/0/5590/coverbig.jpg?v=85b38c48975f9a35f43a18f3c42c653b)
"Sekarang katakan! Mana hadiahnya?" tagih Luna. "Menikahlah denganku!" kini giliran tawa Luna yang pecah. "Mas, nggak lucu tauk! Haha, prank kamu nggak mempan di aku." Luna tetap saja tertawa, meskipun hatinya juga dag-dig-dug mengharapkan. Sebenarnya Luna pun berharap perkataan Reza tidak merupakan sebuah candaan, tapi ia segera menepis harapan itu. Gadis itu tahu diri. Kasta, harta dan tahta telah menjadi tabir cintanya kepada Reza. Reza merogoh sesuatu di saku jas hitamnya, lalu ia melipat kedua lututnya dan bertumpu pada telapak kaki. Reza membuka sebuah kotak yang bertengger sebuah cincin berlian di dalamnya. Sederhana namun elegan. "Salsabiluna Dewi, maukah kau menikah denganku?" Ya, Reza melamar Luna. Seketika tubuh Luna kaku dan tangganya menjadi dingin. "Aku serius, Luna. Baiklah akan aku ulangi sekali lagi! Salsabiluna Dewi, maukah kamu menjadi teman hidupku untuk menggapai surga?"
"Salsabiluna Dewi, maukah kau menikah denganku?" Reza berjongkok mengenggam satu tangan Luna yang dingin. Satu tangganya lagi ia gunakan untuk menahan rambutnya yang terbang menutupi wajahnya.
Ombak laut yang mengulung-gulung dan pohon kelapa yang melambai mengisyaratkan kepada Luna agar menerima lamaran lelaki di depannya.
Pria berusia 28 tahun, dengan pesonanya yang mampu memikat banyak gadis cantik di kantornya tengah melamar Luna. Anggota wajah yang proposional, tinggi tubuhnya 185cm, dan warna kulit kuning langsat khas Indonesia merupakan seorang CEO di 'MAYOTTE ENTERPRISES'.
Sedangkan Luna adalah gadis biasa yang mampu meluluhkan hati Reza. Wajah ovalnya di hiasi lesung pipi saat tersenyum dan giginya yang gingsul terlihat begitu menawan. Luna bekerja sebagai office girl di perusahaannya yang dipimpin. Keduanya sudah cukup lama dekat, karena kedekatan itulah, benih-benih cinta mulai tumbuh.
Kesederhanaan, kelembutan dan sikap Luna yang unik-lah perlahan menumbuhkan benih dalam hati Reza. Begitu juga sebaliknya. Akan tetapi gadis itu sadar akan tabir cintanya yang begitu kokoh dan keras.
"Sadarlah, Luna! Dia CEO sedangkan kamu hanya ob disini, dia menolongmu bukan berarti dia mencintaimu."
Reza memang sering menunjukkan perhatiannya kepada para karyawannya, tapi dengan Luna beda-lebih spesial. CEO muda itu memiliki sikap yang lembut dan Ramah kepada karyawannya, tidak seperti para CEO-CEO di dalam novel.
"Imut banget! Gemesh, aku tuh." Luna ingin mencubit pipi seorang anak kecil berbadan gembul di sebuah foto berbingkai di meja kerja Reza.
Luna berniat menyampaikan terima kasihnya kepada Reza yang kemarin belum sempat ia ucapkan, dia masuk keruangan Reza dengan membawa secangkir kopi racikannya. Namun dia tak mendapati Reza di ruangan itu.
"Hmzt!"
Jantung Luna hampir copot dan foto yang di pegangnya terjatuh.
"Ouups!" tangan Luna refleks menutup mulutnya.
"Kamu!? Beraninya menyentuh barang–barangku!"
"Ma–maaf, Pak! Saya tidak sengaja, lagian Bapak juga ngagetin saya. Kan jadinya jatuh."
"Dasar!" Reza mengisyaratkan Luna agar pindah dari posisinya berdiri agar Reza bisa lewat dan duduk di kursi kebanggaannya.
"Itu, Pak. Saya buatkan kopi, saya sangat berterima kasih dengan Bapak! Dan untuk soal ini, saya minta maaf! Saya janji nanti kalau udah gajian saya ganti figura Bapak!" ujar Luna menunjuk kopi. Luna takut melihat ekspresi Reza yang garang.
"Katanya Pak Reza orang yang lembut, tapi... Huft, dia kasar sekali," batin Luna.
"Sudah ngomongnya? Kenapa jadi ngelamun?" Luna gelagapan.
"Eng–enggak kok, Pak."
Reza masih saja menatap Luna, ada perasaan berbeda semenjak bertemu gadis absurd itu.
