/0/5593/coverbig.jpg?v=20250121171601)
Dia masih kecil, namun harus dihadapkan dengan kenyataan berdarah. Kedua orang tuanya telah menjadi korban kebringasan perampok kejam. Demi mencari keberadaan pembunuh kedua orang tuanya, Jasson merantau ke kota lain. Dalam perantauannya, dia menemukan seorang gadis yang bisa meluluhkan hati dingin seorang Jasson. Namun kenyataan menyedihkan kembali didapatkannya. Apa dia tetap menuntut keadilan bagi orang tuanya? Atau dia memikirkan kebahagiaan gadis yang dia nikahi itu? SCARY LOVE hadir untuk menemani hari anda.
"Bakar, habiskan semua, hahaha!!!"
BRUUGGG
WUUUGGG
Api membumbung tinggi hingga ke langit. Menghitam bagai mendung.
Suara tangis pilu, teriakan minta tolong yang menyanyat hati. Puluhan orang berlarian ke sana kemari, mencari perlindungan. Menggendong anak-anak kecil mereka dengan derai air mata tak tertahan.
"Ayah!"
"Ibu!"
Suara kecil yang meminta tolong. Bertahan di tengah orang-orang berlari menyelamatkan diri sendiri. Serta belasan kuda berlarian membawa para pria berpedang panjang, serta obor menyala besar.
Lalu suara kecil mencari orang tuanya itu perlahan menghilang. Tubuh kecil itu tumbang mencium tanah. Darah mengalir tak bisa ditahan.
Semakin larut, teriakan menyanyat hati lama-lama menghilang. Puluhan tubuh tumbang tak bernapas.
"Ambil semua yag bisa diambil, habiskan semua, hahaha!"
...
Jasson, anak kecil berusia 6 tahun itu berlari secepat kilat, mengabaikan kelinci yang baru diburunya terlepas.
Kepulan asap hitam itu menarik perhatiannya untuk segera kembali ke kampung halaman.
Maka dia melewati berbagai ranting yang tumbang, hingga kakinya berdarah. Ia tak peduli.
Ia terus berlari.
Di kepalaya hanya ada satu pertanyaan.
Apa yang terjadi?
Sampailah dia pada kampung yang telah membesarkan dirinya selama enam tahun itu. Dimana dua orang terkasihnya tinggal. Orang yang telah membesarkan dirinya selama ini.
Sampai pada sebuah pohon Akasia besar, dia berhenti. Peluhnya sebesar jagung membasahi dahi. Ia tak peduli.
Kedua matanya sempurna membulat ketika menyaksikan seorang pria tengah terduduk di depan seorang pria lain yang berdiri tegak dengan sebilah pedang di tangan.
Tak lama kemudian,
DAAAGG
Tubuh pria yang terduduk itu terhuyung dengan darah segar muncrat ke wajah pria yang berdiri.
"Inilah balsannya karena ku tak mau ikut denganku!" kata pria itu.
Dia begitu puas telah berhasil menghilangkan nyawa pria yang tak asing di mata Jasson.
"Kita kembali!!" titah pria itu lagi pada para anak buahnya yang menyasikan.
Kaki Jasson terasa lemas seketika. Tak berdaya, tak bertenaga.
Setelah semua pria jahat itu pergi, tinggallah kesepian yang ada. Suara percikaan api melahap kayu-kayu terdengar jelas.
Jasson melangkah mulai mendekati kampungnya yang telah hancur. Hangus.
Satu persatu ia melihat mayat dengan berbagai jenis luka yang menakutkan. Diusia 6 tahun, ini pertama kalinya bagi Jasson melihat pemandangan tak biasa itu.
Tubuhnya menggigil kedinginan. Tangannya tak berhenti bergetar.
"Ayah, ibu?" ucapnya parau.
Air matanya hedak menetes, namun tetap ia tahan.
Dia anak lelaki, tak akan menangis begitu saja.
"Ayah, kau dimana?"
Ia masih berusaha mencari rumahnya. Tapi jelas, dia tak menemukan, karena kobaran api telah melahap semua bangunan.
Jasson terus mencari, membalikkan satu persatu mayat yang sudah hilag napas. Serta kondisi yang mengerikan.
"Jass-son." Terdengar suara memanggil dirinya dengan susah.
Jasson menoleh, mencari arah suara. Dilihatnya tak ada seorang pun disekitarnya, kecuali mayat yang telah tumbang di tanah.
"A-ku di sin-ni."
Suara itu terdengar dari bawah, maka Jasson berdiri dan menghampiri satu mayat pria yang berjarak dua meter darinya.
"Paman!" teriak Jasson histeris. Air mata yang tadi ia tahan seketika mengalir sudah. Jasson berlari dan menghampiri tubuh tengkurap itu.
