/0/12618/coverbig.jpg?v=0157e172a32c22522b361f25da9c06b2)
Menjadi miskin memang menyulitkan semuanya sampai ia mendapatkan pekerjaan dari rekannya untuk menjadi pengasuh. Eva pikir ia akan mengasuh bayi atau balita tapi kenyatannya adalah ia merawat bayi besar anak kesayangan perusahaan musik. Ia harus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak ia kerjakan. Sialnya, Sergio Marcelio adalah seorang pemain vocal yang dipuja-puja banyak orang dan terkenal dengan sikapnya yang dingin. Bahkan Sergio tidak segan melakukan hal lebih yang tidak pernah diduga. Sisi gelap sang Idol. Apakah Eva mampu bertahan?
Happy Enjoy Reading!
Rasanya ingin tertawa sekencang-kencangnya, ia merasa frustasi karena ia mendapatkan banyak kegagalan. Hidupnya penuh dengan kesialan dan sepertinya ia harus di cuci ataupun terlahir kembali agar kesialannya hilang. Sepertinya Dewi Fortuna tidak pernah berada di pihaknya, apakah ini karena dirinya kurang berdoa makanya Tuhan membuatnya seperti ini. Nasib sial terus ada di sisinya dan membuatnya menderita.
"Hahaha... sialan sekali hidup ini. Sialan!"makinya pada kehidupan yang penuh kesialan pada dirinya.
Orang lain mungkin akan menganggap dirinya tidak waras. Tapi memang dirinya sekarang sudah tidak waras dan selamanya akan tidak waras sampai ia mendapatkan sesuatu yang membuat dirinya bahagia serta melupakan semuanya.
"Eva!"
Perempuan dengan nama Eva itu menoleh pada perempuan yang kini berlari menghampiri dirinya. Entah apalagi yang diinginkan oleh pengganggu ketidaknyamanannya. Apakah dia tidak tahu kalau ia benar-benar jatuh miskin.
"Apa?"
"Lo tahu? Kevin sudah punya pacar, ternyata dia... mengganggap Lo sebagai perempuan yang bisa bekerja dengan dia alias babu. Lo sudah tahu itu? Memang sangat sialan sekali lelaki itu." Eva memandang tajam perempuan di sebelahnya, ayolah ia amat sangat-sangat tidak ingin membahas laki-laki buaya seperti Kevin Glendario
Eva menghela napasnya kasar, "Nasib gue sial banget, apa jangan-jangan gue punya aura hitam?"tanya Eva sembari menatap rekannya yang hanya menggeleng.
"Itu cuman sebuah kesialan Lo saja, Tuhan lagi membuktikan siapa orang terbaik dalam hidup Lo dan si Kevin bukan orang terbaik pilihan Tuhan buat Lo. Anggap saja kesialan," Eva memandang tidak mengerti perempuan di sebelahnya.
"Kalau begitu... apakah gue enggak dapat pekerjaan itu karena Tuhan mau kasih pilihan yang terbaik buat gue?"Ana yang mendengar itu memandang rekannya sembari tersenyum tiga jari. Ia tidak bisa menjawab kalau persoalan uang.
"Gue butuh uangnya buat bayar kos, Ana!! Kalau Tuhan memang kasih gue pilihan terbaik yang kaya gimana? Gue di usir dari kost karena enggak punya kerjaan terus juga enggak punya uang. Gue enggak bisa selamanya bergantung sama orang tua gue!!"kesal Eva sembari memandang lurus kearah depan .
"Calm down Eva, calm down. Gue juga ke sini mau kasih tau Lo sesuatu,"Eva memandang Ana di sebelahnya yang menunjukkan selembaran berisi lowongan kerja di sana.
"Ini apa?"
"Lowongan kerja,"
Eva memandang malas perempuan yang ada di sebelahnya itu, ia tahu kalau ini adalah lowongan pekerjaan.
"Jangan sampai gue timpuk pake berkas yang ada di tangan gue, ya? Maksudnya apa? Kerjaan apa yang gue bisa kerjain di tempat ini?"Ana tertawa mendengar perkataan Eva yang kini memandang dirinya kesal.
Mereka memang tidak tahu tempat, bahkan di taman kota saja mereka berani berbicara kencang seperti ini.
"Ini dari om gue, katanya dia minta sebarin ke orang-orang kalau dia butuh seseorang buat jagain anak asuh dia. Kali saja Lo berminat, mereka membayar mahal loh!" nada suara Ana tampak berbisik tepat di telinga Eva yang kini hanya memandang rekannya tampak mengangguk.
"Anak asuh?" ulang Eva
"Iya, tapi ini pun gue harus menyebarnya diam-diam dan orang yang gue percaya saja." Eva terdiam menatap selembaran di depannya, haruskah ia percaya dengan rekannya.
"Lo jangan kelamaan mikir, takutnya pekerjaan sudah diambil orang. Soalnya bukan cuma gue yang bantu sebarin," nada suara Ana tampak kesal di sana karena Eva terlalu banyak berpikir.
Eva menggigit bibirnya pelan, mengasuh anak? Apakah harus ia mengambilnya saja? Toh, dirinya juga sudah pengalaman mengurus adik-adiknya. Pasti tidak berbeda jauh dalam mengurus anak.
