/0/9897/coverbig.jpg?v=88fce03fb803a4a5f74b0f0f170f6200)
Mendatangi pesta kolega bisnisnya, Azka--seorang CEO berstatus duda, dijebak oleh seseorang. Ada yang memasukkan obat tidur pada minumannya, hingga tiba waktu pagi, Azka bangun dari tidurnya bersama seorang wanita di ranjang yang sama. Hal itu diketahui oleh pihak keluarga wanita, dan Azka dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi wanita itu. Wanita itu bernama Zia. Awalnya Azka menolak untuk menikahi Zia yang sama sekali tidak dikenalnya, tapi pihak keluarga Zia mengancam akan melaporkan Azka kepada polisi. Azka yang tidak mau nama baiknya hancur, terlebih lagi Azka adalah seorang pengusaha, maka mau tidak mau Azka pun menikahi Zia. Apalagi setelah melihat bagaimana pihak keluarga Zia memperlakukan Zia dengan tidak baik, Azka menjadi kasihan, dan timbul rasa ingin melindungi. Bagaimanakah kisah pernikahan Azka, dan Zia? Apakah berakhir dengan bahagia, atau justru sebaliknya?
"Huwaaa!" Seorang perempuan berumur 25 tahun berteriak setelah melihat ada seorang laki-laki yang tidur di sampingnya. Ia pun lantas duduk, dan memeriksa pakaiannya. Napas lega ia hembuskan saat melihat pakaian di tubuhnya masih utuh. Kemudian ia mengamati laki-laki itu yang kini mulai mengerjapkan matanya, karena terganggu dengan suara teriakan tadi.
Membuka mata, Azka pun sontak bangun dari posisinya berbaring saat melihat ada seorang perempuan yang tengah memperhatikannya. Sama dengan perempuan itu tadi, Azka pun lantas memeriksa tubuhnya, dan bersyukur pakaiannya masih membungkus tubuhnya. Artinya, di antara mereka tidak terjadi apa-apa.
"Siapa kamu?" tanya Azka dingin.
"Harusnya aku yang tanya siapa kamu," balas perempuan itu dengan ketus, tetapi matanya seperti menyiratkan kekaguman pada Azka.
Azka sontak mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan yang tampak asing. Ia bingung, kenapa bisa berada di sini, dan tiba-tiba bangun dengan mendengar teriakan seorang perempuan asing yang berada di ranjang yang sama dengannya.
"Bisakah kamu memberitahu saya, di mana ini?" ujar Azka.
Perempuan itu menghela napas, lalu menatap Azka. "Kalau aku ingat-ingat, sebelum aku kehilangan kesadaran, aku sempat menghadiri sebuah pesta rekan bisnis papaku di sebuah hotel mewah."
Pesta?
Azka pun sontak teringat, bahwa dirinya pun sempat menghadiri sebuah pesta.
Memejamkan mata, Azka mencoba mengingat apa yang telah terjadi, sebelum akhirnya ia berakhir di kamar ini.
Azka ingat sekarang. Tadi malam ia menghadiri pesta kolega bisnisnya. Berbincang dengan beberapa orang yang dikenalnya di acara itu, lalu bertemu dengan seorang teman lama. Temannya itu menyodorkan sebuah minuman. Tadinya Azka menolak, karena mengira jika minuman itu mengandung alkohol. Tapi setelah temannya mengatakan bahwa minuman itu tak beralkohol, Azka pun lantas menerima, dan meminumnya.
Setelah beberapa menit, kepala Azka terasa pusing, pun matanya yang terasa berat. Entah apa yang terjadi setelah itu, hingga akhirnya pagi ini Azka dikejutkan dengan adanya seorang perempuan di ranjang yang sama dengannya.
"Apakah ini di hotel tempat dilaksanakannya pesta pak Bram?" Azka bertanya dengan menyebutkan nama orang yang mengadakan pesta tadi malam. Perempuan yang sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan kagum itu pun tersentak, dan salah tingkah.
"Ya, sepertinya sih," jawab gadis itu.
Kamar tempat Azka, dan perempuan itu berada terbilang cukup luas, dan mewah. Entah siapa yang membawanya ke mari tadi malam, apakah temannya atau bukan, Azka sungguh penasaran.
"Saya sepertinya pingsan setelah minum sesuatu saat pesta tadi malam," ujar Azka. "Bagaimana denganmu, Nona?"
Perempuan itu mulai mengingat apa yang terjadi semalam.
"Seingat aku, tadi malam aku meminum beberapa gelas anggur, hingga membuatku pusing. Lalu, adikku datang, memapah, dan sepertinya membawaku ke kamar ini," tutur perempuan itu.
Azka diam, sembari mengingat-ingat kembali apa yang terjadi sebelum ia pingsan, apakah ada yang terlewat atau tidak.
Jika ia pingsan setelah meminum minuman yang diberikan oleh temannya, Azka jadi bertanya-tanya, apa motif dari temannya itu. Sengaja menjebaknya kah? Atau temannya itu juga tidak tahu bahwa di minuman itu ada sesuatu?
