Dikhianati istrinya Alden menjadikan penuh ambisi untuk balas dendam. Semua bermula ketika Aiden berniat memberi kejutan untuk sang kekasih dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang dipersiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya. Synthia, istri yang sangat Alden cintai itu ketahuan selingkuh bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Aiden sebagai rasa cintanya pada Synthia. Dendam membuat Alden gelap mata, ia menjerat seorang gadis belia polos yang merupakan teman dari kekasihnya itu. Tadinya Alden menjerat Saskia hanya untuk balas dendam. Tak disangka, Aiden malah terjerat oleh permainannya sendiri, karena perlahan-lahan kehadiran Saskia mampu mengiris luka yang mengangga di dalam hatinya. "Apakah ini memang takdirku untuk menikah dengannya?" "Apa tidak ada orang lain selain dia?" "apakah harus dia ?" "Tuhan tolong selamatin gue dari pernikahan ini" batin Saskia lirih bertanya-tanya. "Apa liat liat saya!!" Maki Aiden Saskia tidak pernah menyangka jika dia akan menjadi istri seorang pria arogan killer, terdingin, dan tidak mempunyai empati sama sekali Setelah mereka menikah banyak sekali cobaan yang menerpa bahtera rumah tangganya dan mereka mencoba untuk melewati semua cobaan itu Apakah pernikahan mereka akan bertahan ? Apakah salah satu dari mereka akan mengakhiri rumah tangga ini ? Apakah Saskiai akan jatuh cinta kepada Aiden? atau Aiden Diam-diam jatuh cinta pada Saskia?
Senyum Aiden merekah, ketika dia menghirup wangi salah satu hamparan bunga di sekitarnya. Dia tampak menikmati, bagaimana warna-warni beragam bunga, membuat matanya sejuk.
"Anda terlihat begitu bersemangat hari ini, Tuan, bunga apa yang Anda butuhkan?"
Lamunannya buyar, Aiden segera menoleh. Mendapati wanita tua pemilik Garden House ini, dia tersenyum dengan ramah. "Aku membutuhkan bunga yang melambangkan cinta dan juga kemurnian kasih sayangnya," kata Aiden.
"Ada banyak jenis bunga semacam itu, Tuan. Lily putih, anyelir, mawar–"
"Ah, itu dia. Kekasihku suka buka mawar, aku ingin itu saja," tutur Aiden, menyela ucapan sang wanita tua penjaga toko.
"Tentu, tunggu sebentar, aku akan menyiapkannya." Wanita tua itu tersenyum, berpamitan pada Aiden dan masuk lebih dalam ke tokonya.
Sedangkan Aiden, kembali menikmati waktunya untuk menciumi harum bunga di sekelilingnya. Senyumnya tak pernah pudar sedikit pun, apalagi saat membayangkan respon kekasihnya nanti akan kejutan yang dia persiapkan.
Tak berselang lama, wanita tua penjaga toko itu kembali. Membawa buket bunga mawar merah, yang diselingi dengan mawar putih begitu indah. Aiden tersenyum melihatnya.
"Semoga harimu menyenangkan, Tuan," kata wanita tua itu, ketika Aiden membayarnya lebih.
Aiden tak menanggapi, hanya mengangguk disertai senyuman. Lalu masuk ke dalam taksi, yang dia pesan dari bandara tadi. Dalam perjalanan kembali itu, tangan Aiden kembali memastikan barang yang dia bawa.
Sebuah kotak beludru hitam, berisikan sebuah cincin bermatakan berlian. Dalam lingkarannya, bertuliskan nama Synthia, kekasihnya.
Lagi-lagi, Aiden melamun. Namun, segera dibuyarkan saat teleponnya berdering dengan nyaring. Cepat-cepat dia mengambilnya, tanpa melihat siapa yang menelpon, dia mengangkat.
"Halo, Tuan, kenapa tidak bilang jika sudah sampai? Anda di mana sekarang? Saya akan menyiapkan jemputan untuk Anda."
Suara pekikan yang terdengar sedikit cemas itu, membuat Aiden terkekeh. Dia menghela napas panjang, sebelum menjawab, "Santai saja, Firman. Tidak usah kirim orang, aku sudah naik taksi."