Haruskah ia menerima tawaran itu?
"Kelamaan mikir Lo! Sudah ayo ikut sama gue. Gue bawa Lo ke Om,"Eva menatap bingung tangannya yang ditarik oleh rekan di depannya.
Sebenarnya ia tidak terlalu banyak membuat persiapan, perempuan muda yang baru menginjak usia 22 tahun itu tidak tahu harus melakukan apa.
"Btw, usia anak yang bakalan gue asuh berapa?"tanya Eva.
Ana tersenyum penuh makna di depannya itu, "Kalau soal itu Lo bisa tanya langsung, gue lupa soalnya. Tugas gue cuman antar lo saja dan menyebarkan rincian ini,"
Ana mengedikkan bahunya tidak peduli, keduanya berjalan memasuki gedung mewah.
Mata Eva membulat melihat pemandangan yang ada di depannya, ia sedang tidak bermimpi kan? Pantas saja Ana selalu berpakaian mewah dan mobil keluaran terbaru. Keluarganya saja berasal dari kalangan atas, memang tidak rugi ia berteman dengan Ana.
Langkahnya membawa pada ruangan bertuliskan CEO di sana, orang miskin seperti dirinya bisa menginjakkan kaki di tempat ini memang sangat luar biasa. Pasti sudah mengeluarkan hasil yang sangat besar atau dana miliaran.
"Kenapa bengong? Ayo masuk!"
Eva mengangguk dan berjalan mengekori rekannya yang satu itu.
Sebuah ruangan dengan nuansa mewah di sana, Eva menjadi tahu alasan orang ini mencari pengasuh. Karena orang sibuk dan tidak mengurusi anaknya jadi membutuhkan seorang baby sitter.
"Om aku bawa seseorang yang bisa menjadi baby sitter dan menurut aku ini style Om banget."Lelaki yang dipanggil dengan sebutan Om itu tampak memperhatikan Eva dari atas ke bawah seolah mencari keseriusan dari dirinya.
"Apakah kamu benar-benar membutuhkan pekerjaan?"tanya lelaki di depannya dengan wajah serius.
Kepala Eva mengangguk pelan, "I-iya, saya butuh pekerjaan untuk membiayai kehidupan saya selama di kota ini terus juga buat bayar kost."
"Apakah kamu bisa menjaga kerahasiaan ini?"Eva memandang bingung lelaki di depannya dan berdalih pada perempuan yang hanya mengangguk.
Dalam hatinya bertanya-tanya, disini dirinya bekerja hanya menjadi baby sitter bukan penyebar dokumen rahasia negara. Kenapa dirinya harus menjaga kerahasian? Ini sangat aneh dan menyimpan banyak pertanyaan untuk dirinya.
"Bagaimana? Apakah kamu bisa menjaga kerahasiaan ini? Kalau kamu bisa... Maka saya akan memberikan kontrak kerja karena kamu style saya."
Eva tidak mengerti dengan perkataan lelaki yang ada di depannya.
"Saya hanya bertugas menjaga bayi, kan? Kenapa saya harus menjaga kerahasian?" tanya Eva setelah memberanikan diri.
Lelaki di depannya tampak tertawa pelan dan mengusap kepalanya lembut, sumpah Eva merasa tegang karena di usap oleh lelaki yang bukan kekasihnya ataupun orang tuanya. Ia tidak terbiasa dengan perlakuan ini.
"Apakah Ana tidak memberitahukan detail pada kamu kalau kamu akan menjadi..." Eva tampak menahan napasnya menunggu kelanjutan dari perkataan lelaki yang ada di depannya.
Sepertinya ini bukan kabar bagus untuknya, tapi entahlah ia tidak yakin.
"Bayi besar perusahaan kami, Sergio dari Band Vander Evill."
Pandangannya berdalih pada pintu ruangan di depannya yang terbuka menampilkan lelaki dengan tubuh besar tengah menatap mereka dengan tatapan datar, mulutnya yang bergerak seperti mengunyah permen karet terlihat sangat nyata dan memberikan kesan angkuh.
Tidak mungkin!!
Tidak mungkin Eva mengasuh lelaki dewasa didepannya itu, kan? Tamatlah sudah riwayatnya.
To be continued....
Follow instagram: SKYWORL04 Menikah dengan dosen pembimbing yang baru saja mengajar di Kampusnya selama beberapa minggu, bukanlah cita-cita Eva. ia tidak menyangka akan mengalami pernikahan dengan orang seperti Zaidan yang pemaksa dan segala sifat Zaidan yang tidak bisa disebutkan. “Saya akan buat kamu jatuh cinta dengan saya,” ucap Zaidan. “Sumpah demi apapun saya enggak akan pernah luluh dengan Bapak dan mencintai Bapak,” ucap Eva. Apakah usaha Zaidan membuat Eva jatuh cinta benar-benar berhasil? Apakah Eva akan luluh dengan segala perhatiannya? Dan apakah mereka bisa hidup bahagia selamanya. cc.Skyworld04
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Novel Cinta dan Gairah 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswa, CEO, kuli bangunan, manager, para suami dan lain-lain .Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.