Koh Ho Ming adalah seorang kakek tua berdarah china. Ia merupakan majikan ibu Diandra. Ia percaya bahwa Diandara adalah perwujudan tokoh dalam legenda Perempuan Naga, yang memiliki kekuatan spiritual di balik keindahan wujudnya. Segala keistimewaan Diandra sudah terlihat sejak ia masih kecil. Oleh sebab itu, Koh Ho Min yakin Diandra adalah titisan Dewi Kesayangan Langit. Mampukah Diandra menghadapi segala ujian hidup dan tragedi yang akan menimpanya? Ikuti perjuangan hidup si gadis yatim piatu DIANDRA untuk meraih segala kesuksesannya di masa depan, dibumbui erotika cinta yang cantik sekaligus romantika yang rumit.
BOCAH BENGAL vs AYAH PENGANGGURAN
"Anakmu itu bukan bocah biasa. Percayalah! Aku benar-benar dapat melihatnya! Jaga dia baik-baik! Kelak kamu akan tau apa maksudku!" ujar Koh Ho Ming tanpa mengalihkan pandangan mata dari beberapa anak yang tengah asyik bermain-main di halaman rumahnya yang cukup luas dengan dinaungi beberapa pohon jambu air dan mangga yang membuat halaman rumahnya terasa teduh.
Suasana teduh itulah yang membuat anak-anak seringkali bermain-main disana. Tapi tatapan mata Koh Ho Ming tak pernah lepas dari sosok gadis kecil berwajah manis dengan rambut panjangnya yang dikepang dua, dengan hiasan pita berwarna kuning cerah, yang tengah berlarian dan sesekali dengan lincah menghindari sergapan teman mainnya.
Beberapa kali kekehan tawa rendah lolos dari bibir keriputnya yang dinaungi kumis lebat yang telah memutih itu. Sementara Sardi, ayah Diandra gadis kecil yang sedari tadi menjadi pusat perhatian Koh Ho Ming majikan istrinya itu cuma mengangguk mengiyakan. Padahal dia sendiri tak tahu arti perkataan China tua yang tengah duduk di depannya itu.
Dalam hati, ia cukup mengiyakan dan manggut-manggut supaya majikan istrinya itu merasa senang, yang tentu saja akan memudahkan segala urusan yang berhubungan dengan Koh Ho Ming. Sesekali tangannya menjumput bakpia dalam toples yang tadi disuguhkan Cik Melly, istri Koh Ho Ming sebelum berangkat ke toko kelontong dimana istrinya Halimah bekerja sebagai pramuniaga di sana.
Pandangan mata Koh Ho Ming kembali terpusat pada papan catur di depannya dan mulai melanjutkan permainannya. Sementara Sardi memperhatikan arah langkah anak catur yang di gerakkan Koh Ho Ming dengan serius sambil berpikir akan langkah selanjutnya. Untungnya ia cukup bisa mengimbangi permainan catur majikan istrinya itu, yang tentu saja akan menambahkan nilai baginya untuk lebih mendekatkan diri pada orang yang terbilang cukup kaya di daerah tempat tinggalnya itu.
Bukan tanpa alasan jika ia berusaha mendekati Koh Ho Ming, sudah hampir empat bulan ia nganggur tanpa pekerjaan. Ia berharap jika nantinya ia bisa mendapatkan pekerjaan sebagai sopir pada perusahaan jasa angkutan yang dikelola Andreas, putra sulung Koh Ho Ming. Atau bekerja sebagai sopir pribadi Benny putra kedua Koh Ho Ming yang memiliki usaha penginapan di kota Malang.
Koh Ho Ming sudah berjanji akan membujuk salah satu anaknya untuk menerima Sardi bekerja. Ia hanya menunggu jika sewaktu-waktu salah satu dari mereka pulang menjenguk orang tuanya yang kini hanya tinggal berdua di rumah besar bergaya kolonial itu ditemani seorang ART saja. Sebenarnya Sardi merasa kurang puas dengan jawaban Koh Ho Ming itu, tapi ya mau gimana lagi posisinya bukan berada pada yang dibutuhkan. Tapi justru yang sedang membutuhkan.
Ditengah permainan, tiba-tiba terdengar jerit kesakitan seorang anak yang tadi tengah asik berlarian bermain-main di halaman.
Tergopoh- gopoh Sardi berdiri dan beranjak ke tempat dimana terlihat seorang anak lelaki telah jatuh telentang ditanah dengan tubuh Diandra berada diatas perut anak lelaki itu dengan pandangan murka. Sebelah tangannya merenggut keras rambut jambul lawannya sementara sebelahnya lagi telah mengepal siap untuk dihantamkan diwajah anak lelaki yang tengah didudukinya itu. Sementara anak-anak yang lain segera minggir dengah wajah ketakutan.
