/0/9117/coverbig.jpg?v=20221127224931)
Sera dipertemukan kembali dengan Brilla-perempuan yang berada dalam catatan masa lalunya. Oleh sebab itu, Sera takkan mudah melupakan begitu saja sosok Brilla. Munculnya Brilla di kehidupan Sera membuat ia bertindak nekat. Tak hanya sekedar merusak kedekatan Brilla dan Bara, perempuan itu pun tak segan-segan merebut Bara-calon tunangan Brilla. Sera jadikan sebagai pacarnya.
Di dalam kamar dengan nuansa elegan karena pemilihan warnanya yang sederhana, hijau keabu-abuan. Seorang perempuan berusia dua puluh dua tahun itu memundurkan langkahnya ke belakang. Mata coklat beningnya menatap lekat-lekat pantulan dirinya di depan cermin seukuran tinggi tubuhnya.
Perempuan dengan rambut sebahu itu memutar tubuhnya, menilai dress yang saat itu dikenakannya. Stripe blouse model kemeja salur berwarna biru langit dan putih dengan panjang selutut, sangat pas di tubuhnya. Pakaiannya ia padu dengan wide fit heels hitam dengan hak setinggi lima CM. Tak lupa ia juga menambahkan aksesoris berupa jepit mutiara pada surai hitamnya itu.
Senyum manisnya tercetak dari pantulan cermin, begitu ia menarik sudut bibirnya ke atas. Berbangga diri akan kecantikan yang dimilikinya.
Tentu saja, di dunia ini perempuan mana yang tak bangga atas kepemilikan sebuah rupa yang mampu membius kaum pria? Ada? Sepertinya tidak!
Sera Aulia, perempuan berbulu mata lentik itu memiliki hidung mancung dengan garis berlekuk. Kulitnya seputih susu dan selembut sutra. Bibir penuhnya terlihat menawan kala Sera selesai mengoleskan pewarna bibir sewarna darah. Warna favoritnya.
Tak hanya itu, Sera memiliki bentuk tubuh yang ideal. Yang akan berkali lipat terlihat menarik saat ia mengenakan dress yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Jika dijabarkan, mungkin bagai gitar Spanyol versi manusia. Menarik bukan?
Selayaknya idola wanita yang digandrungi manusia. Tak pelak, visualisasi yang dimiliki Sera mampu membuat kaum pria seakan bertekuk lutut, para pria pecinta rupa begitu mendamba Sera. Tak terkecuali pria tua dengan rambut yang memutih serta perut buncitnya.
Bukan hanya kaum pria, kaum wanita pun seakan ikut tersihir akan rupa yang dimiliki Sera. Tak sedikit wanita yang menginginkan visualisasi seperti dirinya. Namun, tak sedikit pula wanita yang tak menyukainya. Dia benar-benar bagai dewi yang diutus turun ke bumi.
Perempuan itu menoleh saat pintu kamarnya dibuka sembarang tanpa diketuk terlebih dulu.
"Ser pinjam sisir dong," ucap perempuan muda. Usianya terpaut tiga tahun dengan Sera. Ia masih berada dalam golongan remaja.
"Eh, lo mau kemana? Tumben sore-sore begini udah cantik dan rapih. Mau ke toko? Tapi kalau ke toko gak biasanya lo dandan cantik gini, buang-buang makeup kan? Jadi kemana?" Perempuan itu memberondong Sera dengan banyaknya pertanyaan.
Perempuan yang saat itu telah selesai mandi, hanya mengenakan kaos hitam bergambar tengkorak dengan boxer unisex selutut. Ia dengan rambut model pixie cut berdiri di ambang pintu. Terlihat rambutnya masih basah saat setitik air mengucur dengan jarang membasahi pangkal leher. Tangannya memegang knop pintu.
"Bisa gak kalau masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu?" protes Sera dengan ketus. Kini perempuan itu sudah pindah posisi, duduk di ranjang sambil memainkan ponsel yang memiliki tiga bulatan seperti boba di belakangnya.
Yusan, perempuan bergaya tomboi itu mendecakkan lidah, kemudian ia malah menyelonong masuk ke kamar. Mengambil sisir yang tergeletak di meja rias.
Setelahnya, ia ikut mendudukkan pantatnya di samping Sera sambil menyisir rambutnya. "Mau kemana sih? Ditanya juga bukannya di jawab. Lo tahu kan fungsi mulut untuk apa? Untuk berbicara. Nih ya, di luaran sana banyak tahu orang yang tak dapat diberi kesempatan untuk bicara normal seperti kita. Dan lo, yang sehat-sehat begi-" Yusan tak melanjutkan ucapannya ketika tangan Sera membekap mulutnya.
