itu menatap Jonathan dengan darah berlumuran di wa
Pria itu memang sedang duduk santai di pinggir karena tidak ingi
menginginkan Vanda? Hingga merasa sang
menyukai itu berbeda, Adikku Iyan. Aku memang ingin menikah dengan Devanda, tapi aku tidak mencintainya. Di antara
*
tomatis tubuhnya ikut berdiri dan menghadap
ku
ka perempuan itu menggunakan kalimat nonformal padanya. Meski bisa diper
kalau kamu menyukaiku, tidak mungkin kamu be
an dada. "Memangnya aneh
a kamu me
u aku tidak menyukai Kakak, aku tidak akan bilan
ang lebih hebat dariku dan memilihku hanya karena wajahku yang tampan. Apa kamu tidak
i wajah. Jadi, aku melihatmu lebih unggul daripada
an merinding. Pasalnya tidak pernah sekali pun perempuan itu m
wajah sepertimu? Aku tahu perempuan mana
tidak mengenakkan sejak tadi. Perempua
bersikap sok begini. Apakah kamu tida
a kurangku sampai harus berusah
uan ini ben
ar aku juga menyukaimu,
ukaiku." Devanda menatap lurus Andriy
utkan pertemuan mereka. Ia meminta agar Andriyan segera
tapi dia tidak benar-benar pulang. Dia meras
ka. Kalau memang mereka sudah sepakat un
ikah hanya Devanda lah satu-satunya perempuan di hidup Andriyan
ua jam. Akhirnya, dia bangkit dan berjalan kembali ke ka
diri. Suara air dari kamar mandi menjawab pertanyaan Andriyan tentang keberadaan Devanda. Mungkin
na dan hanya menyisakan handuk untuk melilit tubuhnya. Mata Andriyan otomatis terbelalak
secan
sadar bahwa Andriyan sedang mengamatinya. Perempuan itu sangat menawan dan seksi. Tubuhnya indah, meski Andriyan tidak pern
ap Andriyan dengan datar. Dia tidak merasa marah atau malu dirinya
h padanya. Setidaknya setelah pertemuan tadi,
sih seperti itu. Entah apa yang dipikirkannya karena wajah An
nda akan menjadi satu-satunya kegem
Andriyan
u tiba-tiba tidak tertarik padaku dan tid
n mulutnya yang banyak tanya itu. "Aku cuma ingin Kakak hidup dengan nyaman sesuai yang Kakak mau walau se
mua itu kan bagian da
n kita atau pun denganmu, Kak. Tidak ada alasan untuk merusak hubungan kita
gunakan Devanda untuk suatu hal. Tapi sampai sekarang dia tidak bisa memaham
a tubuh dan belahan dada Devanda yang sangat menggoda. "Aku tidak ada masalah dengan otakku. Aku juga tahu rasanya cemb
endengar ancaman De
aku tidak mau. Aku tidak mau menyia-nyiakan tenagaku." Setelah berkata beg
an apa-apa terhadap wanita-
erti biasa. "Oh, begitu? Aku tid
k membuatku bergairah." Andriyan bingung mengapa ia harus menjelaskan hal ini pada D
h ... han
maksu
Andriyan sambil menutupi sesuatu di bawahnya agar Devanda tid