WARNING! 18+ (Terdapat adegan dewasa dalam cerita, harap bijak dalam memilih bacaan) "Aku tidak mau menikah denganmu!" Tangan Evely bergemetar ketika mengatakan itu, apalagi saat melihat wajah sangar Megantara yang begitu menyeramkan. "Kau pikir aku akan membiarkanmu menolaknya, hah? Selama ini tidak ada yang berani menolakku! Kau hanya gadis miskin! Seharusnya kau tahu diri!" Megantara menghampiri Evely, pria itu mencengkram dagu Evely kuat-kuat membuat gadis itu merasa semakin ketakutan. "K-kau mau apa?" Evely berusaha menjauhkan wajah Megantara yang semakin mendekat dengan cara mendorong dada pria itu. "Memberi kau pelajaran agar kau tahu siapa aku sebenarnya," ujar Megantara tersenyum sinis. "J-jangan!" Evely berteriak kencang ketika Megantara hendak menciumnya, air mata gadis itu bahkan menetes kian deras saat wajah pria itu kian dekat dan hanya berjarak beberapa senti saja dari wajahnya.
Seorang gadis yang tahun ini genap berusia dua puluh tahun itu berjalan dengan cepat menuju rumahnya sambil tersenyum riang. Ia ingin cepat-cepat sampai rumah dan menunjukkan nilai yang ia dapatkan pada ibu serta adiknya, ia berhasil mendapatkan nilai yang tinggi dari semua mahasiswa di kelasnya. Hal itu jelas sangat membanggakan baginya karena ia hanyalah seorang gadis yang berasal dari kalangan bawah, sedangkan kebanyakan dari teman-temannya berasal dari kalangan atas dan sering mengikuti les pelajaran.
Senyumnya meluruh saat melihat sekelompok orang-orang yang berdiri di depan rumahnya sambil mengetuk pintu rumahnya. Orang-orang itu nampak menyeramkan dengan tubuh berotot dan juga tatto yang menghiasi sepanjang lengan mereka. Ia memberanikan dirinya menghampiri orang-orang itu.
"Siapa kalian?" tanyanya.
"Apa kau pemilik rumah ini?" tanya balik salah seorang pria yang memakai kacamata hitam.
"Iya, apa ada yang bisa kubantu?" Sebisa mungkin ia menghalau ketakutan yang dirasakan.
"Kami ke sini ingin menagih utang ayahmu yang sudah jatuh tempo," ujar pria itu.
"Utang? Tetapi selama ini ayahku tidak pernah mengatakan kalau ia dulu pernah meminjam uang," balas gadis itu kebingungan.
"Kau bisa lihat sendiri kertas ini." Pria itu memberikan sebuah kertas berisi jumlah pinjaman yang sempat mending ayahnya pinjam.
Dengan ragu-ragu, gadis itu mengambil kertas itu kemudian membacanya dengan teliti. Wanita itu menutup mulutnya saat melihat nominal yang sangat besar tertera di tulisan paling bawah kertas yang ia bawa.
"Tidak mungkin ayahku meminjam uang sebanyak ini 'kan? Untuk apa dia meminjam uang sebanyak ini?" tanyanya, lebih tepatnya pada dirinya sendiri.
"Kau harus membayar uang itu segera, Nona, karena kalau tidak. Rumah ini akan kami sita, bukan hanya itu saja. Kalian bisa kami laporkan ke pihak berwajib karena tak mampu melunasi utang ayahmu itu," ujar pria itu membuat tubuh gadis itu menegang.
"Bisa beri aku waktu untuk mencari uang? Untuk saat ini, aku sama sekali tidak memiliki uang. Aku mohon, tolong beri aku waktu. Jangan sita rumah kami dan jangan laporkan kami ke polisi." Wajah gadis itu nampak memelas, tangannya bahkan saling menyatu dengan tatapan permohonannya.
Semua yang ada di sana saling pandang, seakan tengah berkompromi dengan permohonan gadis di hadapan mereka.
"Baiklah, tapi kau harus membayarnya secepatnya. Kami hanya akan memberi kau waktu hingga bulan depan, kami akan katakan pada bos kami kalau kau membutuhkan waktu. Tapi sebagai syarat, kau harus bisa membayar bunganya satu persen dari utang itu. Kami beri kau waktu tiga hari untuk mencari satu persen bunga itu," ujar pria yang merupakan tangan kanan seorang rentenir.
