cintya lalu berbalik, wanita itu melenggang meninggalkan Danny meninggalkan sejuta luka di hati Danny.
Danny menarik nafas dalam-dalam seraya memejamkan mata, ia pun pergi ke parkiran untuk mengambil motor butut yang menjadi kendaraannya. Ia memilih pulang karena hari sudah malam, ia ingin istirahat dan menenangkan pikiran setelah diputusi oleh Cintya. Ia merindukan pelukan sang ibu yang mampu menenangkan hatinya saat terluka seperti ini.
Sesampainya di rumah, kening Danny berkerut sebab ia melihat keadaan rumahnya yang gelap gulita seperti tidak ada penghuni, padahal biasanya kedua orangtuanya ada di rumah dan pasti menyambutnya pulang.
"Apa ayah dan ibu sedang pergi? Tapi kenapa tidak bilang?" gumam Danny sembari turun dari motor bututnya.
Cekrek!
Gelap, itulah yang pertama kali Danny lihat. Ia segera melangkah menyusuri tembok rumahnya guna menyalakan lampu yang ada di sebelah kiri pintu.
Betapa terkejutnya Danny saat lampu berhasil ia nyalakan.
"Ayah, Ibu!"
****
Binar Mentari menikah dengan Barra Atmadja,pria yang sangat berkuasa, namun hidupnya tidak bahagia karena suaminya selalu memandang rendah dirinya. Tiga tahun bersama membuat Binar meninggalkan suaminya dan bercerai darinya karena keberadaannya tak pernah dianggap dan dihina dihadapan semua orang. Binar memilih diam dan pergi. Enam tahun kemudian, Binar kembali ke tanah air dengan dua anak kembar yang cerdas dan menggemaskan, sekarang dia telah menjadi dokter yang berbakat dan terkenal dan banyak pria hebat yang jatuh cinta padanya! Mantan suaminya, Barra, sekarang menyesal dan ingin kembali pada pelukannya. Akankah Binar memaafkan sang mantan? "Mami, Papi memintamu kembali? Apakah Mami masih mencintainya?"
Kisah Daddy Dominic, putri angkatnya, Bee, dan seorang dosen tampan bernama Nathan. XXX DEWASA 1821
Kumpulan cerita seru yang akan membuat siapapun terbibur dan ikut terhanyut sekaligus merenung tanpa harus repot-repot memikirkan konfliks yang terlalu jelimet. Cerita ini murni untuk hiburan, teman istrirahat dan pengantar lelah disela-sela kesibukan berkativitas sehari-hari. Jadi cerita ini sangat cocok dengan para dewasa yang memang ingin refrehsing dan bersenang-senang terhindar dari stres dan gangguan mental lainnya, kecuali ketagihan membacanya.
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!