"Tapi–"
Tak membiarkan sekretarisnya itu berkomentar lebih, Aiden segera menyela, "Aku akan datang ke kantor besok pagi, malam ini aku ingin memberi kejutan untuk kekasihku. Jangan ganggu waktuku, Firman."
Aiden lagi-lagi terkekeh, mendengar embusan napas Firman yang begitu berat dari seberang telepon. Tak ingin memberikan respon lagi, dia segera mematikan teleponnya.
"Tolong cepat, Pak, aku tak sabar memberikan kekasihku kejutan," kata Aiden, menepuk bahu sang sopir taksi setelah menyimpan teleponnya.
"Aku ingin melamarnya malam ini," imbuhnya bergumam, pada dirinya sendiri.
Perjalanan itu tak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar empat puluh lima menit, akhirnya Aiden sampai. Setelah membayar biaya taksi tersebut, dia segera masuk ke kawasan penthouse tempat tinggal kekasihnya.
Lelaki yang biasa bersikap dingin itu, kini tampak hangat menyapa beberapa orang yang berpapasan dengannya. Salah satu tangannya memegang jas-nya yang telah dia buka, sedangkan satu tangannya memegangi sebuah buket bunga berukuran sedang. Meskipun penampilannya tampak sedikit acak-acakan, raut tampan masih terlihat jelas di wajahnya.
Tak ingin kekasihnya tahu dia datang, dia membawa kartu pass untuk membuka pintu. Lelaki itu berjalan mengendap-ngendap, untuk menyusul sang kekasih yang dia yakini ada di kamar.
"Tuan Aiden."
Namun, langkah Aiden terhenti ketika asisten rumah Synthia menyambutnya. Dia baru saja ingin menjawab, tapi langsung merasa aneh melihat sikap sang pembantu tersebut.
"Ada apa, kenapa kau bergetar?" tanya Aiden menohok.
Sang asisten rumah menggeleng cepat, lalu tergesa menundukkan kepala. "Bukan apa-apa, Tuan, saya hanya begitu terkejut melihat Anda sudah datang."
Kecurigaan Aiden lenyap, dan kini dia tersenyum lebar kembali. "Aku memang datang diam-diam karena ingin memberi kejutan. Synthia ada di rumah, kan?"
"D-dia ... d-dia ada di kamarnya," jawab sang asisten rumah, terbata-bata tampak gugup.
Namun, Aiden tak memperhatikan hal tersebut. Dia yang tak sabar untuk bertemu sang kekasih, mengabaikan sang asisten rumah. Lalu kembali menaiki tangga dengan wajah antusias.
Begitu sampai di lantai atas, langkah Aiden tampak tergesa. Jantungnya berdegup kencang dengan perasaan yang tak menentu. Antara senang, gugup, dan juga begitu bahagia. Dia tak bisa membayangkan, bagaimana nantinya Synthia akan menerima lamarannya.
Tetapi, wajah Aideen tampak mengeras ketika dia mendengar sesuatu dari kamar Synthia. Langkahnya terhenti, dan dia memasang telinganya lebar-lebar.
Dia memang tak salah dengar!
Suara desahan itu terdengar dari kamar Synthia. Hal ini membuat tangan Aideen tanpa sadar mengepal kuat. Lelaki itu berjalan kaku, semakin mendekati kamar sang kekasih, lalu dari pintu yang setengah terbuka, dia melihatnya.
Kekasihnya itu, Synthia, sedang telanjang di bawah kungkungan seorang lelaki. Wanita itu terlihat mendesah nikmat, melingkarkan kaki di pinggul lelaki yang tengah berada di atas.
Napas Aiden tampak memburu melihat hal tersebut, dan hatinya begitu sakit bagai disayat ribuan belati yang membuat dadanya menjadi sesak.
Bagaimana bisa kekasihnya itu berbuat hal demikian di penthouse pemberiannya yang merupakan salah satu bukti rasa cintanya? Bagaimana bisa wanita itu membawa lain, di rumah masa depan mereka? Dan bagaimana bisa wanita itu mengkhianatinya di belakang?
Apa semua ini sudah sering terjadi? Apa semua ini sudah biasa dilakukan Synthia saat keberadaannya tak ada? Apa wanita itu benar-benar mencintainya dengan adanya pengkhianatan seperti ini?
Sial! Aiden hanya bisa mengumpat dalam hati. Dirinya baru saja berbalik, ketika mendengar Synthia tertawa kecil. Mau tak mau, hal ini membuat langkahnya kembali kaku.
