/0/10508/coverbig.jpg?v=7c9895434e5354b939ff2e09fa8ee2c0)
Dikhianati istrinya Alden menjadikan penuh ambisi untuk balas dendam. Semua bermula ketika Aiden berniat memberi kejutan untuk sang kekasih dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang dipersiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya. Synthia, istri yang sangat Alden cintai itu ketahuan selingkuh bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Aiden sebagai rasa cintanya pada Synthia. Dendam membuat Alden gelap mata, ia menjerat seorang gadis belia polos yang merupakan teman dari kekasihnya itu. Tadinya Alden menjerat Saskia hanya untuk balas dendam. Tak disangka, Aiden malah terjerat oleh permainannya sendiri, karena perlahan-lahan kehadiran Saskia mampu mengiris luka yang mengangga di dalam hatinya. "Apakah ini memang takdirku untuk menikah dengannya?" "Apa tidak ada orang lain selain dia?" "apakah harus dia ?" "Tuhan tolong selamatin gue dari pernikahan ini" batin Saskia lirih bertanya-tanya. "Apa liat liat saya!!" Maki Aiden Saskia tidak pernah menyangka jika dia akan menjadi istri seorang pria arogan killer, terdingin, dan tidak mempunyai empati sama sekali Setelah mereka menikah banyak sekali cobaan yang menerpa bahtera rumah tangganya dan mereka mencoba untuk melewati semua cobaan itu Apakah pernikahan mereka akan bertahan ? Apakah salah satu dari mereka akan mengakhiri rumah tangga ini ? Apakah Saskiai akan jatuh cinta kepada Aiden? atau Aiden Diam-diam jatuh cinta pada Saskia?
Senyum Aiden merekah, ketika dia menghirup wangi salah satu hamparan bunga di sekitarnya. Dia tampak menikmati, bagaimana warna-warni beragam bunga, membuat matanya sejuk.
"Anda terlihat begitu bersemangat hari ini, Tuan, bunga apa yang Anda butuhkan?"
Lamunannya buyar, Aiden segera menoleh. Mendapati wanita tua pemilik Garden House ini, dia tersenyum dengan ramah. "Aku membutuhkan bunga yang melambangkan cinta dan juga kemurnian kasih sayangnya," kata Aiden.
"Ada banyak jenis bunga semacam itu, Tuan. Lily putih, anyelir, mawar–"
"Ah, itu dia. Kekasihku suka buka mawar, aku ingin itu saja," tutur Aiden, menyela ucapan sang wanita tua penjaga toko.
"Tentu, tunggu sebentar, aku akan menyiapkannya." Wanita tua itu tersenyum, berpamitan pada Aiden dan masuk lebih dalam ke tokonya.
Sedangkan Aiden, kembali menikmati waktunya untuk menciumi harum bunga di sekelilingnya. Senyumnya tak pernah pudar sedikit pun, apalagi saat membayangkan respon kekasihnya nanti akan kejutan yang dia persiapkan.
Tak berselang lama, wanita tua penjaga toko itu kembali. Membawa buket bunga mawar merah, yang diselingi dengan mawar putih begitu indah. Aiden tersenyum melihatnya.
"Semoga harimu menyenangkan, Tuan," kata wanita tua itu, ketika Aiden membayarnya lebih.
Aiden tak menanggapi, hanya mengangguk disertai senyuman. Lalu masuk ke dalam taksi, yang dia pesan dari bandara tadi. Dalam perjalanan kembali itu, tangan Aiden kembali memastikan barang yang dia bawa.
Sebuah kotak beludru hitam, berisikan sebuah cincin bermatakan berlian. Dalam lingkarannya, bertuliskan nama Synthia, kekasihnya.
Lagi-lagi, Aiden melamun. Namun, segera dibuyarkan saat teleponnya berdering dengan nyaring. Cepat-cepat dia mengambilnya, tanpa melihat siapa yang menelpon, dia mengangkat.
"Halo, Tuan, kenapa tidak bilang jika sudah sampai? Anda di mana sekarang? Saya akan menyiapkan jemputan untuk Anda."
Suara pekikan yang terdengar sedikit cemas itu, membuat Aiden terkekeh. Dia menghela napas panjang, sebelum menjawab, "Santai saja, Firman. Tidak usah kirim orang, aku sudah naik taksi."
"Tapi–"
Tak membiarkan sekretarisnya itu berkomentar lebih, Aiden segera menyela, "Aku akan datang ke kantor besok pagi, malam ini aku ingin memberi kejutan untuk kekasihku. Jangan ganggu waktuku, Firman."
Aiden lagi-lagi terkekeh, mendengar embusan napas Firman yang begitu berat dari seberang telepon. Tak ingin memberikan respon lagi, dia segera mematikan teleponnya.
"Tolong cepat, Pak, aku tak sabar memberikan kekasihku kejutan," kata Aiden, menepuk bahu sang sopir taksi setelah menyimpan teleponnya.
"Aku ingin melamarnya malam ini," imbuhnya bergumam, pada dirinya sendiri.