Di saat Azka tengah berpikir, perempuan itu justru mengamati Azka. Wajah Azka yang rupawan khas orang Asia timur, dengan warna kulit yang putih bersih, membuat perempuan itu tidak bisa untuk tidak memujanya di dalam hati.
"Mmm ... ngomong-ngomong, namaku Zia, Tuan. Nama Anda siapa?"
Azka menoleh ke arah perempuan itu yang kini sudah mengulurkan tangan kepadanya.
Maksudnya mengajak berkenalan begitu? Azka tidak habis pikir, di situasi seperti ini, perempuan itu justru mengajaknya berkenalan.
Merasa malu karena uluran tangannya tak bersambut, perempuan yang mengaku bernama Zia pun akhirnya menurunkan tangannya. "Ah, tidak apa-apa kalau Tuan tidak mau menyebutkan nama Tuan. Oh ya, mungkin semalam Anda mabuk, Tuan, sama seperti aku yang kebanyakan minum anggur."
"Saya tidak mabuk, karena kata teman saya yang memberikan minuman, minuman itu tidak mengandung alkohol," kata Azka.
"Masa sih? Anda yakin?" Zia tampak tidak percaya. "Zaman sekarang, mana ada laki-laki yang nggak minum minuman beralkohol, apalagi di acara pesta."
Azka berdecak sebal. "Nyatanya memang ada, dan itu saya."
Tidak tahu, apakah yang membuatnya tadi malam pingsan itu alkohol atau sejenis obat yang ditaruh di minumannya, tapi Azka benar-benar tidak pernah meminum minuman beralkohol.
Dirinya memang bukan orang baik, Azka menyadari itu. Namun, sebrengsek-brengseknya Azka, ia tak pernah sekalipun mencicipi minuman haram itu.
Di masa lalu, Azka memang sempat jauh dari Tuhan. Sering meninggalkan sholat sebagai kewajibannya yang seorang muslim, sering tidak ikut puasa Ramadhan, dan sering mengabaikan kewajiban yang lainnya. Meski demikian, bukan berarti Azka suka mengkonsumsi barang haram.
"Terus, kenapa Anda bisa ada di sini, dan tidur di ranjang yang sama dengan saya, Tuan?"
"Sekarang bagaimana kalau pertanyaan itu dibalik, kenapa kamu bisa berada di sini?" Azka membalikkan pertanyaan kepada Zia.
"Ya kalau aku sih, mungkin aja adikku tadi malam mesenin kamar ini buatku yang udah mabuk berat, dan tidak mungkin dibawa pulang. Kalau Tuan gimana?" kata Zia.
"Sama saja. Mungkin teman saya tadi malam yang membawa saya ke sini."
"Tapi masa kita bisa berada di kamar yang sama sih? Kalau adikku atau temennya Anda mesenin kamar, tidak mungkin sengaja mesenin kamar yang sama kan, kecuali kalau mereka udah merencanakan sesuatu?"
Azka mengangguk-angguk, membenarkan perkataan Zia. Keduanya lantas tenggelam dalam pikiran masing-masing, dan belum ada yang beranjak dari ranjang itu.
Pintu kamar itu tiba-tiba terbuka dari luar, dan masuklah beberapa orang.
"Astaga! Zia! Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya seorang laki-laki paruh baya dengan raut terkejut. Di belakangnya ada seorang wanita paruh baya, dan seorang gadis yang umurnya tidak jauh dari Zia. "Dan siapa laki-laki bre***ek ini? Jangan bilang kalian telah melakukan tindakan asusila!"
Zia lantas melompat dari ranjang, lalu mendekati laki-laki paruh baya itu. "Pah, ini tidak seperti yang Papah lihat. Aku dijebak, Pah."
"Benar, Pak, kami dijebak," timpal Azka. Dirinya tentu tidak mau dituduh yang tidak-tidak.
"Halah, omong kosong! Udah ketauan sama-sama di kamar yang sama, di ranjang yang sama pula, masih berani-beraninya ngaku dijebak. Apa kalian tidak tahu malu?" Wanita paruh baya di belakang ayah Zia itu, seperti sengaja membuat suasana semakin tegang.
"Mah, kami memang dijebak. Tadi malam aku mabuk, terus Gea yang memapah aku, dan juga yang bawa aku ke sini," ucap Zia sambil menunjuk gadis di belakang wanita paruh baya itu.
Ayah Zia sontak menoleh ke arah gadis yang bernama Gea, seakan meminta penjelasan.
"Pah, emang bener, tadi malam aku yang bawa kak Zia ke kamar ini. Aku juga kan, yang tadi ngasih tau Papah sama Mamah kalau kak Gea nginep di sini? Tapi aku nggak tau kalau ternyata ada laki-laki di kamar inap kak Zia," kata Gea.
