Seorang pemuda yang pergi meninggalkan keluarganya karena difitnah dan dituduh telah melukai kedua saudaranya. Pemuda itu marah akan sikap keji keluarganya terhadap dirinya. Keluarganya lebih mempercayai video dari pada mempercayai dirinya. Bagaimana kisah pemuda itu setelah pergi dari rumah? Dan bagaimana kehidupan selanjutnya untuk keluarganya setelah kepergian putra, adik dan kakaknya dari rumah? Yuk... Baca ceritanya.
[KEDIAMAN SMITH]
[Ruang Tengah]
Saat ini seluruh anggota keluarga Smith berkumpul bersama di ruang tengah. Keadaan mereka sekarang ini benar-benar kacau.
Awalnya mereka selalu bersama-sama dan selalu kompak. Mereka selalu tersenyum, bersenda gurau dan juga jahil. Tapi kini hubungan mereka semua merenggang. Mereka lebih memilih dengan berdiam diri di kamar masing-masing. Mereka akan keluar disaat waktunya sarapan, makan siang dan makan malam.
Semenjak kepergian salah satu anggota keluarga mereka, lebih tepatnya kepergian kesayangan mereka. Hal itu sukses membuat mereka kehilangan arah dan kehilangan kebahagiaan. Tidak ada lagi senyuman. Tidak ada keceriaan. Tidak ada kejahilan. Tidak ada lagi lelucon-lelucon yang selalu mereka lontarkan. Semuanya telah sirna.
Sejujurnya dalam hati mereka, mereka sebenarnya tidak menginginkan semua ini terjadi. Mereka tidak ingin putra, adik, keponakan dan kakak yang sangat disayangi pergi meninggalkan mereka semua.
Kepergiannya dikarenakan ego dan kemarahan mereka yang begitu besar padanya membuat mereka harus kehilangannya.
Mereka berkumpul di ruang tengah saat ini, dikarenakan mereka melihat Darka yang menangis sembari tangannya mengelus sebuah bingkai foto. Foto tersebut adalah foto adik kesayangannya yaitu Darrendra Smith.
"Hiks.. Darren.. kakak sangat merindukanmu. Maafkan kakak. Seandainya saat itu kakak bangunnya lebih cepat dan tidak koma. Mungkin kamu masih berada di rumah ini bersama kakak.. hiks."
"Darka," panggil Davin. Sedangkan yang dipanggil tidak memberikan balasan apapun.
"Darka." kali ini Andra yang memanggilnya sembari mengelus lembut rambut Darka
"Jangan sentuh aku. Aku tidak mau tanganmu menyentuhku." Darka berucap ketus dan kasar
"Darka!" teriak mereka semua
"Darka. Kau kenapa? Kenapa kau seperti ini?" tanya Andra
"Tanpa aku menjawab pertanyaan murahan darimu. Kau sudah tahu jawabannya." Darka menjawab dengan nada ketus dan matanya yang masih fokus menatap wajah adik kesayangannya di bingkai foto
"Apa kau membenci kami juga, Darja?" tanya Dzaky
"Aku sangat.. sangat membenci kalian. Bahkan kebencianku ini lebih besar dari pada kebencian Darren pada kalian semua. Kalian sudah membuatku berpisah dengan adik kesayanganku. Kalian manusia yang tidak memiliki hati. Kalian itu iblis!" ucap Darka tanpa melihat kearah anggota keluarganya
"Darka. Kami akui kalau kami semua ini salah. Tapi tidak bisakah kau tidak ikut membenci kami juga?" mohon Adnan
"Cukup kami tersakiti akan kebencian Darren selama enam bulan ini. Kami mohon padamu jangan ikut-ikutan membenci kami." Davin memohon pada Darka
"Itu urusan kalian dengan Darren. Aku mau membenci kalian, itu hakku!" jawab Darka ketus
"Ayolah, sayang. Jangan seperti ini. Papa tidak sanggup harus dibenci oleh dua putra Papa sekaligus. Ditambah lagi kalian bertujuh bersaudara. Kau dan Darren yang paling muda serta kalian berdua adik kesayangan dari lima kakak-kakakmu!"
"Aku tidak peduli," jawab Darka
"Darka," Lirih Erland
"Kalian itu munafik, egois, pecundang dan pengecut. Saat kejadian itu kalian semua bungkam. Tidak ada yang bersuara. Satu pun diantara kalian tidak ada yang membela Darren. Apa masih pantaskah kalian disebut sebagai seorang kakak, hah?!" bentak Darka yang kini menatap tajam kelima saudaranya dengan mata yang memerah.