"Duh berisik! Gue mau kencan sama pacar gue!" terang Sera. Jika ia tak membekap mulut Yusan-teman seperjuangannya. Bisa dipastikan perempuan bertubuh cungkring itu, perkataannya akan melebar kemana-mana. Dan Sera benci itu! Kupingnya panas jika sudah mendengar celotehan Yusan.
"Oh ... kencan." Tampak Yusan manggut-manggut. Sedetik kemudian ia tersadar, "what? Kencan? Sama siapa?" Matanya melebar ketika ia tersadar.
Apa katanya? Sera kencan? Dengan pacarnya?
Pikiran Yusan mulai bercabang kemana-mana. Salah satunya menebak pada satu nama.
"Bara." Sera menjawab santai.
Yusan sudah menduga pasti nama itulah jawaban dari pertanyaannya. Tapi, tetap saja ia masih bingung.
"Lo udah jadian?" Pertanyaan yang dilontarkan Yusan diangguki Sera.
"Hah ... kapan? Kok gue gak tahu? Seorang Yusan gak tahu?" Kembali perempuan itu bertanya disertai terkejut.
"Seminggu lalu," balas Sera santai. Jemari tangan lentiknya kembali memainkan benda pipih yang sempat ditunda tadi.
Mendengar itu Yusan semakin syok dibuatnya. Seminggu lalu? Itu artinya sudah tujuh hari, seratus enam puluh delapan jam dan sepuluh ribu delapan puluh menit berlalu. Dan ia tak mengetahui itu?
Suasana di dalam kamar itu kembali hening. Sera masih setia dengan gawainya. Sementara Yusan terdiam dengan banyaknya pertanyaan yang bermunculan di otaknya. Wajahnya pun berubah menjadi sedikit gusar.
"Ser ...." Yusan memanggil nama itu dengan lirih. Namun Sera dapat menangkap dengan jelas.
"Hm ...." sahut Sera.
"Apa?" Sera menolehkan kepala ke samping saat tak mendapati balasan dari Yusan.
Pandangan Yusan menatap lurus ke depan, menatap dinding kokoh yang menjadi sebuah sekat pemisah antara kamar dan ruang tamu.
"Lo gak jatuh cinta beneran kan sama dia?" tanya Yusan. Kepalanya ia tolehkan ke samping dimana Sera duduk. Sejenak mata mereka saling beradu. Yusan menatap lekat iris mata berwarna coklat bening itu.
Sera terkekeh pelan, dengan entengnya ia menggelengkan kepala. "Gak!" Setelah menjawab, raut wajah yang beberapa detik lalu terkekeh, kini membalas tatapan Yusan dengan wajah serius. Tak ada keraguan dari jawabannya tadi, nadanya pun terdengar tegas.
Tak lama bunyi notifikasi masuk ke ponsel Sera. Membuat mereka segera mengakhiri saling bertatap itu, saat Sera lebih dulu mengalihkan wajahnya.
Bara Tarigan
[Aku udah di depan gang.]
[Oke, aku kesana.]
"Gak ada yang perlu lo bicarain lagi kan?" Sera melirik Yusan singkat.
Yusan menggeleng, ia menatap Sera yang merapihkan anak rambut yang berantakan. Terakhir perempuan berambut pendek itu menyaut tas selempang yang tergantung di kapstok. Kemudian Sera berlalu begitu saja, meninggalkan Yusan yang duduk terdiam di kamarnya.
^
Hari ini cuaca cukup cerah. Setelah beberapa hari ke belakang cuaca Ibukota tak terlihat baik-baik saja. Jalanan aspal yang biasanya basah tergenang air, kini kering berdebu.
Di dalam mobil, Sera terdiam. Pandangannya ia alihkan ke arah luar, menatap gedung-gedung tinggi menjulang di sisi jalan yang seolah-olah saling berlarian mengejar dirinya.
Fokusnya teralihkan ketika sebuah tangan besar menggenggam tangannya. "Kamu hari ini cantik." Bara mencium tangan Sera.
Sera terkejut dengan perlakuan Bara barusan, namun dengan cepat ia menutupi ekspresi kagetnya. "Jadi, kemarin-kemarin aku gak cantik?"