Ayah Zia kembali menatap Zia sebentar, lalu beralih menatap Azka dengan tajam. "Jelaskan pada saya, apa yang telah kamu lakukan pada anak saya!"
Hilya--gadis berusia 20 tahun, tiba-tiba dipaksa oleh keluarganya untuk menjadi pengantin pengganti, mendampingi sepupunya yang bernama Zayyan. Hal itu disebabkan karena tunangan Zayyan melarikan diri bersama mantan pacarnya beberapa hari sebelum acara pernikahan. Meskipun Zayyan adalah anak dari pamannya Hilya, tetapi mereka tidak dekat sama sekali. Zayyan selama ini selalu bersikap ketus, dan tidak bersahabat dengan Hilya, membuat Hilya sedikit membencinya. Apakah Hilya bisa menerima pernikahan terpaksanya dengan Zayyan? Lalu, bagaimana sikap Zayyan kepada Hilya setelah mereka menikah?
Mendatangi pesta kolega bisnisnya, Azka--seorang CEO berstatus duda, dijebak oleh seseorang. Ada yang memasukkan obat tidur pada minumannya, hingga tiba waktu pagi, Azka bangun dari tidurnya bersama seorang wanita di ranjang yang sama. Hal itu diketahui oleh pihak keluarga wanita, dan Azka dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi wanita itu. Wanita itu bernama Zia. Awalnya Azka menolak untuk menikahi Zia yang sama sekali tidak dikenalnya, tapi pihak keluarga Zia mengancam akan melaporkan Azka kepada polisi. Azka yang tidak mau nama baiknya hancur, terlebih lagi Azka adalah seorang pengusaha, maka mau tidak mau Azka pun menikahi Zia. Apalagi setelah melihat bagaimana pihak keluarga Zia memperlakukan Zia dengan tidak baik, Azka menjadi kasihan, dan timbul rasa ingin melindungi. Bagaimanakah kisah pernikahan Azka, dan Zia? Apakah berakhir dengan bahagia, atau justru sebaliknya?
Karena tidak mau menjadi istri keempat dari direktur tempatnya bekerja, Alula harus menerima bahwa dirinya dipecat dari perusahaan itu. Parahnya lagi, dia dipecat tanpa mendapatkan pesangon. Alula sangat kesal karena dipecat dengan cara tidak terhormat. Padahal Alula harus bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya setelah ayahnya meninggal. Meski ibunya membuka warung kecil di kampung, ia tetap merasa bertanggung jawab untuk membantu perekonomian keluarga, apalagi saudara kembarnya masih duduk di bangku SMA. Atas rekomendasi teman Alula, ia pun kembali mendapatkan pekerjaan. Sayangnya, CEO/bos di tempat Alula bekerja adalah mantan pacar Alula. Dulu Alula memutuskan hubungan mereka tanpa alasan yang jelas. Menjadi CEO/bos dari Alula tentu saja merupakan kesempatan emas bagi mantan pacar Alula untuk membalas dendam atas lukanya. Alula yang awalnya sudah melupakan sang mantan, lambat laun mulai merasakan kembali benih-benih cinta yang dulu pernah ada, meskipun sang mantan sering membuatnya kesal, dan sakit hati. Akankah Alula siap menerima balas dendam dari mantannya?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Selama tiga tahun pernikahannya dengan Reza, Kirana selalu rendah dan remeh seperti sebuah debu. Namun, yang dia dapatkan bukannya cinta dan kasih sayang, melainkan ketidakpedulian dan penghinaan yang tak berkesudahan. Lebih buruk lagi, sejak wanita yang ada dalam hati Reza tiba-tiba muncul, Reza menjadi semakin jauh. Akhirnya, Kirana tidak tahan lagi dan meminta cerai. Lagi pula, mengapa dia harus tinggal dengan pria yang dingin dan jauh seperti itu? Pria berikutnya pasti akan lebih baik. Reza menyaksikan mantan istrinya pergi dengan membawa barang bawaannya. Tiba-tiba, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya dan dia bertaruh dengan teman-temannya. "Dia pasti akan menyesal meninggalkanku dan akan segera kembali padaku." Setelah mendengar tentang taruhan ini, Kirana mencibir, "Bermimpilah!" Beberapa hari kemudian, Reza bertemu dengan mantan istrinya di sebuah bar. Ternyata dia sedang merayakan perceraiannya. Tidak lama setelah itu, dia menyadari bahwa wanita itu sepertinya memiliki pelamar baru. Reza mulai panik. Wanita yang telah mencintainya selama tiga tahun tiba-tiba tidak peduli padanya lagi. Apa yang harus dia lakukan?
Adult content 21+ Farida Istri yang terluka, suaminya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Perasaan tersakiti membuatnya terjebak kedalam peristiwa yang membuat Farida terhanyut dalam nafsu dan hasrat. Ini hanya cerita fiktif. Kalau ada kesamaan nama, jabatan dan tempat itu hanya kebetulan belaka
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.