Lalu pandangan teralih menatap kedua orang tuanya. "Dan kalian berdua dengan teganya menampar Darren saat itu. Padahal selama ini kalian tidak pernah melakukan hal itu padanya. Dan kalian juga tahu bahwa Darren itu tidak bisa dikerasi atau pun dikasari. Tapi kalian justru melupakan fakta tersebut. Aku berharap, Darren tidak mengetahui bahwa Mama bukan Mama kandung kami. Hanya kamilah yang tahu kebenarannya." Darka berbicara dengan penuh amarah dan akhirnya air matanya mengalir membasahi pipinya
"Seharusnya kalian jujur dan ceritakan semuanya padaku. Mungkin kalau kalian cerita, aku akan memakluminya dan berusaha mengerti akan sikap kalian pada Darren saat itu. Dan aku juga tidak akan membenci kalian seperti sekarang ini," ucao Darka.
Setelah mengatakan semua itu, Darka pergi meninggalkan anggota keluarganya yang terdiam menuju kamarnya di lantai dua.
Setelah kepergian Darka ke kamarnya. Mereka tiba-tiba menangis. Mereka menangis mengingat perlakuan mereka pada Darren, sehingga membuat Darren pergi meninggalkan rumah dan memutuskan semua hubungan dengan mereka.
"Darren. Putra papa," batin Erland
"Darren," batin Davin, Andra, Dzaky, Adnan dan Gilang
"Darren. Maafkan Mama, sayang." Agneta menangis kala mengingat perlakuannya pada Darren
[RUMAH MEWAH DARREN]
Darren saat ini sedang bersantai di ruang tengah. Dirinya saat ini sedang malas bergerak, apalagi untuk keluar rumah. Darren menyerahkan semua tugas-tugas kepada para kacung-kacungnya yang tak lain adalah sahabat-sahabatnya sendiri.
Sahabat-sahabatnya itu selalu ada untuknya. Setiap dirinya menangis, setiap dirinya kesulitan dan disaat dirinya butuh sandaran. Darren benar-benar bersyukur memiliki sahabat-sahabat seperti mereka.
Di rumah mewahnya itu tergantung sebuah lukisan yang begitu indah. Lukisan itu adalah lukisan wajah ibu kandungnya. Darren mendapatkan foto ibu kandung itu di sebuah buku diari milik Davin, kakak sulungnya. Darren memang sengaja mengambilnya saat itu hanya untuk sekedar ingin mencetak ulang foto tersebut dan juga ingin melukis wajah ibunya. Setelah itu, Darren mengembalikan foto itu pada tempat semula.
"Ma," ucap Darren saat melihat lukisan ibunya
DRTT!!
DRTT!!
Ponsel milik Darren berbunyi. Darren langsung mengambilnya dan melihat nama 'Jerry' di layar ponselnya. Darren pun langsung menjawab panggilan tersebut
"Hallo, Jerry."
"Hallo, Ren. Kau di mana?"
"Aku di rumah. Kenapa?"
"Bisa ke Shoowroom BMW (BAMXY)?"
"Sekarang?"
"Iya, Sekarang."
"Apa harus?"
"Darrendra Smith!" teriak Jerry
"Jangan panggil namaku dengan menggunakan marga brengsek itu," Ucap Darren dengan nada yang sedikit tinggi
"Sorry, Ren. Aku tidak sengaja. Benaran."
Darren dapat mendengar nada menyesal Jerry. Darren menjadi tidak enak karena sudah berbicara sedikit keras padanya.
"Maafkan aku juga. Seharusnya aku tidak marah dan berbicara seperti itu padamu. Aku seperti ini karena aku tidak ingin mengingat mereka lagi."
"Iya, Ren. Aku mengerti. Maafkan aku, ya."
"Ya, sudahlah. Jangan diperpanjang. Lagian aku tahu kok, kalau kau itu tidak sengaja. Oh iya. Ada hal apa kau menyuruhku datang ke Shoowroom?"
"Ada dua perusahaan besar yang mewakili masing-masing asistennya. Mereka ingin minta di buat sebuah mobil baru."
"Apa kau, Axel dan Dylan tidak bisa menghandle nya?"
"Bukan tidak bisa. Tapi mereka ingin bertemu denganmu langsung. Dan lagiankan kau yang memegang tugas sebagai perancang mobil yang memiliki kualitas dan kemampuan membuat desain mobil yang bagus."
"Eemm!! Baiklah. Aku akan segera kesana. Dua puluh menit aku sudah disana."
"Baiklah. Aku tunggu."
TUTT!!
TUTT!!
"Aish! Gagal deh untuk santai-santai hari ini." gerutu Darren, lalu beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya.