"Dian! HENTIKAN!!" Sardi buru-buru mengangkat tubuh mungil putrinya dari atas tubuh lawannya. "Apa yang kamu lakukan!" gemas dibawanya Diandra menjauh.
"Dia yang mulai Yah, dia jegal kakiku ... Lihat lututku berdarah karena jatuh gara-gara dia!" geram Diandra menunjuk lawannya yang tengah beringsut berdiri lalu lari terbirit-birit ketakutan.
"Ayah sudah bilang, kamu itu perempuan! Jangan bertingkah kasar! Memangnya siapa yang ngajarin kamu bertingkah seperti tadi, Hah!" jengkel dijewernya telinga Diandra yang justru melotot marah padanya. "Ayo kita pulang!" ujar Sardi seraya menyeret tubuh kecil Diandra menuju rumah petak yang terletak tak jauh dari rumah Koh Ho Ming.
"Saya pulang dulu Koh! Maaf nanti kita lanjutkan permainan kita." pamitnya yang dijawab dengan anggukan kepala.
"Jangan lupa dengan apa yang ku katakan tadi, Sar!" serunya ditengah-tengah kekehan tawa.
Gadis kecil yang istimewa. Batinnya sambil membereskan papan catur yang baru berjalan setengah mainan itu.
***
Jelang jam tiga sore, Koh Ho Ming menggantikan tugas istrinya di toko kelontong miliknya yang berada di pinggir jalan raya depan gang rumahnya. Sepintas dilihatnya, Halimah sedang menata beberapa barang dagangan di dalam stockist sekaligus menulis pembukuannya. Halimah termasuk salah satu dari tuga orang pegawainya yang terpercaya.
Dibalik penampilannya yang sederhana, dia adalah orang yang cepat tanggap, rajin dan mudah untuk diajari. Ia juga memiliki sifat jujur dan setia. Hal itu yang membuat Koh Ho Ming mempercayakan beberapa tugas penting di toko yang menyangkut masalah keuangan, serta keluar masuknya barang dagangan.
Koh Ho Ming dan istrinya juga acapkali mempercayakan meja dan laci kasir padanya jika sewaktu-waktu ada keperluan mendadak yang harus mereka kerjakan. Dan setelah hampir empat tahun bekerja, tak sekalipun Halimah mengecewakan mereka.
Tapi, terhadap Sardi, suami Halimah, Koh Ho Ming agak kurang mempercayainya. Instingnya mengatakan ada suatu ganjalan baginya untuk mempercayai ketulusan Sardi pada keluarganya. Ia tau, ada suatu tujuan tertentu kenapa Sardi begitu bersemangat untuk mendekatinya.
"Masih banyak yang musti kau kerjakan, Limah?" tanyanya setelah menduduki kursi dibalik meja kasir tak jauh dari tempat Halimah melakukan tugasnya.
"Tinggal satu dus susu formula, Koh! Tadi pagi baru dikirim suplayer sementara yang di stockist sudah hampir habis. Harus segera dikeluarkan, daripada banyak pelanggan yang batal belanja. Produk ini banyak peminatnya." jawab Halimah tanpa menoleh karena sibuk menata serta mencatat jumlah barang yang dikeluarkannya dari gudang.
"Baiklah, lanjutkan saja. Kalau sudah selesai pulanglah dulu untuk menjemput Diandra!"
"Kenapa, Koh?"
"Sore ini sebaiknya Diandra kau bawa ke sini."
"Saya sebenarnya segan untuk membawa Diandra disini, Koh. Tingkahnya banyak sekali, saya takut dia bikin masalah. Nanti malah merepotkan."
"Aku akan mengawasinya selama kamu sibuk," kata Koh Ho Ming setengah memaksa.
"Sebaiknya biarkan Diandra di rumah dengan ayahnya. Biar saya lebih tenang bekerja." jawab Halimah sambil bangkit membereskan kardus kosong yang isinya sudah ia pindahkan ke stockist.
"Aku justru tak percaya suamimu bisa menjaga Diandra dengan benar!" sungut Koh Ho Ming sambil memeriksa pembukuan yang diserahkan Halimah.
"Memangnya kenapa Koh?"
"Sudahlah, pulanglah sebentar siapkan Diandra lalu ajak ke sini. Jangan lupa bawa tas sekolahnya, dia harus tetap mengerjakan tugas sekolahnya nanti!" perintah Koh Ho Ming dengan mandangan tajam tak ingin dibantah.