"Ah, kamu benar-benar mempesona, Sayang. Aku tak pernah mendapatkan hal memuaskan seperti ini dari Aiden."
Gigi Aiden bergemeletuk, saat Synthia tengah membanding-bandingkan dirinya dengan sang selingkuhan.
"Jika benar seperti itu, kenapa kamu tak memilihku, Synthia? Kenapa kamu masih berpura-pura mencintainya dan dekat dengannya?"
Aiden semakin merapatkan diri di pintu, ketika mendengar suara lelaki berbicara. Dia kembali mengintip, untuk melihat siapa lelaki itu. Namun, nyatanya setelah wajah lelaki itu, Aiden tak mengenalnya.
Mata Aiden menajam saat melihat lelaki itu berbaring, bersebelahan dengan Synthia di ranjangnya masih dalam keadaan tubuh yang polos. Ingin rasanya dia keluar, berlari menerjang lelaki itu dan mencekiknya. Tetapi Aiden menahan semuanya, agar dia bisa mendengar apa yang sebenarnya direncanakan oleh kekasihnya itu.
"Aku memang mencintainya, aku bahkan lebih mencintai Aiden daripada kamu. Tapi lebih dari itu, aku tak pernah mendapatkan kepuasan jika hanya bersama Aiden. Aku membutuhkannya, karena hanya dia yang bisa memberiku kemewahan seperti ini. Jika kamu bisa melampauinya, aku berjanji akan memilihmu."
Rasanya, Aiden tak lagi bisa menahan semuanya. Kejadian yang dia lihat, terutama kejujuran Synthia tentang dirinya, membuat hatinya begitu sakit. Dia sangat mencintai wanita itu, tapi sepertinya tidak lagi sekarang.
Bersikap ingin membalaskan dendam, Aiden setuju untuk tak terlihat. Maka dari itu, dia bergegas pergi dari sana. Lelaki itu cepat-cepat turun ke bawah, berniat pergi dari hunian penthouse ini.
Tapi saat melihat sang asisten rumah di tengah-tengah jalan, dia menghentikan langkah. Aiden menatap wanita itu tajam, penuh permusuhan. Lalu melemparkan kasar, buket bunga yang dipersiapkannnya untuk melamar Synthia tadi.
"Sekarang aku tahu, kenapa kamu begini tu gugup saat melihatku tadi. Ternyata kamu sudah tahu semua sikap Synthia selama ini yang mengkhianatiku?" bentak Aiden.
"Tuan, maafkan saya, Tuan. Saya tak berniat menutupi." Sang asisten rumah tampak ketakutan, bahkan langsung menjatuhkan diri untuk bersujud di kaki Aiden.
Namun, Aiden yang begitu marah tak memperdulikan hal tersebut. Dengan kasarnya dia menendang asisten rumah tersebut, lalu berpaling dengan cepat pergi dari sana.
Sebelum dia keluar, dia menyempatkan diri mengambil kunci mobil Synthia yang terletak di dekat televisi. Mobil pemberiannya dulu, untuk kekasihnya itu. Dia tak sudi lagi, barang-barangnya akan dipakai wanita yang telah mengkhianatinya tersebut.
Aiden mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, begitu liar menyalip sana-sini. Melampiaskan amarah, dia memukul-mukul setir, dan juga memaki beberapa kali. Lelaki itu benar-benar terlihat marah, sampai-sampai tak bisa berpikir logis apa yang akan dilakukannya saat ini.
Avis seemed hypnotized. Staring at the stranger in front of him who was so handsome. The woman enjoyed every touch of the man's fingers, on her face and neck. Until the stranger grinned, and showed his sharp and shiny canines. Avis was wide-eyed. He wanted to run, but his legs were stiff. As if stuck firmly in the ground. "Stop!" Avis hissed. The woman realized, with what figure she was dealing with. Vampires, creatures that suck human blood which he has only seen in movies.
