/0/12071/coverbig.jpg?v=ea52ecc16eceed74de503a6d06454ddc)
Dewasa 21+ Karena sebuah kesalahan Aeris dan Leon terpaksa harus menikah. Tidak ada cinta di antara keduanya. Perbedaan usia dan sifat yang mencolok selalu menjadi masalah utama dalam rumah tangga mereka. Apakah Leon yang bersifat dingin bisa bertahan menjalani hidup rumah tangga dengan gadis abnormal seperti Aeris? Bagaimana jika cinta pertama Leon datang? Apa lelaki itu akan tetap mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih kembali bersama cinta pertamanya?
Gadis lajang berusia dua puluh sembilan tahun itu mematut diri di depan cermin. Floral dress tanpa lengan berwarna putih gading melekat indah di tubuhnya. Rambut hitam panjangnya dibuat sedikit bergelombang di bagian bawah, menutupi bahunya yang sedikit terbuka. Make up tipis membuat penampilan gadis bertubuh mungil itu terlihat semakin cantik.
"Okay, semua sudah perfect," ucap gadis bernama Aeris itu setelah memoles lipstik berwarna nude di bibirnya. Sebentar lagi dia akan menghadiri acara reuni yang diadakan oleh keluarganya setiap setahun sekali. Aeris harus siap menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh keluarga besarnya. Mulai dari pekerjaan, hubungan asmara, juga pernikahan. Entah apa yang membuat Aeris betah melajang di usianya yang hampir kepala tiga. Padahal saudara perempuannya sudah banyak yang menikah, bahkan memiliki anak.
"Mau pergi ke mana, Amor?"
Aeris memutar bola mata malas mendengar ucapan lelaki berkulit tan yang tinggal di sebelah apartemennya.
"Jangan panggil aku Amor karena aku bukan cintamu."
"Mau pergi ke mana, Cantik?"
Aeris menghela napas panjang mendengar ucapan Kai barusan. "Terima kasih atas pujiannya. Aku mau pergi ke mana itu bukan urusanmu."
Aeris berjalan melewati Kai begitu saja karena sejak awal dia memang kurang menyukai lelaki play boy yang tinggal di sebelah apartemennya itu. Sebab setiap malam Kai selalu membawa wanita berbeda ke apartemennya.
Entah apa yang Kai lakukan dengan wanita itu?
Ah, membayangkannya saja sudah membuat tubuh Aeris bergidik.
Aeris memasukkan mini cooper kuning miliknya ke halaman rumah keluarga Yasodana. Ternyata sudah banyak mobil milik anggota keluarga Yasodana yang terparkir nyaman di sana. Sepertinya dia menjadi orang terakhir yang datang ke acara reuni.
"Tante Aeris!"
Aeris menghela napas panjang. Gadis itu terpaksa tersenyum mendengar panggilan dari para keponakan untuknya. "Sudah berapa kali kak Aeris katakan. Jangan panggil kak Aeris 'Tante'. Mengerti?"
Kelima anak kecil itu kompak mengangguk. "Mengerti, Kak."
"Bagus." Aeris menepuk puncak kepala keponakannya itu satu persatu dengan penuh sayang, lantas mengeluarkan beberapa buah lolipop dari dalam tas yang dibawanya.
"Aku mau, aku mau." Keponakan Aeris itu saling berebut meminta lolipop.
"Eh, baris yang rapi dulu. Nanti kak Aeris bagi lolipop ini satu-satu." Aeris mengangkat lolipop itu tinggi-tinggi agar jauh dari jangkauan keponakan kecilnya.
Mereka langsung membentuk barisan seseuai perintah Aeris agar mendapat lolipop. Aeris terkikik geli melihatnya lantas membagi lolipop yang dibawanya kepada mereka.
"Terima kasih, Kak Aeris." Para keponakan Aeris mengecup kedua pipi gadis itu bergantian setelah menerima lolipop.
"Sama-sama." Aeris masih mempunyai satu buah lolipop di tangannya. Dia memang sengaja membeli enam buah lolipop karena keponakannya yang masih kecil ada enam.
Kedua mata Aeria sontak berbinar ketika melihat seorang anak laki-laki yang sedang asyik bermain tablet. Aeris pun bergegas menghampiri anak tersebut.
"Hai, Dio," sapa Aeris terdengar ramah.
Anak lelaki bernama Dio itu bersedekap, sepasang mata hezel miliknya menatap Aeris dengan malas.
"Ini, untuk kamu."
"Gigi Dio nanti bisa rusak kalau kebanyakan makan permen."