Akhirnya Halimahpun mengalah, segera ia meninggalkan toko tempatnya bekerja setelah berpamitan pada majikan serta rekan kerjanya.
Setiba di rumah kecilnya yang berjarak beberapa rumah dari rumah majikannya ia segera masuk untuk mencari keberadaan Diandra. Gadis kecil itu dilihatnya tengah duduk menyendiri di belakang rumah, wajah sedihnya bersimbah air mata yang mulai mengering. Sementara tangannya mengusap-usap pelan pahanya yang berbalut celana pendek warna biru.
"Ngapain disitu, Din?" sapanya dari pintu dapur yang terbuka.
"Bu? Ibu sudah pulang?" Gagapnya tak menyangka ibunya tiba-tiba sudah berada disampingnya.
"Kenapa kamu? Mana ayah?" Halimah buru-buru jongkok di sebelah anaknya setelah sekilas dilihatnya ada beberapa lebam keunguan di paha Diandra.
"Ayah, tidur dikamar." jawab Diandra masih sambil mengusap bekas cubitan ayahnya yang masih tergambar jelas di paha kurusnya itu.
"Mandilah, bersihkan dirimu lalu kamu ikut ibu ke toko. Jangan lupa bawa tas sekolahmu." perintah Halimah sebelum berlalu menuju kamar mendatangi suaminya yang tengah tidur.
Diandra mengangguk dan segera bangkit menuju kamar mandi. Sorot matanya terlihat mulai cerah.
"Mas..bangun!" diguncangnya pelan tubuh Suaminya yang hanya menjawab dengan geliat.
"Uuuhh ... Ngapain sih! Ganggu tidur orang aja?" Sungut Sardi sebal. "Jam berapa ini? Kamu kok sudah pulang?"
"Baru jam setengah empat. Aku jemput Diandra, mau aku bawa ke toko dia. Kenapa kau hajar dia mas?"
"Bandel banget anakmu itu! Bikin aku malu saja!"
"Kenapa lagi dia? Tadi bukannya Diandra kamu ajak main ke rumah Koh Ho Ming?"
"Iya ... lagi enak-enak main dia berantem, main pukul anak orang udah kaya preman pasar aja kelakuan anakmu itu. Kamu tuh gak becus ngawasin anak. Bisa-bisanya anak perempuan berantem main tonjok begitu.. Huh!!" omelnya.
Halimah hanya terdiam, sebenarnya jengkel juga dia mendengar tuduhan Sardi. Ia sadar, akhir-akhir ini Sardi jadi temperamental, gampang tersinggung jika ia membantah omongannya. Mungkin beban pikiran karena sudah cukup lama jadi pengangguran. Itulah sebabnya Halimah memilih diam saat suaminya ngomel-ngomel menyalahkannya.
"Ya sudah, biar Diandra ikut aku aja. Aku takut dia bikin kamu marah lagi. Kasihan dia kena hajar terus."
"Kamu yakin dia gak bikin repot dan nambahin kerjaanmu di toko? Dia itu kan anaknya gak bisa anteng. Aku juga heran, emangnya siapa yang dia tiru. Kita berdua tuh gak banyak tingkah, kok dia bisa gak keruan gitu tingkahnya." Sardi kembali memejamkan matanya.
"Nanti di toko biar kusuruh dia ngerjain PRnya jadi dia bakal sibuk, biar gak bertingkah!" jawab Halimah sambil siap-siap kembali ke toko tempatnya bekerja ketika dilihatnya Diandra sudah rapi berjalan keluar dari kamarnya sambil mencangklong tas sekolah.
***
Kematian tragis seorang sinden cantik, Jernih Suminar, yang dibunuh secara keji 17 tahun yang lalu, membawa langkah Lintang Prameswari, putri sang sinden untuk menemui seorang dalang ruwat kondang yang disebut-sebut sebagai penguasa bangsa lelembut karena kesaktiannya, atas petunjuk nenek Lintang. Namun betapa terkejut hati Lintang saat mengetahui kenyataan bahwa Ki Narendra, dalang muda yang berpenampilan layaknya pemuda berusia 25 tahunan dan berwajah sangat rupawan itu ternyata adalah ayah kandung yang telah meninggalkan ia dan ibunya saat ia masih bayi demi meraih tahta dunia yang justru membuat Narendra harus menggadaikan jiwanya dalam perjanjian untuk mendapatkan ilmu kesaktian yang dapat mengantarkan dirinya meraih kekuasaan yang sangat diidamkannya. Tentu saja bukanlah hal semudah membalik telapak tangan bagi Lintang untuk memenuhi ambisi balas dendam serta menagih janji kehidupan indah yang telah terampas oleh nafsu keserakahan duniawi. Karena pembunuh ibunya ternyata juga haus akan kehancuran dirinya. Juga misteri kehadiran Wage, sosok lelaki berwajah mengerikan yang selalu hadir bak malaikat penolong saat Lintang berada dalam bahaya yang mengancam keselamatannya. Sebuah cerita fiksi klasik yang dibumbui mitos, klenik juga romansa.
