ar kekuasaan mereka maka akan semakin kuat golongan mereka terbentuk. Idialisme keserakahan itu melahirkan sebuah asumsi bahwasanya bagaimanapun caranya kekuasaan mereka harus diper
but. mereka golongan orang-orang suci yang tak suka dengan pertumpahan darah sekalipun Kubu Hitam itu lebih sering menindas mereka, pada kenyataan nya mereka tidak pernah melawan. Mereka tetap menghargai, menghormati bahkan menjujung tinggi idealisme-idialisme yang lahir dari Kubu hitam tersebut.
taka itu datang entah sumber darimana dengan maksud tujuan apa "si pengadu domba" mengatakan pada pihak kubu hitam bahwa pihak kubu putih juga terinspirasi dari mereka (para pihak kubu hitam) untuk memperluas
ru mereka tengah mengumpulkan kekuatan, mereka memperluas daerah kekuasaan secara dia
irnya tanpa pikir panjang mereka berdalih untuk melakukan pembantaian masal malam nanti ditempat ini. Siang nya mereka m
tam yang mudah tersulut amarah. hatinya begitu riang karena sebentar lagi dua umat manusia ini akan saling bunuh membunuh menumpahkan darahnya pada bumi yang sudah lama haus tak minum darah, mer
segera dipertont
*
inta tolong, semua benar-benar dalam keadaan panik dan kebanyak
ejar oleh gerombolan orang yang memakai mantel hitam. Mereka gerombolan manusia yang tidak
ingga begitu mudah mengepung Desa kecil ini. Mereka membawa senjata tajam. Pedang, kapak, mandau, celurit juga obor tangan. Setengah jam saja Desa yang malam itu ten
k berlutut diatas Tanah sebelum pada akhirnya dengan keji Gerombolan mantel hitam itu memenggal kepala warga Desa y
asa mereka (para gerombolan mantel hitam) lebih senang mengikatkan tubuhnya pada seekor kuda seb
npa tangan dan kaki tubuh-tubuh itu tergelatak tak bernyawa diatas tanah yang warnanya sudah tak co
yang menganga itu seperti berteriak lirih pada angin untuk menitipkan pesan dendam yang begitu dalam. Jasad-jasad tak bernyawa itu seperti mengadu sumbang pada rembulan yang baru saja muncul kepermukaan secara utuh.
empat ini semua benar-benar seperti menjadi kuburan masal dadakan yang liang lahatnya belum dibuat. Suara binatang malam mu
elah itu nafsu liar selaku binatang pun mulai berperan pada kawanan anjing-anjing liar itu. Mereka mendekati setiap potongan tub
*
okan H
nggam harta ataupun pangan mereka yang masih bisa di selamatkan untuk mereka bawa pergi. Namun, Langkah gontai mereka yang penuh harap dalam cemas seperti menuntun tubuh mereka sendi
ngah baya baru saja pecah, tubuh rengkuhnya memeluk sebuah ja
buah tubuh yang masih bersimbah bekas darah pada sebuah kaos polos berwarna kuning tua dan
rang bapak berkepala plontos contohnya yang malam itu berlari begitu saja saking panikn
ir mata serta penyesalan nya itu bisa mendatangkan keajaiban. Namun, Satu hal yang mustahil yang sudah mati te
n pagi ini bersatu dibawah kabut pu
nenek tua itu berjalan sangat pelan dengan tubuh yang membungkuk dilengan sebela
t sedih takala hawar-hawar diantara kedua gendang telinganya jeritan penyesa
akar. lalu, kemudian ia menyeret pintu gubuk itu dengan kedua lengan nya yang geme
tahunan terduduk memegangi kedua lututnya dengan k
dibantai habis-habisan dengan keji. Bagaimana kapak, pedang, celurit, mandau serta obor tangan itu membumi hanguskan saudara dan kampungnya ini. Ia melihat langsung kebiadaban tersebut sebuah tragedi berdarah di malam yang tenang yang seolah-olah meekapan nya. Pada sebuah gubuk tua yang separuhnya sudah terbakar kembali terdengar suara isak tangis meski ti
a suara terdengar selain tangisan yang berisak sedangkan dalam dekapan ny
t kepanikan masih saja tergambar