/0/8223/coverbig.jpg?v=9617d84ba85f3b62b22323b43df4aa36)
Kegelisahan Selena muncul saat Aditya mengatakan beberapa kalimat ambigu tentang Noah. Masalalu yang masih melekat pada Selena, membuatnya tidak bisa hidup dalam bayangan itu. Pesta pernikahan baru saja selesai, bahkan keduanya belum sempat merasakan malam pertama saat tiba-tiba saja tubuh Selena terbangun di kamar lamanya. Seperti sebuah mimpi, Selena kembali ke masalalu. Dengan tubuh yang sama saat masih menjadi seorang pelajar, Selena mencari tahu tentang apa yang terjadi sebenarnya? Akankah Selena mendapatkan jawaban atas rasa ingin tahunya?
Selena baru saja tiba di Bali setelah menyelesaikan bisnis keluarganya yang ada di Jerman. Wanita yang berusia hampir tiga puluh tahun itu tengah menarik tas koper yang ada di tangan kanannya. Pandangan matanya mengedar di pintu keluar bandara dan mencari seseorang yang sudah ditugaskan untuk menjemputnya di sana.
"Kata Mama ada yang jemput, mana?" gumam Selena sembari menatap sekelilingnya.
Sembari menunggu, Selena memilih bersantai pada café yang ada di salah satu sudut bandara. Selena memesan americano dingin, dengan cup sedang. Dia sengaja duduk di bagian depan café, agar saat supir yang menjemputnya datang, Selena bisa dengan mudah menemukannya.
"Udah lima belas menit nih, kemana sih supirnya?" gerutu Selena, kesal telah menunggu lama.
Gadis itu mulai menghidupkan ponsel yang sejak tadi dalam mode mati. Terpaksa Selena menghubungi ibunya untuk mengetahui, siapa yang akan menjemput dia di sana?
"Halo, Ma?"
"Kamu udah sampai? Di mana sekarang?" tanya sang ibu dari seberang.
"Aku udah nunggu hampir setengah jam ini, yang jemput mana?" tanya Selena dengan nada kesal.
"Loh! Belum dateng?"
"Ye ... siapa sih yang jemput? Gak mungkin kalo yang jemput Pak Karim."
"Emang bukan Pak Karim," jawab sang ibu dari seberang.
"Iya terus siapa?"
"Kamu tunggu dulu, biar Mama telepon orangnya."
Setelah itu, panggilan pun terputus, dan Selena berdecak kesal. Dia kembali meminum kopi yang ada di genggamannya. Tanpa sengaja, pandangan mata Selena melihat seseorang yang sudah hampir sepuluh tahun tidak ditemuinya. Selena Nampak lebih terkejut saat pria itu berjalan mendekatinya.
Langkah kaki pria itu terhenti tepat di depan Selena, hingga akhirnya dia menyapa Selena dengan ramah.
"Udah nunggu lama? Maaf ya, jalanan Kota Denpasar makin macet. Langsung balik aja yuk!" ajak pria itu.
Selena masih terdiam seperti tertegun cukup lama. Beberapa kali Selena mengerjapkan matanya, berharap semua bukan mimpi. Lalu, saat pria itu hampir menyentuh wajah Selena, dengan gerakan cepat wanita tersebut memelintir tangan Noah.
"Aduh! Sakit, Len! Kamu kok masih aja sama sih, kasar!"
Mendengar ucapan pria di hadapannya, Selena semakin yakin, dia adalah Noah. Teman masa SMA-nya yang sudah lama menghilang.
"Noah?" ucap Selena.
"Iya, aku Noah."
"Serius? Kamu masih hidup? Masih napas? Badan juga masih utuh, gak ada yang cacat," ujar Selena memperhatikan seluruh tubuh Noah dari atas hingga bawah.
"Kamu kenapa bilang gitu? Berasa aku jadi mayat hidup nih."
"Noah, serius ini kamu?" Selena masih tidak percaya dan mengulang ucapannya.
"Astaga, Selen ... iya ini Noah. Cowok paling cakep se-SMA. Dan selalu lebih cakep dari si Galaxy Andromeda!"
"Wah ... kepedean kamu masih ternyata, beneran Noah."
"Masih ragu?" tanya Noah sembari memainkan alisnya naik-turun.
"Udah gak! Terus ... kamu ngapain ke sini?" Selena balik bertanya dengan nada ingin tahu.
"Lah ... bijimana sih! Aku yang jemput kamu, emang mama gak kasih tahu ya?"
"Apa? Jadi, kamu yang jemput aku?"
