/0/12398/coverbig.jpg?v=d8390975dc2dab8507b1af21483c6d78)
Mereka saudara kembar selalu kompak di mana saja sampai akhirnya ketika dewasa dan menemukan pendamping sesuai kriteria mereka masing-masing, disitulah untuk pertama kalinya mereka menjadi bumi dan langit. Suratman bekerja sebagai konsultan sebuah bank swasta terkemuka dan beristrikan seorang wanita penggila kerja sebagai sekretaris sebuah hotel berbintang lima. Sedangkan Suratmin hanya seorang cleaning servis di rumah makan dan beristrikan seorang Ibu Rumah Tangga saja. Dalam hal mendidik anak pun mereka berbeda, sehingga suatu hari anaknya pun yang menjadi korban.
"Min, kapan anakmu lahir?" tanya Suratman saudara kembar
Suratmin dengan nada mengejek.
"Alhamdulilah, Mas, kata bidan sih tinggal menghitung
hari saja paling tidak tiga atau lima hari lagi," jawab Suratmin dengan santai
sembari membuat meja kecil dari kayu untuk di dapurnya.
"Berarti istri kamu melahirkan nanti di bidan dong?"
"Iya, nggak apa-apa, lagian nggak ada uang juga kalau harus
di rumah sakit, bayarannya mahal, nggak sanggup aku," kilahnya merendah diri.
"Iya sih kamu kan jadi OB di warung makan kecil, gajimu berapa
di sana, Min?"
"Nggak cukuplah pastinya, kalaupun ngutang nanti susah
bayarnya, apalagi sama saudara nanti pura-pura amnesia kalau ditagih, lebih
baik yang sesuai kemampuan saja, nggak usah neko-neko!" hardiknya sembari
mengejek dengan jelas.
"Iya, Mas, makanya disesuaikan
dengan kemampuan kami." Suratmin tersenyum walaupun di dalam hatinya sangat
sakit dengan perkataan saudara kembarnya itu.
"Bagus deh tahu diri juga kamu. jadi nggak menyusahkan aku,
soalnya istriku rencananya sih mau lahiran di rumah sakit kalau perlu operasi
secar biasalah mau cari tanggal yang
hoki gitu," jelasnya bersemangat.
"Ngapain operasi secar Mas, kalau masih bisa normal, kecuali
kalau memang harus jalan operasi ya mau nggak mau," tandas Suratmin menjelaskan.
"Itukan menurutmu, Min, kalau aku bedalah orang kaya itu harus
terlihat kayanya dong, jangan kayak orang miskin!" sahutnya tak mau kalah.
Senyum yang dipaksakan selalu dia lakukan lantaran agar
tidak menyinggung perasaan Suratman yang lebih kaya dari Suratmin.
Sudah sering kali Suratman merendahkan Suratmin lantaran menjadi
orang miskin baginya.
Perbincangan di hari minggu itu membuat Susi istri dari
Suratmin menitikkan air matanya ketika mendengar percakapan mereka.
Namun buru-buru dia usap air matanya dengan daster panjang
yang terlihat kusam dan banyak tambalan di mana-mana, agar tidak ketahuan oleh Suratmin kalau dia
baru saja menangis.
Susi kembali ke dapur
untuk memasak makan siang. Hanya goreng tempe, sambal terasi dan tumis kangkung
membuat aroma masakan yang dibuat oleh Susi menyeruak sampai keluar.
Penciuman hidung Suratman sangat tajam sampai tak terkendalikan
sehingga perutnya selalu berbunyi. Di saat itu juga istri Suratman yaitu Siska
ikut datang ke rumah kontrakan kecil milik Suratmin.
Sudah hal lumrah untuk pasangan suami istri ini yang mereka
bilang orang kaya itu setiap hari selain hari Jum'at mereka akan datang entah
pagi, siang ataupun malam ke rumah kontrakan
Suratmin.
Apalagi kalau bukan minta makan, padahal Suratmin juga dalam kekurangan bahkan tidak pernah dia meminta
apapun, tetapi Suratman dan istrinya tetap tidak peka dengan keadaan.
"Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumsalam!"