Aeris menarik napas panjang. Gadis itu tidak tahu Dio mewarisi sifat dingin siapa karena kedua orang tua keponakannya itu sangat ramah.
"Kalau hanya satu nggak akan merusak gigi kok, ambillah." Aeris meraih telapak tangan Dio, lalu menaruh lolipop itu di atasnya.
"Tapi kakak sering bilang gigi Dio nanti bisa ada lubangnya kalau kebanyakan makan permen," ucapnya polos.
Aeris tersenyum. Di balik sifat dinginnya Dio tetaplah anak-anak. Sangat menggemaskan.
"Kakak kamu berbohong, sudah makan saja."
Dio menatap lolipop di tangannya dengan ragu. "Jangan bilang kakak kalau Dio hari ini makan permen ya, Tante," ucapnya malu-malu.
"Siap, Bos!" Aeris memberi hormat pada Dio seolah-olah siap melaksanakan perintah anak itu.
"Aeris Lilyana!"
Aeris sontak berbalik ketika mendengar namanya dipanggil. "Ibu!" teriaknya sambil melemparkan diri ke dalam dekapan wanita paruh baya yang sudah merawatnya sejak kecil.
"Dasar anak nakal!"
"Aduh, Ibu. Sakit!" Aeris meringis karena Hana menarik telinganya lumayan kuat.
"Ibu kan, sudah menyuruh kamu pulang dari kemarin. Kenapa kamu baru pulang sekarang?"
Aeris meringis sambil mengusap telinganya yang terlihat memerah. "Aeris sibuk."
Hana memutar bola mata mendengar jawaban putri bungsunya. "Sibuk apa? Nulis novel atau ngurus butik?"
"Dua-duanya," jawab Aeris tanpa berani menatap Hana karena dia tidak menulis novel sekarang, butiknya pun sudah ada teman yang membantu mengelola.
"Kemarin teman ibu sudah datang jauh-jauh dari Jogja ingin ketemu sama kamu. Tapi kamunya malah nggak ada. Kamu itu selalu bikin ibu malu."
Aeris malah terekekeh tanpa dosa. "Ya, maaf."
"Maaf-maaf," sungut Hana kesal. "Umur kamu itu sudah mau tiga puluh tahun, Aeris. Mau sampai kapan kamu melajang?"
Aeris menaruh jari telunjuknya di dagu, seolah-olah sedang berpikir serius. "Nggak tahu, mungkin selamanya-aduh! Kenapa Ibu memukul kepalaku lagi?"
"Kamu lihat Hera, dia sudah mempunyai anak tiga padahal umurnya baru dua puluh lima tahun."
Aeris pun mengikuti arah pandang Hana, melihat Hera dan suaminya yang sedang bermain bersama si kembar tiga.
"Lalu?" tanyanya malas.
"Kamu lihat Maura. Dia sekarang sedang hamil anak kedua padahal umurnya baru dua puluh tiga tahun."
Aeris pun mengikuti arah telunjuk Hana, melihat Maura yang sedang duduk bersandar pada suaminya. Mereka terlihat manis sekali, membuat siapa pun yang melihat iri, tapi tidak dengan Aeris.
"Lalu Aeris harus apa, Ibu?"
"Menikahlah, Sayang. Ibu sudah sangat tua. Ibu juga ingin menimang cucu dari kamu sebelum menutup mata."
"Umur Ibu baru enam puluh lima tahun. Ibu belum terlalu tua."
"Anak ini!"
Aeris refleks beringsut karena Hana ingin memukul kepalanya lagi. "Ibu kan, sudah punya cucu dari kak Aerin."
"Tapi Leon dan Dio sudah terlalu besar. Ibu sudah tidak kuat menggendong mereka."
"Eh, iya juga, sih." Aeris malah terkekeh.
"Karena itu cepatlah menikah dan beri ibu cucu."
Aeris memutar bola mata malas. "Kalau Ibu ingin cucu, Aeris bisa memberi tanpa harus menikah."
"Kamu ini kalau bicara suka ngawur. Dasar anak nakal!" Hana ingin menjewer telinga Aeris lagi, tapi gadis itu berhasil menghindar.
"Aeris, haus. Aeris ambil minum dulu ya, Bu?"
Bruk ....
Aeris tanpa sengaja menabrak seseorang hingga membuat minuman yang dibawa orang tersebut tumpah, mengotori kemeja putih yang dipakainya.
"Aduh, maaf, ya. Kakak nggak sengaja." Aeris segera mengambil sapu tangannya untuk membersihkan kemeja lelaki bertubuh jangkung tersebut.
