/0/7085/coverbig.jpg?v=20220717212719)
Kaivan menikah lagi. Ini baru diketahui Sarah setelah melihat alat tes kehamilan di meja kamarnya. Sarah merasa dikhianati dan dibohongi. Tujuh tahun bersama ternyata tak membuat Kaivan setia padanya. Satu hal yang lebih menyakitkan lagi adalah Sarah mengenal siapa sosok wanita yang menjadi madunya. Tiga tahun lalu Sarah mengalami keguguran yang mengakibatkan dirinya harus kehilangan janin dan juga rahimnya. Sejak itu dirinya mengalami gangguan mental dan sering mengamuk tak jelas. Bahkan, dia juga sering membuat kontroversi yang mengakibatkan karir politik suaminya hancur. Tidak hanya itu saja, Sarah juga sering mengancam semua orang yang mendekati suaminya selain Hani seorang wanita muda yang ia percayakan membantu tugas suaminya di kantor. Namun ia salah langkah, wanita yang ia percayai ternyata malah menikamnya dari belakang. Hani diam-diam menikah dengan suaminya tanpa sepengetahuan darinya. Sarah membenci wanita itu hingga ia berniat jahat dan ingin menghancurkannya. Hari demi hari ia habiskan untuk merencanakan kejahatan. Mulai dari meracuni, menjatuhkannya ke kolam air hingga menyabotase kendaraannya agar terjadi kecelakaan. Hani yang pendiam pun berubah menjadi jahat karena emosinya yang terpendam selama ini. Ia pun membalas semua rasa sakit hatinya hingga akhirnya Kaivan harus turun tangan. Apa yang harus Kaivan lakukan agar kedua istrinya berdamai? Apakah ada perceraian antara mereka?
Jantung Sarah berdebar kencang saat lembaran tipis itu dibukanya. Tulisan merah di dalamnya mampu membuat tangan dan tubuhnya bergetar. Matanya pun akhirnya tak mampu membendung butiran bening yang turun melintasi pipinya. Hatinya ragu saat membaca lembaran itu. Lembaran yang akan menghancurkan rumah tangganya kelak.
"Tidak, tidak mungkin." Sarah meracau.
Dihentakkan kakinya melangkah menemui sang suami yang kini tengah duduk manis di meja ruang makan. Tak lupa ia membawa lembaran itu dan membuangnya tepat di wajah Kaivan.
"Ini apa, mas?" tanya Sarah tepat saat kertas itu terlempar mengenai wajah suaminya.
Kaivan yang sadar hal ini akan terjadi hanya bisa menatap datar lembaran itu lalu mengacuhkannya. Bibirnya tersenyum sinis, mengejek setiap helaan napas kesal yang Sarah coba tunjukkan.
"Menurutmu?"
Hanya itu kalimat yang keluar dari dalam mulut Kaivan.
Sarah meradang. Bibirnya siap meluncurkan sejuta kalimat sakti cercaan dan makian untuk suaminya yang telah melecehkan kehormatannya sebagai seorang istri. Sarah mendorong bahu Kaivan agar pria itu sadar akan kesalahannya dan meminta maaf padanya.
"Mas selingkuh?" teriak Sarah.
Bukan kali pertama ini Sarah berteriak kencang pada suaminya. Sudah ratusan kali bahkan tak terhitung. Sejak awal pernikahan, Sarah tak pernah berlaku manis sedikitpun. Apa yang dilakukan Kaivan selalu salah di matanya.
Kaivan muak dengan perlakuan kasar Sarah hingga membuatnya lepas kendali. Ia membanting sendok dan mendorong piring berisi nasi goreng ke pinggir meja hingga terjatuh dari sudut dan isinya berantakan.
Kaivan berdiri lalu menunjuk wajah Sarah dan mendorong dahinya dengan telunjuk kanan. Ini baru pertama kalinya. Kaivan pun membalas teriakan Sarah dengan ucapan yang amat menohok. "Selingkuh? Buat apa aku selingkuh?"
"Ini apa? Ini bukti nyatanya." Sarah kembali menunjukkan kertas itu. "Sekarang kamu sudah berani berlaku tidak sopan padaku. Apa ini karena wanita lain?"