"Eh Mbak Siska, mau jemput Mas Suratman ya?" tanya Suratmin tersenyum renyah ketika selesai membuatkan meja kayu untuk istrinya.
"Biasalah, hari Minggu main-main ke rumah saudara, nggak
apa-apa kan?" balasnya dengan santai.
"Berarti aku juga bisa main-main ke rumah sampean toh?"
tanya Suratmin semringah.
"Ngapain ke rumah nggak ada apa-apa di sana, lagian kalau di
sini kan ada makanan, tuh sepertinya istrimu sudah selesai masak, ayuk kita
makan," ajak Suratman dan langsung masuk ke dalam tanpa di suruh.
"Ayuk, Mbak silakan masuk!" ajak Suratmin tersenyum yang
dipaksakan.
"Wah dengan senang hati, dong," jawabnya dan langsung
menyelonong ke dalam.
Sampai di dapur, Susi yang selesai masak pun langsung menghidangkan
makanan diatas dipan yang terbuat dari kayu.
Nasi yang masih panas mengepul dengan baunya yang wangi,
ditambah sambal terasi yang menggugah selera.
Mereka pun sudah duduk menghadap makanan yang disajikan
Susi.
"Loh, Mas dan Mbak mau numpang makan lagi, kenapa nggak makan di rumah?" tanya Susi yang mulai kesal dengan tingkah mereka.
"Kamu kan tahu Mbakmu ini malas masak, lagian pembantu kalau
masak itu-itu saja, bosan nggak ada variasinya, beda sama kamu selalu
ganti-ganti walaupun hanya tempe saja," kilah Suratman yang sudah tidak sabar
ingin menyantap makanan yang ada didepannya.
"Ya belajar dong, Mbak, sebentar lagi mau lahiran juga terus
siapa yang mengurus, Mbak nanti?" tanya Susi kepada Siska.
"Aku belum ngambil cuti sayangkan uangnya, nanti tunggu dua
atau tiga harilah, baru aku rehat dan kita mau pakai baby sister aja, aku kan
wanita karier ya bedalah sama kamu yang Cuma rebahan saja nggak ada kegiatan,"
sahutnya dengan nada menyinggung.
Tak lama kemudian Suratmin datang dan ikut bergabung duduk
di antara mereka.
"Ayuk, cepatan toh, aku sudah lapar nih!" ucapnya dengan
cepat tangannya mengambil nasi itu sudah berpindah cepat dipiringnya.
"Sus, kamu kok masak sedikit amat, jangan pelit-pelit sama
keluarga, nanti nggak berkah loh!" ucapnya sembari melahap makanan itu dengan
lahap begitu juga dengan Siska istrinya tanpa malu-malu dai pun menambah porsinya
dengan alasan harus makan yang banyak karena hamil.
Mendengar ucapan Suratman, Susi kembali terhenyak dan
membuat selera makannya berkurang.
"Loh bukannya kalian ya yang pelit, buktinya makan terus di
sini gratis pula, kan duit banyak tinggal telepon pesan makanan terus datang
lalu bayar, ngapain toh susah-susah ke sini!"
"Berasku tinggal sedikit, Mas, yang jatahnya cukup untuk
sebulan, eh malah nggak cukup, harusnya tahu diri dong!" ejek Susi tetapi
mereka pun tetap tidak memedulikan omongan Susi, karena masih menikmati
makanannya sehingga semua yang disajikan tadi ludes seketika tidak menyisakan
Suratmin.
"Wah enak sekali makananmu Sus, sampai lupa nggak nyisakan
makanannya!" ucap Suratman dengan enteng.
"Kalau mau makan banyak sini, mana uangnya biar aku buatkan
lagi kayak tadi dan bisa sampean bawa pulang makan di rumah kalian saja!" ucap
Susi sembari mengulurkan tangannya untuk minta uang.
"Lah, aku nggak ada uang kecil, adanya juga uang merah semua,
kalau kasih kamu yang untung kamu dong, makanan seperti ini nggak nyampe tiga
puluh ribu juga nanti mau minta angsulannya bilang nggak ada kembaliannya,
orang miskin kan selalu mencari kesempatan dalam kesempitan!" rutuknya membuat
Susi bertambah kesal.