"Cantik. Kemarin kamu cantik, saat pertemuan pertama kamu juga cantik. Sekarang ... kamu jauh lebih cantik," puji Bara. Ada ketulusan di sorot mata pria tampan itu saat sekilas Sera menatap manik hitamnya.
Sera tersenyum mendengarnya. "Apa sih ...." Sera membuang muka ke samping kiri. Ia harus terlihat malu-malu. Ia harus bersikap malu. "Makasih ...." lanjutnya.
"Hari ini kita kemana?" tanya Sera, mengalihkan topik pembicaraan.
"Terserah kamu, hari ini aku cuma nurut doang," sahut Bara. Ia menoleh ke samping, menatap lekat-lekat wajah pasangannya. Memang cantik. Kemudian ia tersenyum singkat.
Sera terkekeh pelan. "Ke mall gimana?"
"Oke." Tanpa pikir panjang, Bara langsung menyetujui.
Mereka sudah menginjakkan kaki di area mall, setelah beberapa menit lalu memarkirkan terlebih dulu mobil.
Dua insan yang baru menjalin hubungan seminggu itu saling berpegangan tangan. Genggaman tangannya seperti diberi perekat, erat sekali. Dari yang masih berada di dalam mobil sampai kini, mereka tak melepaskan tautan tersebut.
Keduanya mengitari seisi mall. Dari lantai dasar hingga akhir, dari outlet pertama hingga ujung. Membeli barang jika ada yang menarik di netra Sera.
Dua jam mereka mengitari seisi mall, dua jam tersebut membuahkan hasil dengan Sera yang menjinjing beberapa kantong kertas berisi barang-barang dari brand terkemuka. Dibayar menggunakan uang Bara tentunya.
"Nonton bioskop mau?" tawar Bara. Ia masih menggenggam tangan Sera.
"Boleh."
Keduanya pun melanjutkan jalannya yang sempat terhenti menuju pelataran bioskop, memilih terlebih dahulu tontonan apa yang tayang sekarang. Dan juga, seperti apa yang akan mereka pilih. Hingga pilihan keduanya jatuh pada film dengan genre romantis. Sangat mendukung suasana sejoli itu bukan?
Tak terasa, film yang diputar di layar lebar selesai. Mereka keluar dari bioskop dengan gandengan yang terlepas. Belum puas dengan menonton, keduanya memutuskan untuk mengisi perut. Setelah mengitari mall, rupanya perut mereka keroncongan.
"Kita makan dulu gimana? Kebetulan temenku baru buka restoran di daerah sini," ajak Bara.
Sera mengangguk, "Boleh, kebetulan aku laper."
Mobil mewah berwarna hitam keluaran terbaru milik Bara berhenti di depan restoran. Keduanya mulai memasuki restoran yang memiliki dekorasi modern dengan pemilihan cat yang cukup kontras dengan bangunannya.
Mereka memilih meja dekat dengan jendela kaca yang menghadap langsung kolam ikan. Keduanya mulai memilih makanan serta minuman.
Dua puluh menit kemudian, pesanan mereka berdatangan dan mulai ditata oleh pelayan.
"Terimakasih," ucap Sera pelan dibarengi senyumannya.
Sang pelayan membalas ucapan Sera dengan anggukan disertai tersenyum.
Hening ....
Satu menit ....
Dua menit ....
Tiga menit ....
Meja yang mereka tempati masih saja hening, tak ada percakapan. Yang terdengar hanyalah suara benturan alat makan serta suara pengunjung yang kebetulan duduk di samping meja mereka.
"Oh iya, tentang hubungan kita ...." Berhenti sejenak, Sera menyeruput dulu minuman berwarna yang dicampur perasaan lemon itu. "Brilla gak tahu kan?" lanjutnya.
Bara menghentikan makannya, pria itu tengah memikirkan sesuatu. Tentang hubungan yang dijalinnya dengan Sera dan tentang hubungannya dengan Brilla.
"Aku gak tahu tuh, lagipula kalau tahu memang apa urusannya dengan Brilla?"
"Nggak ada sih. Tapi kan, kamu juga tahu Brilla itu calon tunangan ka-"
"Tunangan? Nggak lah, untuk pacaran aja kita gak sedekat itu. Apalagi sampai tunangan." Bara menukas kalimat Sera.
Sera hanya manggut-manggut. Tanpa Bara sadari senyum smirk tercipta di bibir seksi perempuan berambut pendek itu. Tentu Bara tak akan sadar, karena senyuman itu terjadi sangat singkat. Hanya sepersekian detik.
'Semoga lo cepat pulang ke Indo ya, Bril!' batin Sera.
