merasakan tubuhnya terdorong keras ke depan. Mob
Alexa hilang mendadak. Ia kaget. Begitu juga dengan Pak Hami
melintas. Makanya Mamang jadi mengerem mendadak." Mang
menyeberang jalan itu dengan perasaan tertarik. Pengembalanya menggunakan sebatang kayu untuk menghalau sapi-sapi yang keluar barisan. Menggemaska
ang berkeliaran. Mamang juga tidak pernah mengendarai sampai ke kampung begini kan?" Pak Hamid me
ni perhatian Pak Hamid tercurah pada Alexa. Majikan kecilnya itu
rlahan memasuki satu halaman rumah yang cukup luas. Rumah ini terlihat lebih luas dibanding dengan rumah-rumah yang telah mereka lewati tadi. Pekarangan rumah ini juga dipenuhi dengan pohon-pohon ya
an aneh, yaitu Milah. Pak Hamid benar-benar menjalankan perannya dengan serius. Selama di mobil Pak Hamid tetap memanggilnya dengan sebutan Non Lexa. Tap
yang disingkat menjadi akung. Ia merasa lidahnya nyaris keseleo, karena tidak familiar me
dengan tergesa. Si pemuda yang ia taksir seumuran dengan Xander kakaknya, men
mid dan Mbok Sari, si pe
si pemuda dengan berani. Ia paling tidak suka dipandangi te
a diam. Ia baru teringat posisinya di sini. Tetapi tatap
Mbak? Saya hanya sedikit ka
tu apa, sampe lo kaget segala!" ser
, kali ini membuat Alexa menutup mulutnya rapat-rapat.
b teguran Pak Hamid. Tetapi ia menundukkan kepala. Tanda bahwa ia menuruti p
sih jauh di bawahmu. Panggil saja dia Milah. Bukan Mbak." Pak Hamid menjel
d tiba-tiba berbalik ke arahnya. Tatapan Pak Hamid se
dipanggil Bagus ini. Apalagi si pemuda seperti menertawainya. Ada gari
unggu ya, Bagus yang tidak bagus kela
afkan, Milah dari lubuk sanu
. Ini orang
a ini. Usia Bagus ini juga lebih tua darimu. Jadi panggil dengan sebutan Mas. Ikuti tutur dan a
m, Ak
lah pasti sudah capek duduk terus di mobil. Biar dia rebahan du
adalah orang yang paling mengerti diri
teringat pada koper dan tas ranselnya. Koper itu sebenarnya bukan menjadi prioritasnya tadinya. Karena koper itu adalah pemberian papanya, yang isinya adalah pakaian-pakaian ajaib yang sudah pasti tidak akan digunakannya. Namun menit
sang lengan kuat bermaksud mengangkatnya juga. Bagus rupanya. Alexa
apain?" se
at kamu?" goda Bagus. Ia Mencoba berkelaka
sendiri. Sanaan lo!" Alexa me
? Jadi perempuan kok ndak ada alus-alusnya sedikit pu
r nggak ada hubunganya dengan jenis kelamin. Lo belum jumpa aja sama Bang Andy dan A
berat itu dengan satu gerakan tangkas. Dalam sekejap koper telah berpindah ke tanah. Alexa juga mengeluarkan tas ransel be
engangkat, selain tenaga sebenarnya yang dibutuhkan itu adalah teknik mengangkat. Dan ia telah mempelajari semua tehnik-teknik itu sejak k
objek yang lemah dan tidak bisa apa-apa. Namun si Bagus ini cepat sekali mengubah air mukanya. Ia berusaha terlihat santai sem
Alexa membentur tiga gelas es teh manis dalam gelas yang besar. Berikut bermacam-macam kue-kue kecil di sana. Sepertinya kedatangan mereka ini telah
i menggeleng-gelengkan kepala melihatnya. Tanpa disuruh ia juga menyomot sepotong risoles, dan mengunyahnya dengan nikmat. Ia memang lapar sekali. Ketika ia melirik kearah Bagus, seperti saat dia mengangkat koper
kampung ini? Tidak sia-sia ijazah Sarjana Pertanianmu." Pak Hamid menatap bangga pada Bagus. Anak kecil y
-coba melakukan inovasi-inovasi baru dalam bidang pert
dulu belum ada jenis padi tahan hama,
an ini tahu apa tentang pertanian, dibandingkan dengan pengalaman mereka yang sudah puluhan tahun bertani. Satu-satunya orang yang menduku
Mau memberikan kesempatan padamu untuk berkembang." Pak Hamid makin mengagumi sosok Gala. Anak sahabatnya yang sedar
Pada akhirnya memang terbukti bahwa padi yang kami tanam lebih unggul dibandingkan dengan mereka. Dan sekarang warga beramai-ramai meng
g, Gus?" Pak Hamid makin tertarik mende
Lahannya tersebar dari Kediri sampai Nganjuk. Terus Mas Gala sekarang membuka pabrik bawang goreng ke
h... Gala memang
nya di kampung ini dan sepertinya negeri ini, Mas Gala ada petani dan peternak tersukses." Bagus menunjukkan dua jempolnya. Dia memang sangat mengagumi Gala. Gala bukanla
rkebunan. Milah ingin bekerja di sana. Sebelumnya Akung sudah mengatakan soal Milah ini pada Pak Sasongko. Kamu tinggal memba
letak di bawah jendela. Ia tertidur pulas dengan berbantalkan kedua lengannya sendiri. Kelelah
anya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Ia merasa tugas
a. Begitu juga dengan Uti. Pak Surip juga. Tapi kenapa Milah ini ini berwajah seperti oran
k-angguk, Pak Hamid geli sendiri. Membayangkan Asih, menantunya yang asli Ciamis, telah ia ubah me
ang banyak yuk? Biar se