Perjalanan itu tak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar empat puluh lima menit, akhirnya Aiden sampai. Setelah membayar biaya taksi tersebut, dia segera masuk ke kawasan penthouse tempat tinggal kekasihnya.
Lelaki yang biasa bersikap dingin itu, kini tampak hangat menyapa beberapa orang yang berpapasan dengannya. Salah satu tangannya memegang jas-nya yang telah dia buka, sedangkan satu tangannya memegangi sebuah buket bunga berukuran sedang. Meskipun penampilannya tampak sedikit acak-acakan, raut tampan masih terlihat jelas di wajahnya.
Tak ingin kekasihnya tahu dia datang, dia membawa kartu pass untuk membuka pintu. Lelaki itu berjalan mengendap-ngendap, untuk menyusul sang kekasih yang dia yakini ada di kamar.
"Tuan Aiden."
Namun, langkah Aiden terhenti ketika asisten rumah Synthia menyambutnya. Dia baru saja ingin menjawab, tapi langsung merasa aneh melihat sikap sang pembantu tersebut.
"Ada apa, kenapa kau bergetar?" tanya Aiden menohok.
Sang asisten rumah menggeleng cepat, lalu tergesa menundukkan kepala. "Bukan apa-apa, Tuan, saya hanya begitu terkejut melihat Anda sudah datang."
Kecurigaan Aiden lenyap, dan kini dia tersenyum lebar kembali. "Aku memang datang diam-diam karena ingin memberi kejutan. Synthia ada di rumah, kan?"
"D-dia ... d-dia ada di kamarnya," jawab sang asisten rumah, terbata-bata tampak gugup.
Namun, Aiden tak memperhatikan hal tersebut. Dia yang tak sabar untuk bertemu sang kekasih, mengabaikan sang asisten rumah. Lalu kembali menaiki tangga dengan wajah antusias.
Begitu sampai di lantai atas, langkah Aiden tampak tergesa. Jantungnya berdegup kencang dengan perasaan yang tak menentu. Antara senang, gugup, dan juga begitu bahagia. Dia tak bisa membayangkan, bagaimana nantinya Synthia akan menerima lamarannya.
Tetapi, wajah Aideen tampak mengeras ketika dia mendengar sesuatu dari kamar Synthia. Langkahnya terhenti, dan dia memasang telinganya lebar-lebar.
Dia memang tak salah dengar!
Suara desahan itu terdengar dari kamar Synthia. Hal ini membuat tangan Aideen tanpa sadar mengepal kuat. Lelaki itu berjalan kaku, semakin mendekati kamar sang kekasih, lalu dari pintu yang setengah terbuka, dia melihatnya.
Kekasihnya itu, Synthia, sedang telanjang di bawah kungkungan seorang lelaki. Wanita itu terlihat mendesah nikmat, melingkarkan kaki di pinggul lelaki yang tengah berada di atas.
Napas Aiden tampak memburu melihat hal tersebut, dan hatinya begitu sakit bagai disayat ribuan belati yang membuat dadanya menjadi sesak.
Bagaimana bisa kekasihnya itu berbuat hal demikian di penthouse pemberiannya yang merupakan salah satu bukti rasa cintanya? Bagaimana bisa wanita itu membawa lain, di rumah masa depan mereka? Dan bagaimana bisa wanita itu mengkhianatinya di belakang?
Apa semua ini sudah sering terjadi? Apa semua ini sudah biasa dilakukan Synthia saat keberadaannya tak ada? Apa wanita itu benar-benar mencintainya dengan adanya pengkhianatan seperti ini?
Sial! Aiden hanya bisa mengumpat dalam hati. Dirinya baru saja berbalik, ketika mendengar Synthia tertawa kecil. Mau tak mau, hal ini membuat langkahnya kembali kaku.
"Ah, kamu benar-benar mempesona, Sayang. Aku tak pernah mendapatkan hal memuaskan seperti ini dari Aiden."
Gigi Aiden bergemeletuk, saat Synthia tengah membanding-bandingkan dirinya dengan sang selingkuhan.
"Jika benar seperti itu, kenapa kamu tak memilihku, Synthia? Kenapa kamu masih berpura-pura mencintainya dan dekat dengannya?"
Aiden semakin merapatkan diri di pintu, ketika mendengar suara lelaki berbicara. Dia kembali mengintip, untuk melihat siapa lelaki itu. Namun, nyatanya setelah wajah lelaki itu, Aiden tak mengenalnya.
Mata Aiden menajam saat melihat lelaki itu berbaring, bersebelahan dengan Synthia di ranjangnya masih dalam keadaan tubuh yang polos. Ingin rasanya dia keluar, berlari menerjang lelaki itu dan mencekiknya. Tetapi Aiden menahan semuanya, agar dia bisa mendengar apa yang sebenarnya direncanakan oleh kekasihnya itu.
"Aku memang mencintainya, aku bahkan lebih mencintai Aiden daripada kamu. Tapi lebih dari itu, aku tak pernah mendapatkan kepuasan jika hanya bersama Aiden. Aku membutuhkannya, karena hanya dia yang bisa memberiku kemewahan seperti ini. Jika kamu bisa melampauinya, aku berjanji akan memilihmu."