^
Mobil Bara berhenti di depan gang, ia melepas genggaman tangannya pada Sera. Perempuan itu membuka sabuk pengaman, menekan tombol pada pintu mobil. Sebelum keluar kedua mata mereka saling bersitatap, tak lama mereka terkekeh tak jelas. Namun ekspresi bahagia tersemat di raut wajah keduanya.
"Kamu kenapa gak mau aku antar sampai depan rumah?" tanya Bara.
"Aku udah pernah bilang, jalanan ke tempat tinggalku sempit. Takutnya mobilmu lecet, kan sayang ...." Kembali Sera menjawab pertanyaan yang berulang kali diucapkan Bara, atau lebih tepatnya pacarnya sekarang.
"Tapi kan ini udah malam. Gak baik tahu aku nurunin kamu di depan gang gini."
"Gak papa, tempat tinggalku dekat kok. Gak terlalu jauh."
Bara hanya menghela napas hingga setelahnya menghembuskan napas kasar.
"Aku keluar, kamu hati-hati di jalan ya," ucap Sera. Bara mengangguk.
Setelah keluar dari mobil, Sera mematung di tepi jalan. Tak lama suara klakson berbunyi, mobil itu berlalu pergi.
Sera menjinjing beberapa paper bag menuju kontrakannya diiringi raut wajah yang senang. Sesampainya di depan pintu ia meraih knop pintu, beruntung Yusan belum mengunci pintu. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Sera mengunci pintu, berdiri di balik pintu. Senyum yang dipamerkan sepanjang sore tadi menghilang seketika. Berubah menjadi raut datar tanpa ekspresi. Sera mengambil sanitizer dari tas selempangnya. Membasahi telapak tangannya, yang dimana ia gunakan untuk berpegangan dengan Bara.
Begitu mengingat senyuman tadi serta perlakuannya, ia bergidik merasa jijik dengan sikapnya yang menunjukkan rasa cinta pada Bara.
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
Cerita bermula, ketika Adam harus mengambil keputusan tinggal untuk sementara di rumah orang tuanya, berhubung Adam baru saja di PHK dari tempat ia bekerja sebelumnya. "Dek, kalau misalnya dek Ayu mau pergi, ngga papa kok. " "Mas, bagaimanapun keadaan kamu, aku akan tetap sama mas, jadi kemanapun mas pergi, Aku akan ikut !" jawab Ayu tegas, namun dengan nada yang membuat hati kecil Adam begitu terenyuh.
"Jang, kamu sudah gak sabar ya?." tanya Mbak Wati setelah mantra selesai kami ucapkan dan melihat mataku yang tidak berkedip. Mbak Wati tiba tiba mendorongku jatuh terlentang. Jantungku berdegup sangat kencang, inilah saat yang aku tunggu, detik detik keperjakaanku menjadi tumbal Ritual di Gunung Keramat. Tumbal yang tidak akan pernah kusesali. Tumbal kenikmatan yang akan membuka pintu surga dunia. Mbak Wati tersenyum menggodaku yang sangat tegang menanti apa yang akan dilakukannya. Seperti seorang wanita nakal, Mbak Wati merangkak di atas tubuhku...