"Sruuppttt! Enak." Reza kembali meneguk kopi buatan Luna. Sementara membersihkan pecahan kaca.
"Besok dan seterusnya, setiap hari kamu harus buatin aku kopi! Ok!" Reza kembali memperhatikan Luna.
Luna mendongak memandang Reza, menampakkan raut protes.
"Imut banget kamu, Lun," batin Reza, "Kenapa memandangku seperti itu!"
"Tapi, Pak! Pekerjaanku banyak waktu pagi."
"Siapa suruh kamu menyentuh barang–barangku? Itu sebagai ganti karena kamu merusak foto kesayanganku, titik!" tegas Reza semakin membuat Luna tak berkutik.
"Lagian siapa suruh tadi kamu membuatkan aku kopi," tambah Reza pelan, Luna pun mendengarnya seperti omongan tak jelas.
Hal itulah yang membuat Luna dan Reza semakin dekat. Setiap hari Luna keruangan Reza untuk sekedar mengantar kopi. Pernah sekali Luna meminta temannya yang juga ob mengantarkan kopi untuk Reza, justru Reza mengancam akan memecatnya jika tidak Luna sendiri yang mengantarnya.
Maksud sebenarnya adalah itu hanya trik Reza agar setiap hari bisa melihat wajah Luna yang imut, menurutnya.
Hari ke hari dengan kedekatannya dengan Reza, Luna mulai menunjukan keahliannya tanpa sengaja ia perlihatkan. Reza meminta Luna untuk melanjutkan kuliahnya dengan biaya dari Reza.
Awalnya Luna menolak, dan bukan seorang Reza Wijaya jika menyerah begitu saja dengan penolakan Luna. Segala cara ia lakukan agar Luna mau melanjutkan kuliahnya.
Luna adalah gadis cerdas, ia hidup sebatang kara. Ayahnya meninggal saat usianya belia, ibunya menyusul tiga bulan tepat saat Luna mendapat surat kelulusan SMA–nya.
Banyak sekali beasiswa yang mengantri untuk Luna, akan tetapi ia berfikir panjang untuk melanjutkan pendidikannya. Ibunya sakit keras saat itu, dan Luna memilih untuk bekerja saja.
Masa lalu Luna yang diungkit Reza mampu menggoyahkan hati Luna untuk kuliah.
"Woyyyy! Bengong aja, Bill. Kenapa?" Billun, panggilan sayang Reza untuk Luna.
"Apaan sih, Mas!? Hobi banget kamu buat jantungku olahraga," jawab Luna dengan ekspresi yang membuat Reza ingin mencubit pipinya.
"Udah lama nunggunya?"
"Enggak kok, baru satu windu aku nunggu kamu."
"Ish. Semakin gemes tahu nggak?!" Reza tak tahan mencubit pipi Luna yang chubby.
"Aauuww." satu pukulan pelan dari Luna mengenai lengan Reza.
"Dahlah, ayo berangkat!"
"Kemana?"
"Kamu lupa? Jalan aja dulu, nanti kalau udah sampai pasti ingat." Luna semakin mengimutkan wajahnya yang tanpa disengajanya.
Ya, memang imut wajah Luna, gadis berusia 22 tahun yang sebentar lagi akan wisuda itu masih memiliki wajah seperti anak SMA.
"Oh ya, Mas! Nanti kalau aku sudah wisuda, kamu mau nggado apa?" tanya Luna mengawali obrolannya saat sudah berada di mobil.
"Ada deh!? Kamu maunya apa?"
"Aku sih berharap, status magangku di perusahaan kamu jadi karyawan tetap. Hihi." Semenjak Luna kuliah lalu magang, Reza mengangkatnya menjadi sekretarisnya.
"Gampang, akan aku kabulkan! Tapi aku punya satu hadiah lagi untukmu." Spontan Luna menoleh ke Reza dengan mimik wajah tanda tanya besar.
"Nanti kalau udah sampai aku kasih tahu hadiahnya," ujar Reza seakan ngerti dengan maksud Luna.
Luna memutar wajah dan celingukan melihat ke kursi mobil bagian belakang. Reza hanya tersenyum melihat tingkah Luna. Namun tetap fokus mengemudi.
"Polos banget," lirih Reza.
"Apa kamu bilang, Mas? Kamu mau ngasih aku mobil?"
"Hah? Hahaha," tawa Reza pecah seketika.
"Kuping kamu kayaknya perlu diservis deh, Lun. Aku bilangnya 'polos banget' tapi nyantolnya di kupingmu mobil, hahahaha. Nggak nyambung banget." Reza terus saja tertawa.
"Ha-ha-ha, terus aja ketawa. Kan aku ngucap mobil biar kamu jujur tadi bilang apa, kirain bilang hadiahnya. Eh, ternyata malah ngejek aku." Luna mengerucutkan bibirnya yang tipisnya.
