ecil menggantung di sudut bangunan. Baru saja cahaya kekuningan muncul dari papan b
atang satu jam lalu. Tidak mengira jika pintu rumah makan terbuka kembali saat ini dan memunculkan
ke sana. Aku akan menunggumu di sini." Serina
asan. Terlebih dia tidak suka dengan rencana Serina yang tergolong buruk. Belum pernah s
? Tidakkah Kau ingin berkenca
rina. Kalau bukan karena Shohei, pria yang sangat diidolakannya i
mah makan. Dia ragu-ragu untuk melangkah, tetapi Serina yang jaraknya jauh itu terus
i. Rumah makan kosong melompong tanpa satu orang pun yang menempati meja makan. S
tuk berlama-lama menghirupnya. Tidak berbeda dengan Hillary yang melupakan tujuan dan tanpa sadar menikmati bag
kan d
sedikit linglung. Dia baru sadar kalau kedatangannya buk
duduk, sebuah pergerakan membuat dia menolehkan kepala. Pria yang diyakini se
warna merah menyala. Bagaimanapun melihat sekeliling ruangan, sudah jelas kalau
aku belu
tu menu di ru
menu makanan. Namun, dia harus tahu satu hal kalau urusannya bukan untuk membahas soal menu makanan. Ked
memakannya, maka menu i
erkata, "Baiklah. Aku akan memakannya." Dia tidak bisa mundur lagi karena sudah
Hillary hanya melirik saja dari jauh sembari bertingkah seolah sedang menikmati sajian makanan. U
ntuk membayar. Sekarang dia sedikit tertawa, ingin memperlihatkan kalau
a pura-pur
makan sekecil ini memiliki
na, kalau pemilik rumah makan adalah orang yang sangat tidak bersahabat. Entah apa yang disukai
ak akan m
han. Enak saja berkata seperti itu padanya. Jangankan membayar, m
t biasa saja. Hillary mengeluarkan sejum
dari total harga makanan. Sementara Hillary masih gelisah mencari bag
geluarkan ponsel. "Apa aku bisa meminta nomor ponselmu? Aku seorang manajer di sebuah perusahaan. Lain kali akan membawa teman-tem
kan tanpa menunjukkan minat. "Kami t
i rumah makan yang begitu mencekik jika ditinjau dari luas ruangannya. Namun, rencana tidak berjal
k menunggu. Kalau nomor ponselmu ada, mereka akan memesan terlebih dahulu dan mengirimkan seseorang unt
ambilnya sama sekali. Setelah berpikir panjang, baru dia mem
ingat kalau kami tidak menyediakan layanan pesan antar. Jika
isnismu berjalan lancar," ucapnya, kemudian membalikkan badan.
gu sejak tadi. Dia tidak terlalu menunjukkan bagaimana ekspres
berteriak senang. Bukan karena mendapatkan nomor pons
ba-tiba dipeluk sampai kesulitan bernapas, dia hanya
n kertas berisikan nomor itu pada sahabatnya. "Kau
ya. "Bukankah ini terlalu mudah?! Bagaimana kau bisa mendapatkan nomor
Dia terlalu takut untuk berhadapan dengan pria yang menuru
ndapatkannya. Bahkan, keluar dari rumah makan ta
i makanan buatannya dan mengatakan ingin merekomendasikannya pada teman-teman. Setelah it
itu. Lantas, dia terpikirkan tentang kondisi Hillary. "Tapi ... apa Kau baik-baik sa
r karena dia tahu kalau Hillary memiliki penyaki
erti ini. Dan sekarang aku sangat lapar karenanya. Ayo, kita mencari tempat yang layak untuk makan!" ucap