"Terima kasih karena kalian sudah memberiku waktu." Meskipun waktu yang diberikan orang-orang itu tidak banyak, tetapi ia merasa beruntung karena setidaknya pria-pria itu tidak mendesaknya segera membayar utang itu hari ini.
Tanpa kata, orang-orang itu pergi dari hadapannya. Meninggalkan dirinya yang terdidik di sebuah kursi panjang rumahnya, ia melirik sekilas ke arah pintu rumah. Ia menghela napas lega saat melihat pintu rumahnya yang tertutup, itu berarti tidak ada orang di rumah. Setidaknya ibu ataupun adiknya tidak tahu mengenai hal ini dan ia pun tidak akan pernah memberitahu hal ini sampai kapanpun.
"Kak Evely sudah pulang?" Gadis itu langsung mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara sang adik.
"Iya, kau dan Ibu dari mana?" tanya gadis bernama lengkap Evely Candrica Grusell itu.
"Ibu bilang, tadi dia ingin pergi ke taman. Jadi aku membawanya ke sana, Kak," jawab sang adik.
"Kamu dari tadi sudah ada di sini?" tanya sang ibu pada Evely.
"Baru aja kok, Bu. Ayo kita masuk," ajak Evely.
"Mana kunci rumah?" tanya Evely pada adiknya yang bernama Glory Candrica Grusell.
"Ini, Kak." Glory menyerahkan kunci rumah pada sang kakak.
Evely bergegas membuka pintu rumahnya, kemudian ia membantu mendorong kursi roda sang ibu bersamaan dengan Glory yang mengikuti dari arah belakang.
"Bagaimana hasil ulanganmu?" tanya sang ibu. Nampaknya Bu Candrica begitu tak sabar mendengar perkataan putri sulungnya itu.
Evely langsung gugup saat ditanya begitu, gadis itu bergegas menyembunyikan kertas yang hendak ia berikan kepada ibunya di dalam sakunya, sedikit meremasnya hingga sepertinya kertas itu pasti akan lusuh.
"Nilaiku sangat jelek," ujar Evely sambil tersenyum sedih. Ia sengaja berbohong karena ia sudah memutuskan suatu keputusan yang besar, ia akan mengorbankan impiannya karena saat ini hanya dirinyalah tulang punggung keluarga.
"Tidak apa-apa, setidaknya kau sudah berusaha keras. Ibu yakin kalau semester depan kau pasti akan dapat nilai yang tinggi," ucap Bu Candrica tersenyum menenangkan putrinya sambil menyentuh lengan Evely.
"Tapi aku tak yakin itu, aku rasa ... kalau sebaiknya aku berhenti saja dari kampus." Evely menghela napas dalam-dalam setelah mengatakan ini.
"Mengapa kau berkata begitu? Apa ada yang mengganggumu di kampus?" tanya Bu Candrica.
"Tidak ada yang menggangguku, Bu, hanya saja saat ini aku merasa sangat menyesal melanjutkan pendidikanku. Tak seharusnya aku tetap lanjut sementara nilaiku terus turun, aku takut kalau nantinya apa yang aku lakukan hanya sia-sia. Lebih baik aku bekerja keras saja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita dan biaya sekolah Glory," jawab Evely.
"Kau tak boleh berkata seperti itu, Ibu sangat yakin kalau kau pasti akan menjadi orang sukses. Jangan pantang menyerah menggapai impianmu, Ev." Meskipun ibunya mengatakan itu, tetapi keputusan Evely tidak bisa diubah lagi. Ia sudah sangat yakin kalau ia akan mengorbankan pendidikannya karena hanya dirinya lah yang bisa berusaha membayar utang itu. Kalau ia tidak segera membayarnya, maka akan sangat menyakitkan bagi keluarganya.
"Aku sudah memikirkan ini matang-matang, Bu, aku harap Ibu bisa menghargai keputusanku. Semua ini demi kebaikan kita," ucap Evely sambil menyentuh punggung tangan ibunya.
"Kak, aku tak akan lanjutkan sekolahku. Lebih baik Kakak tetap kuliah," ujar Glory yang sedari tadi diam.
"Tidak, kau harus tetap sekolah, Glo. Pendidikan itu sangat penting, jangan pernah berniat putus sekolah."
"Kalau Kakak menganggap pendidikan itu penting, mengapa Kakak malah ingin berhenti?" Evely terdiam mendengar pertanyaan Glory.
'Sebenarnya aku pun tak ingin berhenti, hanya saja keadaan yang memaksaku. Ini semua demi kebahagiaan kita, maka aku yang harus mengalah.' Evely membatin dalam hati.
