oma maskulin di pagi hari menjadi sesuatu yang asing bagi Pandora. Perlahan netra hija
a
katnya. Semalam selepas aksi negosiasi dia memaksakan diri untuk terlelap-berh
a
urkan ketegangan. Tanpa sadar sentuhan jemarinya di a
mendon
netranya kembali
hal yang sama napasnya
h it
Mr. Lee, bagaimana mungkin
ukan?" ucap Pando
arusnya pria itu masih tertidur. Namun, wajah yang
bergumul dalam dua iris mata pun nyaris tak bisa membuat Pandora mengalihkan perhatian
a meli
i hari. Dia tidak tahu harus menjawab apa, susah payah men
a meli
ntung Pandora heboh di dalam sana. Dia memaksaka
t bibir lawan bica
e
membawa Pandora duduk d
merasaka
di antara celah tubuhnya. "Tidak. Aku tidak merasakan apa pun." Dia menunduk
ai membual. Apa begit
nya. Pandora tidak suka bagaimana pria itu melontarkan tuduhan tidak mendasar. Namun, t
u kemari untuk melihat seberapa h
ela sudah menjelaskan dengan kata – kata manis kepada Chris mengenai pekerjaan yang Pandora
ohon j
jika jantungnya kembali mengalami kegag
mu, karena kita tidak saling kenal." Dia menggeleng kecil, berulang kali menyak
men teater. Memiliki percapaian akademik yang gemilang. Merupakan putri tun
an, dan bagian lainnya-pada kalimat terakhir terdengar mengandung gairah tertahan. Haruskah Pandora menyebut
ya. Baru kemarin pagi dia mengundurkan diri dari status kemahasiswaan di Universita
adalah pria yang dikenal dosen di fakultas departemen teater. Barangkali Pandora harus pandai – pandai memperhit
osisinya sudah dipindahka
arus b
imbangi kekuatan yang dimiliki pria hadapannya. Dia terlalu muda harus memenuhi hasrat seo
mau m
njang mengejar langkah lebar yang terhenti di depan pintu kamar mandi. Pria
u pergi dari penthouse sebelum dia menyelesaikan ritual mandi, bayangan – bayangan menakutkan, berupa suara
t kebe
ggan menyebutkan nama
aktuku. Kenapa tidak
alah mengatakan suara – suara menakutkan ada di tempat asing, karena yang jauh lebih berbahaya sudah ber
berguna. Pria itu tersenyum sinis lalu menghid
gan dingin di sekujur tubuh. Dia mendesis tidak tahu apa yang membuat pria itu mengg
tung sambil menutup permukaan dada yang nyaris terekspos. Dia lambat mema
ndora dalam kebungkaman. Itu adalah sebuah kejadian pertama baginya, yang sama sekali tidak mahir membalas apa yang sedang terjadi. Tautan demi tautan terus berula
sing itu mantap mencengkeram pinggul Pandora. Lumatannya semakin liar, panas, hingga sesuatu yang menyengat mulai tak terelak. Sentuhan ta
ar. Air yang memercik sedikit memburamkan pandangan. Tetapi pria di hadapannya hanya menunjukkan raut tidak be
mu sebuah ilmu. Harusn
an wajah Pandora. Ilmu semacam
bih liar dan panas. Ap
cepat demi memungut kain yang tergeletak asal. Pandora dengan sengaja menerobos tubuh pria besar di hadapann