Ryan Sudono adalah seorang dosen muda yang menawan dan cerdas di sebuah kampus swasta ternama di salah satu kota besar di Jakarta. Ryan Anak tunggal dari keluarga yang sangat berada dan Papa Sudono dan mama Tyas pun juga seorang dosen. Papa dan mamanya Ryan ini sangat berpengaruh dalam kehidupan Ryan karena sejak kecil Ryan sering melihat kemesraan papa mamanya itu di rumah dan juga perhatian serta support papa mamanya itu di kehidupan Ryan sampai dengan saat Ryan sudah beranjak dewasa bahkan saat Ryan sudah menikah papa mamanya masih sangat perhatian apalagi kedua ortunya itu berharap sekali agar cepat dapat momongan dari Ryan dan istrinya. Ryan Sudah beristrikan Tania yang sangat cantik. Tania sesama Dosen yang baru beberapa hari ia nikahi, Namun ada kekecewaan dengan Tania sebagai istrinya di awal-awal pernikahan mereka. Disisi lainnya sang Istri Ryan yaitu Tania yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja meski tak sekaya keluarga Ryan namun Tania juga punya kecerdasan di akademiknya yang membawa bisa berprofesi sebagai Dosen bareng sang suami, Ryan. Namun demikian, Tania punya kisah tersendiri dengan lelaki yang dulu mengejar cintanya saat ia masih SMA yaitu Robi. Mereka dipertemukan kembali saat ada acara reuni SMA. Robi ini awalnya seperti yang Tania kenal semasa di SMA dulu namun dalam perkembangannya mungkin karena lingkungan yang salah seiring berjalannya waktu si Robi ini ternyata menyimpan hal buruk yaitu memiliki profesi sebagai pengusaha pinjol yang banyak menjerat nasabahnya sehingga para nasabahnya itu terlilit hutang yang banyak ke perusahaan aplikasi pinjol milik Robi. Dan salah satu korban dari pinjolnya Robi adalah Rani mahasiswinya Ryan yang nantinya seorang dokter muda bernama Bayu lah yang berhasil melepaskan Rani dari cengkeraman kejahatan Robi. Kehidupan rumah tangga Ryan dan Tania terganggu oleh kehadiran Maya yang sejak lama sebelum Ryan menikah dengan Tania, dimana Maya diam-diam juga jatuh hati pada Ryan. Maya yang juga sahabat dari Ryan dan Tania, bekerja sebagai dosen di kampus yang sama juga dengan Ryan dan Tania. Kehidupan rumah tangga Maya dengan sang suami yang tidak sesuai harapan ini karena perjodohan dari ortunya. Maya akhirnya terpaksa menikah dengan lelaki pilihan ortunya yaitu Joko yang berwatak keras sehingga Maya merasa tidak bahagia selama hidup dengan suaminya itu. Joko dipilih oleh para ortu merkea karena Joko adalah putra dari sahabat sang mamanya Maya yang berteman akrab dengan mamanya Joko. Dengan alasan agar Joko bisa meneruskan usaha ayahnya Maya yang memiliki perusahaan properti sebagai salah satu manajer disitu maka Joko suatu saat diharapkan bisa menggantikan peran ayah mertua di perusahaan properti itu. Sampe usia pernikahan yang ke-3 tahun mereka belum dikaruniai anak. Entah siapa yang mandul yang jelas mereka berdua saling cuek dan belum periksa ke dokter tentang siapa yang mandul. Padahal idealnya sepasang suami istri mengharapkan kehadiran keturunan di keluarga mereka untuk melengkapi kebahagiaan sebuah rumah tangga. Sementara itu salah satu mahasiswinya Ryan yaitu Rani yang mungil tapi cantik dan agresif juga sangat menggebu mendekati Ryan. Rani yang mengalami kesulitan dalam tugas-tugas kuliahnya ditambah lagi tidak bisa fokus karena sedang bolak bali ke Bandung mengurus ibunya yang sedang sakit, disinilah Ryan terkondisi untuk terus membantu Rani dalam hal pengobatan sang ibu namun sayangnya hal ini nampaknya benar-benar dimanfaatkan Rani untuk mendekati Ryan sekaligus mengambil keuntungan dari kekayaan Ryan yang berlimpah. Padahal ada pria lain yang begitu baik yang sangat menyukai Rani yang tinggal kota bandung bersama sang ibu, yaitu Bayu seorang Dokter muda yang selalu setia melayani ibunya Rani di Rumah Sakit selama menjalani perawatan. Hubungan Ryan dan Maya semakin dekat tanpa diketahui oleh Tania apalagi kondisi rumah tangga Maya yang tidak harmonis dengan Joko sang suami membuat Maya semakin melarikan dirinya ke pelukan Ryan yang menawan itu. Ditambah lagi gairah Tania dalam berhubungan dengan Ryan sebagai sepasang suami istri sangat berbeda dengan perlakuan manis Maya ke Ryan. Pun Tania sempat terpesona oleh Robi sang mantan sewaktu di SMA nya dulu. Namun demikian dari semua itu, pada akhirnya Ryan dan Tania tetap bersatu karena ada hal yang ternyata bisa membuat mereka tetap mempersatukan mereka. Satu per satu orang-orang mencoba mengganggu kehidupan rumah tangga mereka itu berguguran alias mundur dan kembali dengan kehidupannya masing-masing secara normal kembali. Untuk Maya pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan dari lelaki yang cocok dengannya. Sedangkan tokoh antagonis seperti Robi dan Joko pada akhirnya akan kena getahnya di akhir cerita nantinya. Untuk Mahasiswinya Ryan yaitu si cantik Rani pada akhirnya jatuh ke pelukan pria yang mau secara tulus menjaga dan melindunginya sekaligus ikut merawat ibunya selama ibunya sakit yaitu Dokter Bayu.