"Ya Allah, Mas nggak apa-apa, aku belikan di warung tunggu
sini nanti uang kembaliannya tak kasih sampean lagi, bagaimana?"
"Alah itu akal-akalan kamu saja, nanti kalau kamu
lebih-lebihkan harga di warung bagaiamana bilang beli kangkung harganya cuma
tiga ribu seikat nanti kamu bilang lima ribu, tekor dong aku!" hardiknya kesal.
"Kalau begitu sama-sama ke warung supaya tahu harga semua
kebutuhan yang di beli, bagaimana?" usul
Suratmin padahal dia sudah tahu jawabnnya.
"Nggak lah, aku malas kayak gitu, aku ini orang kaya, malu
lah belinya kok gituan, nggak level!" tolaknya.
"Ya sudah biar Mbak Siska saja yang ke warung, nanti biar
aku yang masakan, bagaimana ini alternatif terakhir loh!" ucap Susi yang hampir
putus asa mendengar alasaan demi alasan yang dibuatnya.
"Aku kamu suruh ke warung nggak ah ... nggak mau, nggak
level dengan warung kotor, bau, banyak kumannya ... iiihhh!" Siska mendelik
jijik saat membayangkan pergi ke warung dengan memakai sandal uang harganya
bisa mencapai satu juta rupiah itu.
Suratmin yang mendengarnya hanya biaa tertawa kecil
menampilkan deretan giginya yang putih, sedangkan Susi hampir kehilangan cara
untuk membuat mereka mengerti tetapi dia tidak ingin selalu dikelabui oleh
mereka yang bergelar sultan itu.
"Loh Mbak ini bagaimana sih, masakan yang aku buat itu dari
sana loh, yang Mbak bilang bau, kotor, banyak kumannya, berarti masuk ke perut
bahaya dong?" ejek Susi.
"Ya nggak lah, buktinya kamu dan Suratmin makan juga, nggak
ada masalah tuh, baik-baik saja!" jawabnya lagi dengan santai.
"Huh ... tenang Susi, tenang ... sabar ... aku harus banyak
istighfar kalau menghadapi mereka, untungnya aku tidak menikah dengan Suratman,
bisa pusing kepala aku dibuatnya tiap hari," gerutunya dalam hati.
"Baiklah, kalian seperti benalu kok di rumah orang miskin,
benalu itu di rumah orang kaya, ini nggak bisa dibiarin , pokoknya aku akan membuat mereka nggak ke sini lagi pelitnya
minta ampun malah kita lagi yang dibilang pelit!" rutuknya dengan kesal.
Rumah tangga yang seharusnya tentram, damai dan sejuk itu hanya kepalsuan. Semua cinta dan kasih sayang selama lima tahun usia pernikahanku semua adalah palsu hanya demi sebuah surat wasiat dari ayah mertuaku. Akankah aku bisa bertahan dengan semua ini atau aku lebih baik memilih bercerai darinya yang telah mengkhianatiku?
Namanya Kayra Angrlina Atmaja putri dari seorang pengusaha terkemuka yang terkenal kejam dan disiplin. Bergelimang harta tidak membuat kehidupannya seperti putri di negeri dongeng. Seperti mengalami kutukan, sudah sekian kalinya dia bertemu jodoh, tetapi lagi-lagi dia harus menelan pil pahit lantaran tidak jadi sampai di pelaminan setelah pernah menikah tetapi telah ditinggal pergi untuk selama-lamanya dan yang ke dua di talak setelah usai ijab kabul. Gelar janda muda pun disandangnya sehingga membuatnya depresi akibat cemooh banyak orang di sekitarnya. Tuan Bima penasaran siapa dalang dari orang yang tahu kalau Kayra pernah masuk rumah sakit jiwa. Akankah Kayra bertemu jodohnya di pernikahan ketiganya?”
