aran yang selalu aku nantikan itu kini terwujud juga, entah harus dengan aapa aku mengatakan kepa
a meraih tanganku, lalu berge
ya aku memang lemah di hadapanmu Damian. " Mungkin ini akan menjadi har
rasa bahagia akhirnya pertemuanku dengannya kembali setidaknya dapat memberi kesan manis meski hanya sedikit, mengingat yang terakhir dia katakan padaku, seketika aku tersenyum kecil, sesenang itu aku s
Batinku tersiksa dengan segala pengakuannya, segala mimpi dan tujuanku di paksa untuk berhenti detik ini juga. Dia menghancurkan segala mimpi indah
sa yang menjadi favoritku sekarang selain capuchino. Selain karna rasanya yang sangat pahit, bagiku meneguk kopi hitam
di dasari hal yang pasti, seperti yang aku rasakan
kau punya tak selalu berakhir
ehnya membuat dada semakin sesak sa
n untuk mengakhiri semua harapan itu tiba-tiba dia muncul dan meminta kesempatan kedua,
ut hitam legam yang dibiarkan tergerai menambah kesan keanggunan seorang remaja yang baru menginjak usia 20 tahun tepat pada dua hari yang lalu, tak lupa dengan riasan sederhana yan
rasa risih namun aku hanya bisa mencoba diam dan menerimanya lagi. Tak ada raut bahagia yang nampak di wajahku, mungkin jika a
u merasa tenang untuk beberapa detik sebelum sebuah ketukan pintu terdengar
ta segera ke bawah untuk menemani tuan dan nyo
at dimana semuanya akan berubah dalam sekejap mata. Entah aku harus ba
h pudar di makan usia, yang telah lama ini menjadi pahlawanku, seseorang yang selalu aku bangga
t ku tebak usianya sepantaran dengan bundaku, terlihat gagah
tap lekat namun sorot tatapannya tajam dan dingin, merasa seolah di hunus tombak besi, a
ra berdua setelah
a terdengar mengancam meski ekpresinya tak
menghindarinya lagi, semua tidak akan berjalan dengan baik-baik saja setelah ini, ku pastikan ada milyaran kejutan yang
dulilla
at hani
kalian bi
hingga memekikkan telingaku, kemudian aku menatap kearah kedua m
s bunda ke pelukan lelaki lain, selain aalmarhum ayah tiga tahun yang lalu. Meski begitu, aku tidak mungkin egois, bagiku bunda adalah satu-satunya yang aku miliki saat ini, sudah lama ia mengurusku seorang diri, menjadi
Ujarku seraya tersenyum yang di buat dengan semanis mungkin, nyaris tak terlihat bahwa aku sedang memasan
ne " Bunda langsung memelukku, butiran air mata keluar dari kelopak ma
lepas pelukan, aku menatap kearah om irfan yang kini te
" Titahnya yang tak bisa ku tolak, dengan anggukan aku mem
m yang di campur strawberry membuat aku tersenyum puas, Ah sangat enak. Sebelum aku melanjutkan untuk mengambil kembali beberapa potong cake itu, tiba-tiba sebuah tangan kekar nan besar memegang tanganku keras, aku mendongak menc
dirannya, aku muak sungguh muak. Sebelum aku m
aku, se