Noah sangat mengerti jika Selena sedikit terkejut dengan pertemuan itu. mereka tidak pernah menyangka akan bertemu kembali setelah sepuluh tahun terpisah. Saat itu Noah terpaksa menghilang dari kehidupan Selena, dengan tanpa alasan yang masuk akal.
Setelah puas dengan pertemuan pertamanya, kini mereka berjalan bersama menuju area parkir mobil. Noah memasukkan tas koper milik Selena ke bagasi mobil, lalu dia masuk dan mengemudikan mobil itu menuju rumah Selena yang ada di kawasan Ubud, Bali.
"Ke mana aja?" tanya Selena ingin tahu.
"Di sini-sini aja sih. kenapa? Kangen?" sahut Noah dengan sedikit menggoda Selena.
"Iya, udah sepuluh tahun kita gak ketemu," jawab Selena dengan tersenyum tipis.
"Sama sih, cuman kayaknya rasa kangen kamu lebih besar ya?"
"Idih, kepedean! Aku kangen jitak pala kamu tau!"
"Hahaha ... masih suka jitak kepala orang? Siapa yang jadi target kamu di sana?"
"Gak ada, makannya aku kangen."
Obrolan itu terasa canggung, dan beberapa kali suasana terasa sunyi karena mereka hanya terdiam.
"Aku nyalain audio box-nya ya? Sepi amit." Selena menekan audio box yang ada di depannya.
Dia menentukan frekuensi radio yang ingin didengarkan. Saat sebuah lagu dari Avril Lavigne dengan judul Wish You were here terdengar, ke duanya tanpa sengaja melantunkan lagu itu secara bersama.
"Masih suka sama lagu ini?" tanya Noah yang ingat dengan lagu kesukaan Selena.
"Always."
"Gimana Jerman? Katanya kamu pegang bisnis mendiang papa kamu di sana?" tanya Noah mencairkan suasana.
"Iya, setelah kepergian papa. Bisnis yang ada di Jerman jadi terbengkalai. Untung aja waktu itu aku kuliah di Inggris, jadi bisa langsung pegang pas udah lulus," jelas Selena dengan tatapan nanar.
"Maaf ya? Waktu itu aku gak ada di samping kamu," ujar Noah yang terlihat menyesal.
"Iya, gapapa ... papa sama pama kamu dateng ke sana waktu itu, tapi mereka gak ada yang tau di mana kamu. Emang kamu hilang ke mana sih? udah kayak demit aja."
"Ada ... yang jelas waktu itu aku lagi nyari jati diri."
"Owh ... terus, kenapa sekarang jadi kamu yang jemput aku?"
"Entar juga kamu tahu."
"Hmm, main rahasia-rahasiaan nih sekarang."
"Hahaha."
Obrolan yang terasa akrab itu berubah kembali canggung saat Noah menghentikan tawanya.
Tanpa terasa, mobil yang dikemudikan oleh Noah memasuki halaman rumah Selena. Seorang wanita paruh baya terlihat berdiri dengan tersenyum menyambut kedatangan anak semata wayangnya.
Selena berlari memeluk tubuh ibunya dengan erat, lalu keduanya saling menumpahkan rasa rindu. Wanita itu mempersilakan Noah untuk masuk ke rumah bersama mereka.
Noah yang sedang mengangkat tas koper milik Selena, kini meletakkannya di ruang tamu. Selena tersenyum dan meraih tas itu dari Noah.
"Aku ke kamar dulu ya?" pamit Selena sembari menarik tas kopernya.
"Oke."
Noah tersenyum saat tatapannya tidak teralihkan dari sosok Selena yang sudah dewasa dan semakin cantik. Sementara wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu Selena, kini berdeham dan membuat Noah menjadi salah tingkah.
"Selena makin cantik ya?" tanya ibu Selena dengan menepuk bahu Noah beebrapa kali.
"Tante ... maaf telat, tadi macet banget. Dari kantor ke bandara juga lumayan jauh," ujar Noah beralasan.
"Gapapa, lagian Selen nggak ngambek, berarti aman," jawab wanita itu dengan santai.
"Kamu udah kasih tahu Selena soal hubungan kalian setelah ini?" tanya ibu Selena.
"Belum, maunya sekarang pas lagi sama Tante."
"Apa kamu lamar dia aja pas makan malam besok?"
Tiba-tiba saja Noah melirik ke belakang wanita itu dan melihat sosok Selena yang berjalan mendekati mereka.
"Boleh, ada Selena, Tan." Noah memelankan suaranya.
Selena terlihat sedikit mencurigai gerak gerik ibu dan juga sahabat lamanya itu. Dia duduk tepat di samping ibunya dengan tangan yang melingkar di lengan.