Rasanya, Aiden tak lagi bisa menahan semuanya. Kejadian yang dia lihat, terutama kejujuran Synthia tentang dirinya, membuat hatinya begitu sakit. Dia sangat mencintai wanita itu, tapi sepertinya tidak lagi sekarang.
Bersikap ingin membalaskan dendam, Aiden setuju untuk tak terlihat. Maka dari itu, dia bergegas pergi dari sana. Lelaki itu cepat-cepat turun ke bawah, berniat pergi dari hunian penthouse ini.
Tapi saat melihat sang asisten rumah di tengah-tengah jalan, dia menghentikan langkah. Aiden menatap wanita itu tajam, penuh permusuhan. Lalu melemparkan kasar, buket bunga yang dipersiapkannnya untuk melamar Synthia tadi.
"Sekarang aku tahu, kenapa kamu begini tu gugup saat melihatku tadi. Ternyata kamu sudah tahu semua sikap Synthia selama ini yang mengkhianatiku?" bentak Aiden.
"Tuan, maafkan saya, Tuan. Saya tak berniat menutupi." Sang asisten rumah tampak ketakutan, bahkan langsung menjatuhkan diri untuk bersujud di kaki Aiden.
Namun, Aiden yang begitu marah tak memperdulikan hal tersebut. Dengan kasarnya dia menendang asisten rumah tersebut, lalu berpaling dengan cepat pergi dari sana.
Sebelum dia keluar, dia menyempatkan diri mengambil kunci mobil Synthia yang terletak di dekat televisi. Mobil pemberiannya dulu, untuk kekasihnya itu. Dia tak sudi lagi, barang-barangnya akan dipakai wanita yang telah mengkhianatinya tersebut.
Aiden mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, begitu liar menyalip sana-sini. Melampiaskan amarah, dia memukul-mukul setir, dan juga memaki beberapa kali. Lelaki itu benar-benar terlihat marah, sampai-sampai tak bisa berpikir logis apa yang akan dilakukannya saat ini.
Avis seemed hypnotized. Staring at the stranger in front of him who was so handsome. The woman enjoyed every touch of the man's fingers, on her face and neck. Until the stranger grinned, and showed his sharp and shiny canines. Avis was wide-eyed. He wanted to run, but his legs were stiff. As if stuck firmly in the ground. "Stop!" Avis hissed. The woman realized, with what figure she was dealing with. Vampires, creatures that suck human blood which he has only seen in movies.
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Dua tahun lalu, Regan mendapati dirinya dipaksa menikahi Ella untuk melindungi wanita yang dia sayangi. Dari sudut pandang Regan, Ella tercela, menggunakan rencana licik untuk memastikan pernikahan mereka. Dia mempertahankan sikap jauh dan dingin terhadap wanita itu, menyimpan kehangatannya untuk yang lain. Namun, Ella tetap berdedikasi sepenuh hati untuk Regan selama lebih dari sepuluh tahun. Saat dia menjadi lelah dan mempertimbangkan untuk melepaskan usahanya, Regan tiba-tiba merasa ketakutan. Hanya ketika nyawa Ella berada di tepi kematian, hamil anak Regan, dia menyadari, cinta dalam hidupnya selalu Ella.
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Untuk memenuhi keinginan terakhir kakeknya, Sabrina mengadakan pernikahan tergesa-gesa dengan pria yang belum pernah dia temui sebelumnya. Namun, bahkan setelah menjadi suami dan istri di atas kertas, mereka masing-masing menjalani kehidupan yang terpisah, dan tidak pernah bertemu. Setahun kemudian, Sabrina kembali ke Kota Sema, berharap akhirnya bertemu dengan suaminya yang misterius. Yang mengejutkannya, pria itu mengiriminya pesan teks, tiba-tiba meminta cerai tanpa pernah bertemu dengannya secara langsung. Sambil menggertakkan giginya, Sabrina menjawab, "Baiklah. Ayo bercerai!" Setelah itu, Sabrina membuat langkah berani dan bergabung dengan Grup Seja, di mana dia menjadi staf humas yang bekerja langsung untuk CEO perusahaan, Mario. CEO tampan dan penuh teka-teki itu sudah terikat dalam pernikahan, dan dikenal tak tergoyahkan setia pada istrinya. Tanpa sepengetahuan Sabrina, suaminya yang misterius sebenarnya adalah bosnya, dalam identitas alternatifnya! Bertekad untuk fokus pada karirnya, Sabrina sengaja menjaga jarak dari sang CEO, meskipun dia tidak bisa tidak memperhatikan upayanya yang disengaja untuk dekat dengannya. Seiring berjalannya waktu, suaminya yang sulit dipahami berubah pikiran. Pria itu tiba-tiba menolak untuk melanjutkan perceraian. Kapan identitas alternatifnya akan terungkap? Di tengah perpaduan antara penipuan dan cinta yang mendalam, takdir apa yang menanti mereka?
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."