Kaivan melepas telunjuknya dari dahi Sarah. Matanya menatap tajam Sarah dan seolah memberi petunjuk agar istrinya tunduk mendengarkan cerita darinya.
"Aku sudah menikah dengan wanita yang kamu sebut selingkuhan. Namanya Hani. Aku dan dia sudah menikah satu tahun yang lalu dan saat ini dia sedang mengandung anakku. Puas dengan jawaban dariku?" Kaivan menantang Sarah. Seringai kecil membentuk lengkungan di bibirnya membuat pria itu serasa di atas angin. Ia berhasil membuat Sarah terdiam.
"Menikah?" Sarah bergumam pelan. Pandangannya tiba-tiba melunak dan menatap nanar isi kertas tipis itu. Kaivan sudah tak peduli, nyatanya Sarah sering seperti ini jika menginginkan sesuatu darinya.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Kaivan. Sarah menggeleng. Kepalanya tertunduk dan dalam sekejap ia menangis sesenggukan lalu menutup matanya dengan tangan.
Kaivan mengerutkan dahinya. Tangannya terangkat ingin memeluk Sarah tapi diurungkan karena di dalam pikirannya, pasti ini drama picisannya lagi.
"Kamu serius?" tanyanya lagi. Kaivan mengangguk. "Kenapa kamu lakukan ini padaku?"
"Aku butuh keturunan. Kamu tidak bisa beri aku keturunan sampai saat ini," jawabnya lantang. Sarah tak terima dan kini menaikkan wajahnya pada Kaivan untuk menantangnya kembali.
"Keputusan dokter kan belum final. Aku masih bisa usaha," pekik Sarah kesal.
"Usaha? Sarah dengarkan aku, rahim kamu sudah tak berfungsi normal. Aku bahkan tidak tahu apa yang kamu lakukan di masa lalu hingga dokter harus mengangkatnya sebagian. Kalau kamu tidak terima, ya sudah kamu angkat kaki dari rumah ini dan kembali menggelandang seperti sepuluh tahun yang lalu," ucapnya final.
Sarah meneteskan lagi air matanya. Ia tak percaya suami yang ia cintai akan berbuat sekejam ini dan menyuruhnya pergi. Kaivan tak peduli dengan tangisan Sarah. Ia menyambar ponsel dan jasnya lalu berjalan keluar rumah dengan santai. Sarah mengikutinya hingga ke halaman. Ia juga menghadangnya hingga Kaivan mengernyitkan dahi karena ulah konyol istrinya.
"Kaivan..." ujarnya sesenggukan. Kaivan tak bergeming.
"Apalagi yang kau inginkan, Sarah? Aku sudah muak dengan semua drama yang kamu buat. Dengar, aku tak akan menuruti semua keinginan kamu kali ini," tegasnya sekali lagi. Kaivan mendorong kasar tubuh Sarah hingga jatuh tersungkur ke tanah.
"Kamu kejam," ujar Sarah pelan. Tangisannya tambah kencang. Dua orang tetangga yang kebetulan lewat di depan pagar rumah mereka turut menjadi saksi adegan tadi. Layaknya sinetron, mereka berbisik-bisik lalu memandang Kaivan dengan sinis dan akhirnya pergi setelah dipelototi.
Kaivan menoleh ke belakang dan tak berniat menolong Sarah sama sekali. Biarlah Sarah merenung akan kesalahannya kali ini, pikirnya. Lima tahun berumah tangga dengannya, membuat Kaivan hafal atas drama dan emosinya yang kerap meledak-ledak.
Kaivan menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Tak lama setelah itu, suara deringan telpon menyapa indera pendengarannya. Kaivan melirik lalu tersenyum saat tahu siapa yang menghubunginya.
"Ya sayang, Mas lagi di jalan. Kamu bawa sarapan kan? Nanti kita makan di ruangan aku saja." Kaivan tersenyum saat suara di ujung sana terdengar merdu mengalun di telinganya. Suara Hani, istri kedua Kaivan yang juga merangkap sekretaris dan asisten pribadinya.
