Sejak kecil, aku selalu hidup miskin. Setiap pulang sekolah, aku akan bertemu dengan pemandangan ayahku yang sibuk di dapur. Dari ingatanku yang paling awal, aku akan selalu ingat ayahku mengenakan seragam pabrik lamanya di rumah. Rambutnya seputih salju dan kulitnya sangat gelap. Dia biasanya merokok rokok murah dan mobil yang dikendarainya adalah Kijang tua yang benar-benar rusak. Terlepas dari semua kesulitan kami, ayahku mengabdikan dirinya ke dalam pekerjaannya selama 18 tahun dan membesarkanku dengan kemampuan terbaiknya, dan aku akhirnya tidak mengecewakannya karena aku berhasil masuk ke universitas yang sangat bagus. Karena aku berasal dari kemiskinan, aku harus bekerja paruh waktu untuk membayar biaya kuliah yang tinggi. Aku tahu teman sekelasku pasti memandang rendah diriku karena aku sangat miskin, tetapi aku melakukan yang terbaik untuk tidak membiarkan hal itu mengganggu pikiranku. Pada hari ulang tahunku yang ke-18, ayahku mengumumkan bahwa dia akan memberiku hadiah ulang tahun dan dia akan membawanya kepadaku secara langsung. Hari itu aku melihat ayahku dalam pandangan baru. Kepala putih salju ayahku yang kasar telah berubah menjadi hitam mengkilat. Dia telah mengganti pakaiannya yang compang-camping dengan setelan Givenchy yang mahal, dan dia bahkan memakai jam tangan Patek Philippe di pergelangan tangannya. Kijang tua sekarang menjadi Rolls Royce edisi terbatas. Aku menatap ayahku dengan mata bingung dan bertanya dengan suara tidak percaya, "Ayah, apakah keluarga kita benar-benar yang terkaya di dunia saat ini?" Ayahku mengeluarkan cerutu Maya Sicars senilai Rp 5.000.000.000, menyalakannya, dan meniup cincin asap. "Nak, aku tahu kamu telah banyak menderita selama 18 tahun terakhir, dan aku merasa malu karena aku tidak dapat memberikan lebih banyak untukmu. Aku ingin kamu mengambil seratus miliar ini sebagai uang saku terlebih dahulu. Kamu dapat memintaku lebih banyak nanti jika itu tidak cukup!
"Bisakah kamu meminjamkanku enam juta rupiah? Aku bekerja paruh waktu tahun ini. Aku akan langsung membayarmu begitu aku mendapatkan gajiku."
Garry Suteno menundukkan pandangannya ke tanah, kedua matanya dipenuhi dengan kesedihan dan ketidakberdayaan.
Yang berdiri di hadapannya adalah seorang wanita muda cantik dengan rambut panjang yang terurai jatuh di bahunya.
Garry adalah seorang pria berusia 18 tahun, dan wanita di depannya adalah Shelly Bianto. Mereka berdua adalah teman baik yang tumbuh bersama sejak kecil. Shelly juga adalah cinta pertamanya. Keduanya bersekolah di kelas yang sama sejak TK.
Garry dan Shelly bahkan berkuliah di universitas yang sama. Tapi kali ini Shelly mengambil jurusan jurnalistik, jadi dia tidak lagi berada di kelas yang sama dengan Garry.
"Pergilah, aku tidak mempunyai uang untuk dipinjamkan padamu dan aku tidak ingin melihat wajahmu lagi."
Ada seringai dingin di wajah Shelly, mata coklat gelapnya yang berbentuk seperti almond, dipenuhi dengan tatapan penghinaan dan penolakan.
Kemudian, Shelly membalikkan tubuhnya, berjalan menuju restoran keluarganya, dan membanting pintu di belakangnya.
Sebuah suara yang dingin bisa terdengar dari balik pintu yang tertutup, "Kamu selalu melakukan hal ini. Setiap kali kamu melakukan sebuah kesalahan, kamu akan datang padaku untuk meminjam uang. Menurutmu aku ini apa? Dompetmu?"
"Tidak, kamu harus mendengarkanku. Kali ini..."
Garry mencoba untuk menjelaskan.
"Sudah cukup!"
Shelly sudah tidak tahan lagi untuk mendengarkan penjelasannya dan langsung memotong perkataan Garry, "Bukankah aku baru saja memberitahumu bahwa aku tidak mempunyai uang? Pikirkan cara lain! Sekarang kamu sudah dewasa, Garry..."
Setelah mendengar perkataan Shelly, Garry merasa khawatir dan menghela napasnya dalam-dalam.
Kali ini, Garry tidak mempunyai pilihan lain selain meminjam uang.
Saat sedang berada di asrama, Garry secara tidak sengaja merusak Nintendo Switch milik teman sekamarnya yang harganya hampir enam juta rupiah. Teman sekelasnya itu menginginkan dirinya untuk membayar kerusakan itu dalam waktu seminggu.