Hampir satu jam perjalanan mereka, dan kini mereka sudah sampai. Reza memarkirkan mobilnya dan mengajak Luna menuju hamparan pasir yang sebelahnya genangan air besar. Pantai.
"Ah ya, aku ingat sekarang!? Kamu tadi malam mengajakku mantai. Hihi." Luna terkikik geli dengan dirinya sendiri yang pelupa. Reza kembali mengeluarkan senyumannya yang bisa membuat kadar gula naik.
"Sekarang katakan! Mana hadiahnya?" tagih Luna.
"Menikahlah denganku!" kini giliran tawa Luna yang pecah.
"Mas, nggak lucu tauk! Haha, prank kamu nggak mempan di aku." Luna tetap saja tertawa, meskipun hatinya juga dag-dig-dug mengharapkan.
Sebenarnya Luna pun berharap perkataan Reza tidak merupakan sebuah candaan, tapi ia segera menepis harapan itu. Gadis itu tahu diri. Kasta, harta dan tahta telah menjadi tabir cintanya kepada Reza.
Reza merogoh sesuatu di saku jas hitamnya, lalu ia melipat kedua lututnya dan bertumpu pada telapak kaki. Reza membuka sebuah kotak yang bertengger sebuah cincin berlian di dalamnya. Sederhana namun elegan.
"Salsabiluna Dewi, maukah kau menikah denganku?" Ya, Reza melamar Luna.
Seketika tubuh Luna kaku dan tangganya menjadi dingin.
"Aku serius, Luna. Baiklah akan aku ulangi sekali lagi! Salsabiluna Dewi, maukah kamu menjadi teman hidupku untuk menggapai surga?"
Lima tahun hidup hanya dengan putrinya, Ratna dikejutkan dengan kehadiran sosok pria yang membuat enggan menikah lagi. Sosok pria yang dikabarkan meninggal akibat kecelakaan lima tahun silam, dan membuat ibu mertuanya membawa salah satu putri kembarnya. Ratna disalahkan atas kecelakaan Erlang dan meninggal dunia. Lalu, saat ini. Ratna kembali berhadapan dengan Erlangga Edward–suaminya. Namun, Erlang sama sekali tidak mengenalnya.
Septia Sillaila, seorang wanita yang terjebak dua belenggu kehidupan. Pertama, ia terjebak oleh pernikahan toxic. Keluarga suaminya dan suaminya sendiri pun selalu memberikan racun pada mentalnya. Alan Yanuar Arifin, seseorang dari masa lalunya yang datang kembali dan menawarkan untuk keluar dari keluarga toxic itu dan memulai kehidupan baru. Septia menolak karena ingin mempertahankan rumah tangganya, meskipun dalam hati dia sangat ingin kembali pada Alan. Akibat penolakan Septia, Alan memilih untuk pergi menjauh. Yakni bertugas ke Lebanon untuk kembali melupakan Septia yang kedua kalinya. Hingga pada akhirnya hubungan Septia dan Helmi tetap kandas karena Helmi sudah tiga kali mentalaknya Akankah Septia dan Alan dapat bersatu? Kuy ikuti ceritanya sampai selesai !
Rumor menyatakan bahwa Fernanda, yang baru kembali ke keluarganya, tidak lebih dari orang kampung yang kasar. Fernanda hanya melontarkan seringai santai dan meremehkan sebagai tanggapan. Rumor lain menyebutkan bahwa Cristian yang biasanya rasional telah kehilangan akal sehatnya dan jatuh cinta pada Fernanda. Hal ini membuatnya jengkel. Dia bisa menolerir gosip tentang dirinya sendiri, tetapi fitnah terhadap kekasihnya sudah melewati batas! Lambat laun, ketika berbagai identitas Fernanda sebagai seorang desainer terkenal, seorang gamer yang cerdas, seorang pelukis terkenal, dan seorang raja bisnis yang sukses terungkap, semua orang menyadari bahwa merekalah yang telah dibodohi.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Istriku yang nampak lelah namun tetap menggairahkan segera meraih penisku. Mengocok- penisku pelan namun pasti. Penis itu nampak tak cukup dalam genggaman tangan Revi istriku. Sambil rebahan di ranjang ku biarkan istriku berbuat sesukanya. Ku rasakan kepala penisku hangat serasa lembab dan basah. Rupanya kulihat istriku sedang berusaha memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Namun jelas dia kesulitan karena mulut istriku terlalu mungil untuk menerima penis besarku. Tapi dapat tetap ku rasakan sensasinya. Ah.... Ma lebih dalam lagi ma... ah.... desahku menikmati blowjob istriku.
Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?