Sinopsis OBSESI CINTA UNTUK NADEEVA Kisah RHENO, yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada sosok NADEEVA ibu tiri sahabatnya, adalah seorang wanita cantik yang kisah hidupnya dipenuhi kejadian dramatis serta tragedi yang membuatnya menjadi sebatang kara diusia yang masih belia. Pesona RHENO, ternyata berhasil mengirim NADEEVA ke persimpangan dan menghadirkan pertentangan batin yang membuatnya harus memilih maraih impian indah dimasa mendatang atau tetap berada dalam perlindungan serta limpahan kasih sayang AIMAN suaminya yang berusia jauh diatasnya, yang mengikatnya dalam sebuah perjanjian pernikahan untuk sebuah status demi melindungi keselamatan nyawanya. Serta tentang kisah AIMAN seorang pengacara keluarga sekaligus perusahaan yang dimiliki orang tua Nadeeva yang karena sifat loyalnya yang begitu tinggi terhadap majikannya justru membuat ia terjerumus pada lingkaran intrik keluarga serta tragedi yang membuatnya harus mengambil keputusan untuk menikahi Nadeeva demi menyelamatkan nyawa serta aset keluarganya sekaligus menyelamatkan harga dirinya dan martabatnya sebagai seorang laki-laki, meskipun untuk itu Nadeeva harus rela menjadi wanita bersuami yang masih suci di sepuluh tahun usia pernikahannya. Mampukan RHENO dan NADEEVA memperjuangkan cinta mereka? Dapatkah RHENO meyakinkan AIMAN untuk melepaskan NADEEVA baginya, sementara ancaman bagi keselamatan nyawa NADEEVA masih mengintai, dan hanya AIMAN yang mengerti tentang motif serta tujuan penjahat yang tengah mengincar nyawa NADEEVA itu.
Kisah seorang ibu rumah tangga yang ditinggal mati suaminya. Widya Ayu Ningrum (24 Tahun) Mulustrasi yang ada hanya sebagai bentuk pemggambran imajinasi seperti apa wajah dan bentuk tubuh dari sang pemain saja. Widya Ayu Ningrum atau biasa disapa Widya. Widya ini seorang ibu rumah tangga dengan usia kini 24 tahun sedangkan suaminya Harjo berusia 27 tahun. Namun Harjo telah pergi meninggalkan Widy sejak 3 tahun silam akibat kecelakaan saat hendak pulang dari merantau dan karna hal itu Widya telah menyandang status sebagai Janda di usianya yang masih dibilang muda itu. Widya dan Harjo dikaruniai 1 orang anak bernama Evan Dwi Harjono
Warning !! Cerita Dewasa 21+.. Akan banyak hal tak terduga yang membuatmu hanyut dalam suasana di dalam cerita cerita ini. Bersiaplah untuk mendapatkan fantasi yang luar biasa..
Semua orang terkejut ketika tersiar berita bahwa Raivan Bertolius telah bertunangan. Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa pengantin wanita yang beruntung itu dikatakan hanyalah seorang gadis biasa yang dibesarkan di pedesaan dan tidak dikenal. Suatu malam, wanita iru muncul di sebuah pesta dan mengejutkan semua orang yang hadir. "Astaga, dia terlalu cantik!" Semua pria meneteskan air liur dan para wanita cemburu. Apa yang tidak mereka ketahui adalah bahwa wanita yang dikenal sebagai gadis desa itu sebenarnya adalah pewaris kekayaan triliunan. Tak lama kemudian, rahasia wanita itu terungkap satu per satu. Para elit membicarakannya tanpa henti. "Ya tuhan! Jadi ayahnya adalah orang terkaya di dunia? "Dia juga seorang desainer yang hebat dan misterius, dikagumi banyak orang!" Meskipun begitu, tetap banyak orang tidak percaya bahwa Raivan bisa jatuh cinta padanya. Namun, mereka terkejut lagi. Raivan membungkam semua penentangnya dengan pernyataan, "Saya sangat mencintai tunangan saya yang cantik dan kami akan segera menikah." Ada dua pertanyaan di benak semua orang: mengapa gadis itu menyembunyikan identitasnya? Mengapa Raivan tiba-tiba jatuh cinta padanya?
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …