/0/4788/coverbig.jpg?v=b2355936685eb50455db96bf23ca010e)
Mentar Khairunnafiza gadis tomboi yang bekerja sebagai reporter lapangan mengharuskan menikahi calon kakak iparnya sendiri yang sangat perfeksionis dan dingin. Dia pun tidak terlalu mengenal calon kakak iparnya itu, tetapi kakaknya selalu mendesak sebagai permintaan terakhir darinya. Sanggupkah Mentari menjalani pernikahan tanpa cinta dengan laki-laki lain, sedangkan dia masih mencintai kekasihnya?
"Say, tadi ada telepon tuh dari Jakarta, cuma aku nggak angkat," ucap Dafa teman Tari.
"Siapa sih, ganggu banget, malas ah aku kantuk mau tidur!" sahut Tari malas.
"Telepon balik saja siapa tahu penting, itu kan dari Mamah kamu?" bujuk Dafa mengingatkan.
"Ih, bawel banget persis kaya emak-emak rempong, gampang nanti saja lagi malas," jawab Tari sembari mengambil bantal untuk menutupi kepalanya.
"Fa, tolong ya nanti kalau mau keluar kunci pintunya, aku nggak mau diganggu dulu, pingin istirahat!" teriakku.
"Iya Say!" jawab Dafa tersenyum.
"Oh ya satu lagi Tar, besok kita di undang di salah satu kampus di sini, jadi nanti kita bisa meliput kegiatannya di sana, satu lagi jangan lupa telepon balik kasihan mamahmu itu," lanjut Dafa lagi.
"Iya!"
"Oh ya kamu nggak malam mingguan nih?" goda Dafa kepada sahabatnya Tari.
"Malas ah paling-paling Bang Ammar lagi sibuk dengan anak band nya malam ini!" gerutunya kesal.
"Ciyee-ciyee enak dong punya pacar anak band setiap hari bisa request lagu penghantar tidur," ucap Dafa tersenyum.
"Terus kamu mau jalan sama si doi?" tanya Tari sembari melihat Dafa yang lemah gemulai menyisir rambutnya dengan minyak rambut yang berbau menyengat.
"Iya bentar, ini juga mau siap-siap, aku tinggal nggak apa-apakan?" tanya Dafa nampak khawatir.
"Iya nggak apa-apa aku hanya kecapean saja," jawabnya sembari menarik selimutnya untuk tidur.
"Aku pergi dulu, Assalamualaikum!"
"Wa'alaikumsalam!"
Dafa pun keluar dari kamar Tari karena ingin segera bertemu pacarnya.
Sedangkan Tari menutup semua badannya dengan selimut.
Tidak terasa Tari ketiduran tanpa menghiraukan panggilan telepon masuk beberapa kali dari sang Mamah.
Tari tidur dengan pulas karena seharian melakukan aktivitas yang padat bersama Dafa sepupunya sebagai reporter lapangan.
***
Pekerjaan yang menuntutnya agar selalu tampil prima setiap saat akhirnya hari ini tumbang, Tari kelelahan sehingga ponselnya sudah berdering berkali-kali tetapi tidak diangkat.
Setelah beberapa jam matanya mulai bisa membuka perlahan-lahan, dia lirik jam sudah menunjukkan jam lima subuh.
Badan terasa remuk semua sehingga Tari enggan bangkit dari tempat tidurnya.
Dia pun mencari ponselnya yang tertutup selimut dan setelah di dapatnya betapa terkejut Tari melihat puluhan panggilan tak terjawab dari mamahnya.
Dia lupa kalau harus menelepon mamahnya sesuai pesan dari Dafa.
Buru-buru Tari menghubungi mamahnya walaupun nanti ujung-ujungnya kena marah karena sudah mengabaikan telepon beliau.
@Ibu Arumi
{Assalamualaikum}
@Tari
{Wa'alaikumsalam, Mah}
@Ibu Arumi
{Ya Allah Tari kamu apa-apaan susah betul di hubungi, kakakmu masuk rumah sakit Nak, kamu disuruh pulang sama kakakmu, dia jatuh dari kamar mandi, sekarang dia lagi ditangani oleh dokter, cepat pulang Nak}
Tari tak kuasa mendengar berita kalau kakak satu-satunya mengalami itu, dia sangat menyayanginya, apa pun yang kakaknya minta selalu dikabulkan oleh Tari adik kandungnya.
Menurutnya kakaknya lah yang selalu ada di setiap Tari merasa sedih maupun bahagia. Rasa sayang dengan kakaknya melebihi dari dirinya sendiri setelah orang tuanya bercerai dan memilih mencari keluarga lain masing-masing dengan permusuhan yang berlarut-larut.
@Ibu Arumi
{Tari! Tari! Kamu masih di sana Nak?}
@Tari
{I-iya Mah, Tari akan pulang secepatnya suruh Mbak Lani tunggu Tari ya Mah, jangan tinggalin Tari lagi}
@Ibu Arumi
{Iya makanya kamu cepat pulang segera kalau bisa hari ini}
@Tari
{Iya Mah, Tari cari tiket pulang ke Jakarta, Assalamualaikum}
@Ibu Arumi
{Wa'alaikumsalam, buruan}
Setelah menutup telepon Tari langsung mencari tiket melalui online di ponselnya, namun tiba-tiba Dafa datang ke kamar Tari yang masih berantakan dan diapun belum mandi, padahal hari ini ada tugas yang sudah menantinya di luar sana.
"Tar, boleh aku masuk?" teriak Dafa dari balik pintu kamar Tari.
"Iya masuk saja!" teriak Tari dari dalam.
Dafa membuka pintu kamar Tari yang berantakan dan melihatnya panik.
"Ada apa Tar, kenapa kamu kelihatan panik, tenang Tar, ambil napas pelan-pelan lalu buang, tenang say!" ucap Dafa menenangkan Tari yang mudah panik mendengar berita yang mengejutkan dirinya.
Dafa berpikir pasti mamahnya yang memberikan informasi berita yang membuat Tari begitu panik.
"Sekarang jelaskan kenapa menjadi panik begini, kita harus siap-siap ke lapangan hari ini kita ada tugas pergi ke salah satu kampus ternama di sini," ucap Dafa serius.
"Ta-tadi aku baru saja menelepon mamah, katanya mbak Lani masuk rumah sakit dia jatuh dari kamar mandi, sekarang tidak sadarkan diri, aku harus pulang sekarang Fa, kita harus pulang ke Jakarta, Mbak Lani sedang membutuhkanku!" teriaknya sembari menangis.
"Tenang Tar, tenang ada aku di sini ... tenang kita akan pulang hari ini, tapi mungkin sore, kita ambil penerbangan sore bagaimana?" bujuk Dafa.
"Aku maunya sekarang Fa, bukan sore!" teriaknya lagi.
"Aku ngerti Tar, tetapi ada tugas yang menanti kita, kita tidak bisa langsung pergi begitu saja dari kerjaan kita, banyak yang akan di rugikan, kamu tenang saja setelah kita berhasil meliput semua kegiatan kampus di sana, kita langsung pulang, aku janji Tar pegang janjiku ini," ucap Dafa menenangkan Tari.
"Baiklah Fa, tolong atur semuanya, aku tidak mau sampai membuat mbak Lani menunggu lama, padahal sebulan lagi mereka akan menikah, bagaimana dengan acara pernikahannya?"
"Apakah calon kakak iparku sudah tahu kalau mbak Lani masuk rumah sakit?" tanya Tari bingung.
"Mana aku tahu, mungkin sudah tahu kali, memang kamu juga belum lihat siapa calon kakak iparmu itu?" tanya Dafa penasaran.
"Lah kita kan sama-sama pergi ke luar kota, mana sempat aku lihat orangnya, bahkan aku pernah minta fotonya kata mbak Lani nggak usah biar buat kejutan gitu," jawab Tari yang juga menjadi penasaran siapa calon kakak iparnya itu.
"Mbak Lani kan di jodohkan sama anaknya teman mamah waktu kuliah, jadi perjodohan ini sama-sama asing buat mereka, baru juga tiga bulan mereka berkenalan."
"Yang aku tahu pasti orang tajir melintir, banyak perusahaannya di mana-mana, karena itu yang disukai Mamah, yang penting kaya," lanjut Tari dengan ketus.
"Ya sudah mengobrolnya nanti lagi, cepat salat setelah itu siap-siap kita ke kantor dulu mengambil peralatan dan langsung menuju ke TKP!" jelas Dafa sembari memesan tiket pulang ke Jakarta melalui aplikasi online di ponselnya.
"Nih udah aku pesan untuk tiket dua orang jam tiga sore aja yang ada, setelah selesai dari kampus kita balik ke hotel dan langsung beres-beres paling tidak acara di kampus itu jam dua belas siang sudah selesai jadi ada waktu kita berberes di hotel," jelas Dafa tersenyum.
"Terima kasih Fa, kamu memang bisa diandalkan, kamu sepupu sekaligus teman curhatku yang paling gokil," ucapnya membalas senyuman Dafa.
"Justru itu aku di sini supaya kamu kalau mengambil keputusan tidak gegabah, pantas saja mbak Lani masih ragu dengan kamu, soalnya kamu gampang panik!" sahut Dafa menjitak kepala Tari.
"Sudah aku tunggu di lobi, nanti habis waktu subuhnya!" perintah Dafa.
"Baik Bos Dafa!" jawab Tari sembari memberi hormat dan tersenyum.
Tari sedikit lega karena hari bisa pulang ke rumah melihat kakaknya, namun dia tidak tahu kalau jodoh kakaknya akan bertemu di sini juga yang berstatus calon kakak ipar Tari.
Bersambung
Rumah tangga yang seharusnya tentram, damai dan sejuk itu hanya kepalsuan. Semua cinta dan kasih sayang selama lima tahun usia pernikahanku semua adalah palsu hanya demi sebuah surat wasiat dari ayah mertuaku. Akankah aku bisa bertahan dengan semua ini atau aku lebih baik memilih bercerai darinya yang telah mengkhianatiku?
Mereka saudara kembar selalu kompak di mana saja sampai akhirnya ketika dewasa dan menemukan pendamping sesuai kriteria mereka masing-masing, disitulah untuk pertama kalinya mereka menjadi bumi dan langit. Suratman bekerja sebagai konsultan sebuah bank swasta terkemuka dan beristrikan seorang wanita penggila kerja sebagai sekretaris sebuah hotel berbintang lima. Sedangkan Suratmin hanya seorang cleaning servis di rumah makan dan beristrikan seorang Ibu Rumah Tangga saja. Dalam hal mendidik anak pun mereka berbeda, sehingga suatu hari anaknya pun yang menjadi korban.
Namanya Kayra Angrlina Atmaja putri dari seorang pengusaha terkemuka yang terkenal kejam dan disiplin. Bergelimang harta tidak membuat kehidupannya seperti putri di negeri dongeng. Seperti mengalami kutukan, sudah sekian kalinya dia bertemu jodoh, tetapi lagi-lagi dia harus menelan pil pahit lantaran tidak jadi sampai di pelaminan setelah pernah menikah tetapi telah ditinggal pergi untuk selama-lamanya dan yang ke dua di talak setelah usai ijab kabul. Gelar janda muda pun disandangnya sehingga membuatnya depresi akibat cemooh banyak orang di sekitarnya. Tuan Bima penasaran siapa dalang dari orang yang tahu kalau Kayra pernah masuk rumah sakit jiwa. Akankah Kayra bertemu jodohnya di pernikahan ketiganya?”
Dihina, dicaci maki bahkan direndahkan oleh keluarga istri terutama oleh kakak kandung bapaknya Rahayu tidak membuat Rizky marah maupun malu. Justru dia malah senang karena ada yang berani menyindirnya langsung di depan sebab keluarga besar Rizkiansyah Wiranata seorang pengusaha besar tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang tegas dan dingin. Rizky pun hijrah membuktikan dirinya kalau tanpa harta dia bisa membangun masa depannya dengan caranya sendiri walaupun dia adalah pewaris tunggal perusahaan Wiranata Group yang terkenal dengan cabangnya di mana-mana. Namun, saat tahu jika ada yang ingin mencoba melukai kedua orang tuanya dia pun kembali untuk mencari siapa dalang yang akan melukai keluarganya. Mampukah Rizky mencari siapa dalang semuanya ini, dan bagaimana Rizky melewati cobaan demi cobaan dari keluarga sang istri?
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang. Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat. “Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang. Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya. “Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla. “Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
"Kita adalah dua orang yang tak seharusnya bersama," lirih Xena pilu. Morgan menarik dagu Xena dan berdesis, "Sejak awal, kita memang sudah ditakdirkan bersama." Xena Foster terkenal dengan kehidupan glamour dan selalu berfoya-foya. Bagi Xena, dirinya tak perlu bekerja susah payah, karena selama ini gadis itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Hidup Xena memang selalu menjadi idaman para gadis di luar sana. Sempurna dan tak memiliki celah kekurangan. Namun, siapa sangka semua itu berubah di kala Xena bertemu dengan Morgan Louise—sosok pria tampan yang mampu menggetarkan hatinya, bahkan membangkitkan hasrat memilikinya. Morgan telah berhasil, membuat Xena tergila-gila pada pria itu. Sayang, perasaan cinta Xena telah terjebak pada kenyataan pahit tentang Morgan Louise. Kenyataan yang telah menghancurkannya. Bagaikan di ambang jurang, mampukah Xena bertahan? *** Follow me on IG: abigail_kusuma95
Nafas Dokter Mirza kian memburu saat aku mulai memainkan bagian bawah. Ya, aku sudah berhasil melepaskan rok sekalian dengan celana dalam yang juga berwarna hitam itu. Aku sedikit tak menyangka dengan bentuk vaginanya. Tembem dan dipenuhi bulu yang cukup lebat, meski tertata rapi. Seringkali aku berhasil membuat istriku orgasme dengan keahlihanku memainkan vaginanya. Semoga saja ini juga berhasil pada Dokter Mirza. Vagina ini basah sekali. Aku memainkan lidahku dengan hati-hati, mencari di mana letak klitorisnya. Karena bentuknya tadi, aku cukup kesulitan. Dan, ah. Aku berhasil. Ia mengerang saat kusentuh bagian itu. "Ahhhh..." Suara erangan yang cukup panjang. Ia mulai membekap kepalaku makin dalam. Parahnya, aku akan kesulitan bernafas dengan posisi seperti ini. Kalau ini kuhentikan atau mengubah posisi akan mengganggu kenikmatan yang Ia dapatkan. Maka pilihannya adalah segera selesaikan. Kupacu kecepatan lidahku dalam memainkan klitorisnya. Jilat ke atas, sapu ke bawah, lalu putar. Dan aku mulai memainkan jari-jariku untuk mengerjai vaginanya. Cara ini cukup efektif. Ia makin meronta, bukan mendesah lagi. "Mas Bayuu, oh,"
"Usir wanita ini keluar!" "Lempar wanita ini ke laut!" Saat dia tidak mengetahui identitas Dewi Nayaka yang sebenarnya, Kusuma Hadi mengabaikan wanita tersebut. Sekretaris Kusuma mengingatkan"Tuan Hadi, wanita itu adalah istri Anda,". Mendengar hal itu, Kusuma memberinya tatapan dingin dan mengeluh, "Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya?" Sejak saat itu, Kusuma sangat memanjakannya. Semua orang tidak menyangka bahwa mereka akan bercerai.