"Aduh, kok, nodanya nggak bisa hilang. Bagaimana ini?"
Lelaki itu menarik napas panjang, berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak karena Aeris membuat kemeja putih pemberian mantan kekasihnya kotor.
"Kamu lepas saja deh, biar kakak cuci dulu."
"Tidak perlu, Tante," tandas Leon terdengar dingin lalu pergi dari hadapan Aeris.
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Sebuah cerita yang berkisah keluarga yang terpisah karena perceraian yang menyisakan duka buat anaknya karena tidak mengerti dengan kondisi orang tuanya. Hingga suatu saat terjadilah malam jahanam yang tidak disengaja dan tidak direncanakan. Aku tidak menyangka kalau semuanya ini bakal terjadi. Aku memang sering mengkhayalkannya. Tapi tidak pernah merencanakannya. Dan begitulah, kehidupanku jadi banyak liku - likunya. Liku - liku yang indah mau pun yang jahanam. Tapi aku harus mengakuinya, bahwa semua itu jahanam tapi indah… indah sekali.
Pada hari pernikahannya, saudari Khloe berkomplot dengan pengantin prianya, menjebaknya atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, di mana dia menanggung banyak penderitaan. Ketika Khloe akhirnya dibebaskan, saudarinya yang jahat menggunakan ibu mereka untuk memaksa Khloe melakukan hubungan tidak senonoh dengan seorang pria tua. Seperti sudah ditakdirkan, Khloe bertemu dengan Henrik, mafia gagah tetapi kejam yang berusaha mengubah jalan hidupnya. Meskipun Henrik berpenampilan dingin, dia sangat menyayangi Khloe. Dia membantunya menerima balasan dari para penyiksanya dan mencegahnya diintimidasi lagi.
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Yahh saat itu tangan kakek sudah berhasil menyelinap kedalam kaosku dan meremas payudaraku. Ini adalah pertama kali payudaraku di pegang dan di remas langsung oleh laki2. Kakek mulai meremas payudaraku dengan cepat dan aku mulai kegelian. “ahhhkkk kek jangannnhh ahh”. Aku hanya diam dan bingung harus berbuat apa. Kakek lalu membisikkan sesuatu di telingaku, “jangan berisik nduk, nanti adikmu bangun” kakek menjilati telingaku dan pipiku. Aku merasakan sangat geli saat telingaku di jilati dan memekku mulai basah. Aku hanya bisa mendesah sambil merasa geli. Kakek yang tau aku kegelian Karena dijilati telinganya, mulai menjilati telingaku dengan buas. Aku: “ahhkkk ampunnn kek, uddaahhhhh.” Kakek tidak memperdulikan desahanku, malah ia meremas dengan keras payudaraku dan menjilati kembali telingaku. Aku sangat kegelian dan seperti ingin pipis dan “crettt creettt” aku merasakan aku pipis dan memekku sangat basah. Aku merasa sangat lemas, dan nafasku terasa berat. Kakek yang merasakan bila aku sudah lemas langsung menurunkan celana pendekku dengan cepat. Aku pun tidak menyadarinya dan tidak bisa menahan celanaku. Aku tersadar celanaku sudah melorot hingga mata kakiku. Dan tiba2 lampu dikamarku menyala dan ternyata...
Hanya ada satu pria di hati Regina, dan itu adalah Malvin. Pada tahun kedua pernikahannya dengannya, dia hamil. Kegembiraan Regina tidak mengenal batas. Akan tetapi sebelum dia bisa menyampaikan berita itu pada suaminya, pria itu menyodorinya surat cerai karena ingin menikahi cinta pertamanya. Setelah kecelakaan, Regina terbaring di genangan darahnya sendiri dan memanggil Malvin untuk meminta bantuan. Sayangnya, dia pergi dengan cinta pertamanya di pelukannya. Regina lolos dari kematian dengan tipis. Setelah itu, dia memutuskan untuk mengembalikan hidupnya ke jalurnya. Namanya ada di mana-mana bertahun-tahun kemudian. Malvin menjadi sangat tidak nyaman. Untuk beberapa alasan, dia mulai merindukannya. Hatinya sakit ketika dia melihatnya tersenyum dengan pria lain. Dia melabrak pernikahannya dan berlutut saat Regina berada di altar. Dengan mata merah, dia bertanya, "Aku kira kamu mengatakan cintamu untukku tak terpatahkan? Kenapa kamu menikah dengan orang lain? Kembalilah padaku!"