Bad boy adalah istilah yang dipakai untuk menjuluki Elang. Mahasiswa tampan yang tingkahnya masuk dalam kategori 'nakal'. Dalam acara malam keakraban dengan mahasiswa baru yang digelar di alam terbuka, Elang hadir sebagai panitia dengan misi pribadi. Yaitu mendekati mahasiswi yang memiliki paha mulus seperti Syahreni. Mahasiswi yang jadi sasaran kadal kampus karena daya tariknya yang konon seperti Afrodit. Namun, Elang yang setengah mabuk bukannya mengencani sang pujaan hati, tapi justru terdampar di tenda dengan dosen pembimbing saat malam sebelum acara rafting dimulai. "Ini salah paham, Bu Nindya!" ujar Elang tercekat. Wajahnya pucat dan penuh sesal sesaat setelah mengendurkan gairahnya. Sang dosen melotot, menaikkan kedua alis lalu menyahut galak, "Ini bukan salah paham namanya! Ini murni salah paha, Elang!"
Chelsea Kurniawan awalnya berasal dari keluarga kaya, tetapi ibunya meninggal ketika dia masih sangat kecil. Sejak saat itu, dia dibuat untuk menjalani kehidupan yang sulit. Ayah dan ibu tirinya bahkan memaksanya menikah dengan Tristan Sudrajat yang seharusnya menikahi saudara tirinya, Cheline. Tidak mau menerima nasibnya, Chelsea melarikan diri pada hari pernikahan dan bahkan melakukan cinta satu malam. Chelsea mencoba pergi diam-diam malam itu, tetapi ayahnya menemukannnya lagi. Setelah gagal melarikan diri dari nasibnya, Chelsea kembali dipaksa untuk menjadi pengantin pengganti. Tak disangka, dia diperlakukan dengan baik oleh suaminya selama pernikahan, Chelsea juga lambat laun mengetahui bahwa suaminya memiliki banyak rahasia sendiri. Apakah Chelsea akan mengetahui bahwa pria yang pernah berhubungan satu malam dengannya sebenarnya adalah suaminya? Apakah Tristan akan tahu bahwa Chelsea hanyalah pengantin pengganti untuk saudara tirinya? Kapan Chelsea akan mengetahui bahwa suaminya yang sederhana itu sebenarnya adalah seorang hartawan misterius? Temukan semua itu dalam buku ini.
Seri Terjebak - Episode I: Terjebak dengan sang CEO. Dibius pada suatu malam oleh mantan pacarnya, seorang pria misterius memanfaatkan tubuhnya dalam malam yang menyenangkan. Untuk membalas dendam, dia menikahi pria itu, dan memanfaatkannya. "Selama aku masih hidup, aku adalah istri sahnya, sedangkan kalian semua cuma wanita simpanan." Dia tetap bersikeras bahkan ketika pria itu terlibat dalam skandal dengan wanita lain. Akhirnya dia pergi setelah mengetahui bahwa pria itu telah mengkhianatinya lagi. Tetapi nasib membawanya kembali kepada pria itu beberapa tahun kemudian, yang membuatnya menjadi heran. Pria itu sudah mendapatkan apa yang diinginkan darinya, tetapi dia tidak mengerti mengapa pria itu masih ingin menyiksa dan menghantuinya.
Sinta butuh tiga tahun penuh untuk menyadari bahwa suaminya, Trisna, tidak punya hati. Dia adalah pria terdingin dan paling acuh tak acuh yang pernah dia temui. Pria itu tidak pernah tersenyum padanya, apalagi memperlakukannya seperti istrinya. Lebih buruk lagi, kembalinya wanita yang menjadi cinta pertamanya tidak membawa apa-apa bagi Sinta selain surat cerai. Hati Sinta hancur. Berharap bahwa masih ada kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki pernikahan mereka, dia bertanya, "Pertanyaan cepat, Trisna. Apakah kamu masih akan menceraikanku jika aku memberitahumu bahwa aku hamil?" "Tentu saja!" jawabnya. Menyadari bahwa dia tidak bermaksud jahat padanya, Sinta memutuskan untuk melepaskannya. Dia menandatangani perjanjian perceraian sambil berbaring di tempat tidur sakitnya dengan hati yang hancur. Anehnya, itu bukan akhir bagi pasangan itu. Seolah-olah ada penghalang jatuh dari mata Trisna setelah dia menandatangani perjanjian perceraian. Pria yang dulu begitu tidak berperasaan itu merendahkan diri di samping tempat tidurnya dan memohon, "Sinta, aku membuat kesalahan besar. Tolong jangan ceraikan aku. Aku berjanji untuk berubah." Sinta tersenyum lemah, tidak tahu harus berbuat apa ....
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?