Garry berasal dari keluarga yang miskin. Orang tuanya tinggal di kota lain dan pekerjaan mereka hanya memungkinkan mereka untuk memberinya sedikit uang saku setiap bulannya. Garry bahkan terpaksa harus membayar setengah dari biaya kuliahnya dengan melakukan pekerjaan paruh waktu di luar.
Garry menghela napas berat dan menuju ke arah kampusnya.
Dia dapat mendengar teriakan yang keras begitu memasuki kamar asramanya.
"Garry, satu minggu sudah berlalu. Apa kamu sudah menyiapkan enam juta itu untukku? Aku ingin kamu membayarku sekarang juga!"
Seorang pemuda dengan rambut bermodel belah tengah dan mengenakan pakaian yang modis sedang mencaci maki Garry dengan tidak sabar.
Pemuda ini kebetulan adalah teman sekamar Garry yang bernama Larson Fairuz. Belum lama ini, Larson membeli Nintendo Switch keluaran terbaru dan membiarkan teman sekamarnya bergantian memainkannya. Saat tiba giliran Garry untuk memainkannya, seseorang menabraknya dari belakang dan dia tidak memiliki pegangan yang kuat pada konsol game itu sehingga dia menjatuhkannya dan konsol game itu hancur berkeping-keping di lantai.
Jadi, Garry sekarang berutang konsol game baru pada Larson. Garry akan membayar utangnya, tapi untuk saat ini, dia benar-benar tidak mampu membeli sebuah konsol game baru.
"Larson, maafkan aku. Bisakah kamu memberiku lebih banyak waktu lagi? Dalam dua bulan ke depan aku akan bekerja paruh waktu, jadi aku akan menyiapkan uang untukmu saat itu. Aku benar-benar tidak mempunyai uang sekarang."
Garry menundukkan kepalanya dan meminta maaf.
"Benarkah? Kamu ingin aku memberimu lebih banyak waktu? Jika kamu tidak memiliki uang, mengapa kamu tidak memintanya pada keluargamu? Apa kamu seorang yatim piatu atau semacamnya?" tanya Larson, nada suaranya dipenuhi dengan sindiran. "Jika orang tuamu sudah meninggal, maka aku bisa memikirkan untuk memberimu lebih banyak waktu."
"Larson, kamu benar-benar sudah keterlaluan kali ini." Wajah Garry memerah karena marah.
Orang tuanya hanyalah orang biasa. Mereka sudah melakukan segala cara yang mereka bisa untuk membayar biaya kuliah dan biaya hidupnya. Bagaimana mungkin dia bisa meminta lebih banyak uang pada mereka?
"Haha, lihatlah dirimu. Kamu sangat miskin, kamu tidak mampu membelinya."
Sambil menyeringai, Larson mengarahkan jarinya ke celah di antara kakinya dan berkata mengejek Garry.
"Aku akan memberitahumu sesuatu. Jika kamu bisa merangkak di bawah kakiku, aku akan menerima kerugiannya dan aku tidak akan memintamu untuk membayarku kembali."
Menghadapi penghinaan seperti itu, Garry mengepalkan tangannya di samping sambil menggertakkan giginya, tapi karena itu jelas merupakan kesalahannya sendiri, dia tidak repot-repot melawan dan hanya memilih untuk membiarkan ejekan itu.
Sikap mengalah semacam itu malah membuat Larson bertindak semakin berani.
Dengan nada penuh penghinaan, Larson berkata, "Biar kujelaskan padamu. Aku mampu membeli selusin Nintendo Switch, tapi masalahnya, aku tidak suka barang-barangku dirusak oleh orang lain, terutama oleh orang miskin sepertimu!"
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi. "Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku. "Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Banyak orang sering mengatakan bahwa level mencintai paling tertinggi adalah merelakan, mengikhlaskan, dan membuat sosok yang menempati hati ini supaya mendapatkan kebahagiaan selalu-meskipun sumber kebahagiaan itu bukanlah kita, melainkan orang lain. Sallyana berpikir kisah cintanya akan selalu mulus dan damai, namun takdir berkata lain. Veen-pemuda itu memaksanya untuk mundur membawa perasaan yang perlahan mulai terkikis oleh rasa perih dari sebuah penolakan. Ketika Sallyana mulai berhasil mengikhlaskan dan merelakan sosok itu menghilang dari hidup maupun hatinya, takdir justru memutuskan untuk kembali mempertemukan mereka berdua dengan status dan hubungan yang sudah tidak lagi sama seperti dulu kala. Akankah Sallyana kembali mencintai Veen? Apakah takdir akhirnya mengambil keputusan untuk mempersatukan mereka berdua setelah sempat terpisah? Atau takdir justru menyandingkan Sallyana dengan pemuda yang pernah mampir dalam hatinya saat sedang menjalani proses melupakan sosok Veen?