"Jass-son."
"Diamlah, Paman, aku akan menolongmu!"
Sekuat tenaga Jasson membalikkan tubuh berdarah itu. Dipandangnya luka diperut sang paman akibat tusukan pedang.
"Jass, ayah dan i-bumu telah tiada. Paman pun a-kan menyu-sul me-re-ka."
Jasson menggeleng sambil terus menangis.
"Jaga dirimu baik-baik, Nak."
"Tidak, Paman."
"Ayah dan i-bumu ada di balik kayu itu." Pria itu menunjuk pada sebuah kayu akasia yang telah tumbang. "Jass, kuburkan ka-mi."
Tangan pria itu seketika lunglai dan terjatuh tepat dipangkuan Jasson. Anak kecil itu semakin histeris, menangis sejadi-jadinya meratapi tubuh pamannya yang sudah tak bernyawa.
...
Hingga pagi tiba, Jasson belum selesai membuat lubang di tanah dengan alat seadanya.
Tenaga kecilnya belum seberapa untuk bisa menggali tanah sedalam itu untuk menguburkan lebih dari 3 mayat.
Meski mayat, paman, ayah serta ibunya sudah masuk pada liang lahat, namun hati nuraninya tak tega meninggalkan mayat-mayat tetangganya yang lain.
Maka bersama dengan segelintir orang yang masih hidup, dia membuat banyak lubang untuk menguburkan mereka semua.
Setelah usai, barulah Jasson menjatuhkan tubuh. Menghadap pada langit yang biru dengan cahaya matahari yang sudah mulai menyengat.
"Ujian apa ini? Bagaimana ku bisa hidup tanpa keluargaku?"
Sebagai seorang anak kecil yang belum mengerti kerasnya hidup, dia hanya bisa mengeluh, meratapi dirinya, serta putus asa melanda.
Air matanya kembali meleleh di bawah terik matahari yang menyengat.
Bibirnya memutih, kering. Bajunya lusuh penuh dengan warna hitam bekas arang.
Ia haus, juga lapar. Tapi mengingat apa yang telah dia lakukan barusan telah membuat dirinya tak selera untuk berencana mengisi perut.
...
Sore harinya, keputus asaan yang dia alami telah berubah menjadi sebuah amarah yang luar biasa.
Dilihatnya beberapa tetangga yang masih hidup hanya menangis di samping gundukan tanah basah yang baru mereka buat untuk membaringkan anggota keluarga mereka.
Ada pula yang memilih mengakhiri hidup lantaran tak bisa lagi bersanding dengan orang yang mereka cintai.
"Pak, siapa yang telah melakukan semua ini pada kampung kita?" tanya Jasson pada salah seorang pria tua yang terduduk lesu.
"Orang jahat." Jawabnya dengan sangat singkat. Sorot matanya kosong tak berdaya.
"Apa kau mengenalnya?"
"Tidak."
Bukan itu jawaban yang Jasson ingin dengar.
"Apa kau ingat apa yang mereka katakan selama mereka masuk ke dalam kampung kita?"
Pria tua itu menoleh, lalu tertawa.
Tawa yang terdengar miris dan putus asa. Di dalamnya penuh kesedihan yang melanda.
"Mereka hanya ingin merampok dan menghabiskan desa kita. Memangnya kita orang kaya sampai dirampok oleh mereka." Pria itu kembali tertawa dengan mata yang berair.
Dan Jasson mendapatkan satu kata yang sangat penting. RAMPOK
...
Anak kecil berusia 6 tahun itu memutuskan meninggalkan kampung menyedihkan itu. Ia berjalan lunglai dengan perut tanpa isi apapun sejak semalam.
Keinginannya untuk membakar kelinci yang ia tanggap bersama dengan keluarganya telah sirna.
Semua menjadi angan-angan yang tak akan pernah terwujud.
Ia terus berjalan tak tentu arah hingga tubuhnya berkali-kali terjatuh. Lututnya membentur batu, membuatnya berdarah seketika. Lagi ia terbangun dan berjalan menyusuri sungai. Entah dia akan kemana.
Sudah 1 kilometer dia meninggalkan kampungnya.
Kedua matanya mulai buram, berkunang-kunang.
Tanpa terasa, dia lunglai dan terjatuh kembali dengan kepala membentur batu.
Pandangan matanya semakin buram, tubuhnya lemas, lalu semua menjadi gelap seketika.
Jasson pingsan dibawah langit yang mulai gelap, serta gerimis yang tiba-tiba saja membasahi bumi.
Di saat gerimis yang mulai menderas, sepasang kaki berjalan menghampiri tubuh mungil Jasson, lalu mengangkatnya.
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?