18+, hampir tiap bab memiliki unsur kedewasaan, jadi tidak di peruntukan pembaca di bawah 18 tahun ke bawah. Cerita ini berlatar belakang seorang mahasiswa yang memiliki prestasi cukup lumayan. Iapun hanya seorang pria yang memiliki perekonomian yang tidak terlalu mendukung, namun bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, di karenakan ia memiliki kecerdasan hingga dia bisa mendapatkan beasiswa. Awalnya ia tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi pria yang di lirik banyak wanita, berhubung parasnya tidak terlalu mendukung. Namun sepeninggalnya sahabat terbaiknya, di saat itulah dia mendapatkan semuanya.
Selama dua tahun, Brian hanya melihat Evelyn sebagai asisten. Evelyn membutuhkan uang untuk perawatan ibunya, dan dia kira wanita tersebut tidak akan pernah pergi karena itu. Baginya, tampaknya adil untuk menawarkan bantuan keuangan dengan imbalan seks. Namun, Brian tidak menyangka akan jatuh cinta padanya. Evelyn mengonfrontasinya, "Kamu mencintai orang lain, tapi kamu selalu tidur denganku? Kamu tercela!" Saat Evelyn membanting perjanjian perceraian, Brian menyadari bahwa Evelyn adalah istri misterius yang dinikahinya enam tahun lalu. Bertekad untuk memenangkannya kembali, Brian melimpahinya dengan kasih sayang. Ketika orang lain mengejek asal-usul Evelyn, Brian memberinya semua kekayaannya, senang menjadi suami yang mendukung. Sekarang seorang CEO terkenal, Evelyn memiliki segalanya, tetapi Brian mendapati dirinya tersesat dalam angin puyuh lain ....
BACAAN KHUSUS DEWASA Siapapun tidak akan pernah tahu, apa sesungguhnya yang dipikirkan oleh seseorang tentang sensasi nikmatnya bercinta. Sama seperti Andre dan Nadia istrinya. Banyak yang tidak tahu dan tidak menyadari. Atau memang sengaja tidak pernah mau tahu dan tidak pernah mencari tahu tentang sensasi bercinta dirinya sendiri. Seseorang bukan tidak punya fantasi dan sensasi bercinta. Bahkan yang paling liar sekalipun. Namun norma, aturan dan tata susila yang berlaku di sekitranya dan sudah tertanam sejak lama, telah mengkungkungnya. Padahal sesungguhnya imajinasi bisa tanpa batas. Siapapun bisa menjadi orang lain dan menyembunyikan segala imajinasi dan sensasinya di balik aturan itu. Namun ketika kesempatan untuk mengeksplornya tiba, maka di sana akan terlihat apa sesungguhnya sensasi yang didambanya. Kisah ini akan menceritakan betapa banyak orang-orang yang telah berhasil membebaskan dirinya dari kungkungan dogma yang mengikat dan membatasi ruang imajinasi itu dengan tetap berpegang pada batasan-batasan susila
Kaluna Evelyn sudah menikah Dengan Eric Alexander Bramastyo selama kurang lebih 10 tahun. Namun, Eric sama sekali tidak mencintai Luna. Ia memiliki kebiasaan yang sering bergonta-ganti wanita. Itulah yang menyebabkan Luna semakin sakit hati, namun ia tidak bisa bercerai dengan Eric karena perjanjian kedua keluarga. Ditengah keterpurukannya, ia mengalihkan rasa sakit hatinya kepada minuman keras. Dan disaat, ia mabuk, ia melakukan kesalahan dengan tidur bersama ayah mertuanya sendiri. Seorang pria dewasa bernama Brian Edison Bramastyo. Yang tidak lain dan tidak bukan, adalah ayah dari Eric sendiri. Brian yang berstatus duda, tidak bisa berkutik ketika Luna mulai menggodanya karena pengaruh minuman keras. Dan setelah kesalahan di malam itu, Luna dan sang papa mertua saling mengulangi kesalahan nikmat yang sama. Brian yang mampu memberikan nafkah batin pada Luna, harus menahan rasa perih karena mengkhianati putranya sendiri, dan menjadi tidak bermoral karena bermain gila dengan sang menantu. Namun apa boleh buat, semua sudah terlanjur dan mereka berdua sama-sama kesepian. Hubungan mereka tetap berlanjut, hingga akhirnya Eric mengetahui hubungan mereka dan menceraikan Luna. Namun, beberapa waktu kemudian, diketahui bahwa alasan Eric menceraikan Luna adalah dia sudah menghamili kekasihnya, yang bernama Bianca. Mereka menjalani hidup masing-masing. Eric pergi jauh dari kehidupan Brian dan Luna. Brian dan Luna pun memilih untuk bersama.
"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"