Dihina, dicaci maki bahkan direndahkan oleh keluarga istri terutama oleh kakak kandung bapaknya Rahayu tidak membuat Rizky marah maupun malu. Justru dia malah senang karena ada yang berani menyindirnya langsung di depan sebab keluarga besar Rizkiansyah Wiranata seorang pengusaha besar tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang tegas dan dingin. Rizky pun hijrah membuktikan dirinya kalau tanpa harta dia bisa membangun masa depannya dengan caranya sendiri walaupun dia adalah pewaris tunggal perusahaan Wiranata Group yang terkenal dengan cabangnya di mana-mana. Namun, saat tahu jika ada yang ingin mencoba melukai kedua orang tuanya dia pun kembali untuk mencari siapa dalang yang akan melukai keluarganya. Mampukah Rizky mencari siapa dalang semuanya ini, dan bagaimana Rizky melewati cobaan demi cobaan dari keluarga sang istri?
Mentar Khairunnafiza gadis tomboi yang bekerja sebagai reporter lapangan mengharuskan menikahi calon kakak iparnya sendiri yang sangat perfeksionis dan dingin. Dia pun tidak terlalu mengenal calon kakak iparnya itu, tetapi kakaknya selalu mendesak sebagai permintaan terakhir darinya. Sanggupkah Mentari menjalani pernikahan tanpa cinta dengan laki-laki lain, sedangkan dia masih mencintai kekasihnya?
Amora Nouline selalu dibanding-bandingkan oleh sang ibu dengan kakak perempuannya sendiri bernama Alana Nouline! Dalam hal apapun Alana selalu unggul dari Amora, membuat sang Ibu lebih menyayangi Alana dibandingkan dengan Amora. Ketika dihadapkan dengan posisi sang ayah yang sakit parah dan memerlukan biaya rumah sakit yang tidak sedikit, Ibu dan kakak Amora sepakat untuk membujuk agar Amora menjual dirinya demi pengobatan sang ayah. Dengan hati teriris perih, terpaksa dan penuh ketakutan, Amora akhirnya menuruti keinginan ibu dan kakaknya demi kesembuhan sang ayah! Sialnya, malam itu laki-laki yang membeli Amora adalah seorang mafia dingin yang meskipun wajahnya teramat tampan namun wajah itu terlihat sangat menakutkan dimata Amora.
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Bima tak menyangka, jika seorang gadis yang dia tolong seminggu yang lalu akan menjadi ibu susu anaknya. Dia adalah Jenny, seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang masih berstatus pelajar SMA. Namun, entah alasan apa, diumurnya yang masih terbilang muda gadis itu sudah mengandung. Apa mungkin karena salah pergaulan? Atau justru memang dia sudah menikah? Semakin lama dilihat, Jenny semakin mempesona. Hingga membuat seorang Bima Pradipta yang masih berstatus suami orang menyukainya. Dan suatu ketika, sebuah insiden kesalahan pahaman membuat keduanya terpaksa menikah dan menjadikan Jenny istri kedua Bima. Akankah pernikahan mereka abadi? Lalu, bagaimana dengan Soraya istri pertama Bima? Akankah dia terima dengan pernikahan kedua Bima? Atau justru dialah yang terlengserkan? “Setelah kita menikah, aku akan menceraikan Raya, Jen!” Bima~ “Kalau begitu Bapak jahat namanya, masa Bu Raya diceraikan? Aku dan dia sama-sama perempuan, aku nggak mau menyakitinya!” Jenny~
"Bagaimana mungkin seorang dokter spesialis kesuburan justru mandul?!" Felicia Hera adalah seorang dokter yang sudah berhenti bekerja semenjak menikah dan fokus mengabdi kepada suaminya. Namun, Felicia tidak kunjung dapat memberikan anak hingga suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Dia bahkan menceraikan Felicia. Pada saat yang sama, Felicia kembali meniti karir kedokterannya dan pasien pertamanya justru mengajak Felicia untuk berhubungan demi membuktikan kesuburan Felicia. Hingga tepat setelah melakukannya, Felicia menghilang. Lima tahun kemudian, Felicia kembali ke tanah air membawa seorang anak perempuan yang cantik jelita. Hingga masalah datang saat ternyata direktur di rumah sakit barunya adalah ayah dari anaknya! Bagaimana Felicia menyembunyikan identitasnya? Tahukah dia, bahwa pria dingin itu telah memburu Felicia selama lima tahun terakhir?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?