"Aku bawa dua, Mas. Hati-hati bawa kendaraannya. I love you," jawab Hani menutup panggilannya.
Hati Kaivan menghangat. Ini yang sebenarnya ingin ia rasakan sejak dulu. Istri yang lemah lembut dan jarang berteriak di depan suaminya. Selalu tahu apa yang suaminya butuhkan.
"I love you too," jawab Kaivan. Matanya berbinar-binar, sejenak ia mulai merasakan energinya kembali lagi setelah tadi pagi ada pertikaian kecil di rumah.
Tak sampai satu jam, Kaivan pun tiba di kantornya. Raut wajah bahagia dan senyuman manis di bibirnya menjadi pertanda suasana hati Kaivan telah membaik. Karyawan yang melihatnya pun mengembus napas lega. Mereka percaya, ini semua karena kehadiran Hani yang berhasil mengubah hari-hari sang pemilik perusahaan.
"Good morning, my lovely wife," sapa Kaivan yang baru saja masuk kedalam ruangannya. Hani menoleh. Senyumannya mengundang pelukan dari Kaivan serta kecupan hangat di dahinya.
"Good morning, my lovely husband. Nyenyak tidurnya?" Hani melepas pelukan suaminya. Matanya tertuju pada kantung mata dan tatapan sayu yang membuat Kaivan terlihat sedikit lelah. Tangannya menyisir lembut rambut hitam Kaivan yang membentuk koma.
"Seperti yang kamu lihat. Aku rindu kamu, sayang. Nanti malam aku pulang ke rumahmu, ya." Kaivan kembali memeluk Hani dan mencuri satu ciuman di bibir merekahnya.
"No. Kita kan sudah sepakat kalau minggu ini jadwal di rumah Mbak Sarah,"ujar Hani mencoba mengingatkan suaminya.
Kaivan meletakkan jarinya di bibir Hani. Memotong kalimatnya yang menyebut nama Sarah. Kaivan memeluk kembali Hani sekaligus memberikan usapan lembut di punggungnya.
"Maaf. Mas tadi malam sengaja taruh lembaran hasil USG kamu di meja kamar. Dia melihatnya dan mengamuk," ujar Kaivan yang akhirnya membuat Hani membelalakkan matanya. Ia mendorong bahu Kaivan. Matanya sedikit berair. Ia kecewa sekaligus takut, bahkan bibirnya ikut bergetar. "Tidak ada jalan lagi, lambat laun dia juga akan tahu," tambahnya.
"Mas, aku belum siap kalau seandainya Mbak Sarah datang dan mencaci maki aku," protes Hani.
Mata Kaivan menyorot kebingungan Hani. Wajar, karena Hani sadar akan posisinya yang serba salah. Mengaku ataupun tidak, tetap saja ia yang disalahkan nantinya.
"Kalau dia marah, hadapi sama-sama." Kaivan menenangkan Hani yang masih ketakutan. "Ada aku."
"T-tapi Mas?"
"Percaya sama Mas, kan?" tanya Kaivan yang mendapat anggukan dari Hani. "Kita jalani bersama. Toh, kita sudah resmi secara agama. Kita tidak berzina, tidak selingkuh walau cara kita salah."
"Aku percaya," ujar Hani menundukkan kepalanya. Kaivan tersenyum hangat lalu mengusap kepala dan perut istrinya yang masih rata.
"Aku sayang kamu."
Bramantyo, seorang manajer hotel tampan dan ramah. Ia tidak mengetahui jika dirinya mengidap penyakit OCD. Dia mencintai Diana, anak pimpinan perusahaan tempatnya bekerja dulu. Diana pun mempunyai perasaan yang sama hingga ia nekat mencari tahu dimana Bramantyo bekerja saat ini dan ia pun menemukannya. Namun sayang, Bramantyo ternyata tak mengingat dirinya. Diana pun berencana untuk mendekati Bramantyo dan membuatnya jatuh cinta. Berhasilkah Diana? Lalu, bagaimana dengan penyakit mental yang diderita oleh Bramantyo?
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"