"Ma, kok Noah yang jemput?" tanya Selena kembali ingin tahu alasan mereka.
"Iya, Noah yang maksa," jawab wanita dengan pakaian long dress ala ibu-ibu rumah tangga.
"Gak mungkin kalau Noah yang maksa, yang ada pasti ada apa-apa nih."
"Iya, aku yang maksa buat jemput kamu tadi. Kenapa? Gak suka kalo aku yang jemput?" sahut Noah mengalihkan pandangan Selena.
"Suka kok. Banget malahan." Wajah Selena tampak sumringah dengan memamerkan deretan giginya yang berjajar rapi..
Noah merasa lega mendengar jawaban sahabat lamanya itu. Kini, dia hanya perlu memikirkan acara yang akan berlangsung besok. Lebih tepatnya, acara makan malam untuk mempertemukan dua keluarga.
Tepat sebelum Noah berpamitan, ibu Selena seakan mengingatkan pada pria itu untuk tidak lupa dengan acara yang sudah mereka rencanakan.
"Noah, jangan sampai terlambat ya! Tante mau besok menjadi hari yang baik untuk kalian."
Kening Selena berkerut seakan menunggu penjelasan. "Ada apa besok, Ma?"
Sebuah salah paham terjadi di antara dua kelompok mafia. Demora Salvatrucha menuduh pemimpin Salvador yang membunuh ayahnya. Pembalasan pun terjadi dengan berpura-pura menjadi seorang wanita lemah. Demora hanya ingin menjadi pengganti yang bisa membalaskan dendam ayahnya. Namun, aksinya itu tidak bisa berjalan lancar. Berpura-pura menjadi sosok wanita lemah bernama Erica, Demora pun tenggelam dalam permainannya sendiri. Akankah Demora kembali menjadi dirinya sendiri atau justru dia akan terus menjadi sosok Erica? Berhasilkah aksi balas dendamnya pada pemimpin Salvador di tengah rasa cinta yang tumbuh dalam dirinya?
Bagi publik, dia adalah sekretaris eksekutif CEO. Di balik pintu tertutup, dia adalah istri yang tidak pernah diakui secara resmi. Jenessa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dia hamil. Tapi kegembiraan itu digantikan dengan ketakutan ketika suaminya, Ryan, menghujani kasih sayangnya pada cinta pertamanya. Dengan berat hati, dia memilih untuk melepaskan pria itu dan pergi. Ketika mereka bertemu lagi, perhatian Ryan tertangkap oleh perut Jenessa yang menonjol. "Anak siapa yang kamu kandung?!" tuntutnya. Tapi dia hanya mencemooh. "Ini bukan urusanmu, mantan suamiku tersayang!"
Tunangan Lena adalah pria yang menyerupai iblis. Dia tidak hanya berbohong padanya tetapi juga tidur dengan ibu tirinya, bersekongkol untuk mengambil kekayaan keluarganya, dan kemudian menjebaknya untuk berhubungan seks dengan orang asing. Untuk mencegah rencana jahat pria itu, Lena memutuskan untuk mencari seorang pria untuk mengganggu pesta pertunangannya dan mempermalukan bajingan yang selingkuh itu. Tidak pernah dia membayangkan bahwa dia akan bertemu dengan orang asing yang sangat tampan yang sangat dia butuhkan. Di pesta pertunangan, pria itu dengan berani menyatakan bahwa dia adalah wanitanya. Lena mengira dia hanya pria miskin yang menginginkan uangnya. Akan tetapi, begitu mereka memulai hubungan palsu mereka, dia menyadari bahwa keberuntungan terus menghampirinya. Dia pikir mereka akan berpisah setelah pesta pertunangan, tetapi pria ini tetap di sisinya. "Kita harus tetap bersama, Lena. Ingat, aku sekarang tunanganmu." "Delon, kamu bersamaku karena uangku, bukan?" Lena bertanya, menyipitkan matanya padanya. Delon terkejut dengan tuduhan itu. Bagaimana mungkin dia, pewaris Keluarga Winata dan CEO Grup Vit, bersamanya demi uang? Dia mengendalikan lebih dari setengah ekonomi kota. Uang bukanlah masalah baginya! Keduanya semakin dekat dan dekat. Suatu hari, Lena akhirnya menyadari bahwa Delon sebenarnya adalah orang asing yang pernah tidur dengannya berbulan-bulan yang lalu. Apakah kesadaran ini akan mengubah hal-hal di antara mereka? Untuk lebih baik atau lebih buruk?
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.