"Penting bagimu, tetapi bagi Kakak tak terlalu penting. Kau harus rajin belajar supaya bisa sukses, jangan seperti Kakak." Evely tersenyum sambil mengusap rambut Glory dengan sayang.
"Kau benar-benar yakin dengan keputusanmu, Ev?" Bu Candrica kembali bertanya.
"Aku yakin, Bu." Evely menjawab dengan mantap, ia akan berusaha untuk mengumpulkan uang yang banyak kali ini. Agar kehidupan mereka kembali tenang setelah semua utang itu lunas, fokusnya saat itu hanya ini. Walau ada sedikit perasaan sedih ketika ia harus mengorbankan pendidikannya.
Neneng tiba-tiba duduk di kursi sofa dan menyingkapkan roknya, dia lalu membuka lebar ke dua pahanya. Terlihat celana dalamnya yang putih. “Lihat Om sini, yang deket.” Suradi mendekat dan membungkuk. “Gemes ga Om?” Suradi mengangguk. “Sekarang kalo udah gemes, pengen apa?” “Pengen… pengen… ngejilatin. Boleh ga?” “Engga boleh. Harus di kamar.” Kata Neneng terkikik. Neneng pergi ke kamar diikuti Suradi. Dia melepaskan rok dan celana dalamnya sekaligus. Dia lalu berbaring di ranjang dan membentangkan ke dua pahanya.
Maria dikhianati dan berubah menjadi seorang pembunuh di depan mata semua orang. Diliputi oleh kebencian, dia menceraikan suaminya, James, dan meninggalkan kota. Namun, enam tahun kemudian, dia kembali dengan saingan ulung mantan suaminya. Bangkit seperti terlahir kembali dari kematian, dia bersumpah untuk membuat semua orang membayar apa yang telah mereka lakukan padanya. Dia hanya menerima bekerja dengan James untuk membalas dendam, tetapi sedikit yang dia tahu bahwa dia telah menjadi mangsanya. Dalam permainan antara cinta dan keinginan, tak satu pun dari mereka yang tahu mana yang akan menang pada akhirnya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Mengandung adegan dewasa 21+ Raisa Anastasya mengalami kematian tragis, tertabrak truk, setelah melabrak tunangannya yang tengah berselingkuh. Bukannya mati dan kembali ke alam baka, Raisa malah masuk ke tubuh perempuan lain yang juga bernama Raisa, seolah semesta memberikan kesempatan kedua padanya. Sembari memanfaatkan paras cantik tubuh barunya, Raisa mulai menjalankan rencananya untuk balas dendam. Tapi tiba-tiba Zefan, direktur perusahaannya yang terkenal punya sifat sangat dingin, menarik Raisa ke salah satu kamar. Di bawah pengaruh alkohol, dia merenggut keperawanan Raisa karena mengira wanita itu adalah Raisanya yang lama. Setelah menghabiskan malam-malam menggairahkan bersama direktur, Raisa selalu terbayang saat mereka melakukan hubungan dan dibuat ketagihan oleh sang direktur, sehingga bimbang untuk melanjutkan balas dendamnya. Bisakah Raisa tetap fokus pada rencana utamanya di saat direktur terus menghantui melalui godaan sentuhan yang begitu menggairahkan? Dan apakah Raisa bisa menemukan benang takdirnya yang sebenarnya? Ngobrol sama author di Instagram dan TikTok @hi.shenaaa ya~
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kehidupan Leanna penuh dengan kesulitan sampai Paman Nate-nya, yang tidak memiliki hubungan kerabat dengannya, menawarinya sebuah tempat tinggal. Dia sangat jatuh cinta pada Nate, tetapi karena Nate akan menikah, pria itu dengan kejam mengirimnya ke luar negeri. Sebagai tanggapan, Leanna membenamkan dirinya dalam studi andrologi. Ketika dia kembali, dia terkenal karena karyanya dalam memecahkan masalah seperti impotensi, ejakulasi dini, dan infertilitas. Suatu hari, Nate menjebaknya di kamar tidurnya. "Melihat berbagai pria setiap hari, ya? Bagaimana kalau kamu memeriksaku dan melihat apakah aku memiliki masalah?" Leanna tertawa licik dan dengan cepat melepaskan ikat pinggangnya. "Itukah sebabnya kamu bertunangan tapi belum menikah? Mengalami masalah di kamar tidur?" "Ingin mencobanya sendiri?" "Tidak, terima kasih. Aku tidak tertarik bereksperimen denganmu."