/0/3006/coverbig.jpg?v=6604e12428211f6a302806e6f870d156)
"Kau sudah tiba?" tanyanya. Perempuan itu adalah sosok Claretta yang sangat Altair rindukan. "Altair?" ucap Altair. Perempuan itu tertawa kecil dengan menutupi mulut dengan tangannya. "Terdengar aneh jika seseorang memanggilku dengan namaku sendiri," ujar Claretta. "Mungkin banyak pertanyaan yang akan kamu lontarkan kepadaku," ungkap Claretta, "tapi sebelum itu tolong Altair, terbiasalah dengan tubuhmu yang baru, aku sudah lelah dengan tuntutan sebagai penerus pengendali Mana, yang aku inginkan hanya bagaimana rasa memiliki seorang ibu." sambung Claretta. Claretta menengadahkan wajahnya ke langit. "Kau pasti tahu banyak informasi tentang duniaku sekarang karena kau adalah orang yang cerdas dan tangguh," ujar Claretta lagi melihat wajah Altair. Wajah mereka saling menatap Altair tidak bisa membalas perkataan Claretta Altair yang merasa tidak adil dengan pertukaran tubuh seenaknya yang dilakukan dewa kepada mereka berdua. Muncul perasaan iba di dalam benak mereka masing-masing seperti mengerti rasa sakit, penderitaan mereka dan kesedihan. Claretta mengambil kedua tangan Altair, air matanya tidak bisa dibendung. Dengan tersenyum Claretta berkata,"Mungkin karena aku sudah berada di tubuh seorang wanita jadi perasaanku menjadi lebih sedikit sensitif." "Maukah kamu merelakan hidup kita yang sekarang?" tanya Claretta dengan harap. Altair menggenggam tangan wanita kecil itu, kini hati Altair menjadi goyah karena sebelum dirinya bertemu dengan pemilik asli tubuh Altair, dia berniat untuk memukul kepala orang tersebut yang dengan sesuka hati meminta kepada dewa untuk menukarkan tubuhnya tanpa izin. Angin sejuk berhembus, menerbangkan beberapa kelopak bunga di sekitar mereka mengibaskan rambut panjang milik Claretta. "Ternyata, aku sangat cantik." batin Altair. Altair meletakkan tangannya di atas kepala Claretta dan membelai kepalanya seraya berkata, "tidak apa-apa." ucap Altair dengan tenang. Akhirnya mereka saling mengikhlaskan satu sama lain dan memutuskan untuk menjalani kehidupan mereka sekarang masing-masing, mereka terpisah oleh sebuah cahaya. "Aku akan menjaga ibumu Altair sebagaimana ibuku sendiri karena aku sangat menyayanginya." ujar Claretta yang hanya terdengar suara.
"Bukankah dia si wanita angkuh?" bisik seorang karyawan laki-laki bersembunyi dari belakang meja kerja.
"Benar, ada kabar dia tidak suka dengan laki-laki." jawab laki-laki lain di seberang.
Seorang yang lain bersungut mendengar temannya memancing percakapan,"Ibunya seorang pelacur yang hidup di kalangan saudagar kaya akhirnya dinikahi."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya seorang junior, terlihat dari kemeja putih yang dia kenakan sangat rapi dan bersih. Berbeda jauh dengan orang-orang yang sudah lama bekerja disana, mereka rata-rata hanya mengenakan pakaian seadanya.
"Temanku bercerita dan dia mengenalnya. Dia pernah diajak tidur oleh teman sekelas dan lagi foto-foto vulgarnya sudah tersebar banyak di internet."
Suasana ruang kerja mulai memanas, Claretta yang mendengar bualan mereka mendatangi meja kerja.
"Bukannya itu editan? Semua orang tahu kalau itu editan."
"Memang siapa yang peduli, itu editan atau bukan. Kalau benar berarti..." ucap yang lain, namun kata-katanya berhenti ketika Claretta mendatangi mereka.
Dia yang sedari tadi mendengar pembicaraan segerombolan laki-laki, memukul meja dengan berkas yang dia bawa.
"Masuk di perusahaan sehebat ini adalah mimpi semua orang. Kalian masuk dan bekerja di sini karena mulut busuk kalian yang hanya bermodalkan orang yang sama busuk seperti kalian. Jika ingin bekerja lama di sini, maka lakukan tugas kalian. Karena jika tidak, berarti otak kalian editan." tukas Claretta dengan lantang sehingga terdengar oleh karyawan lainnya.
Setelah mengucapkan hal tersebut, Claretta pergi ke divisi lain berisikan pegawai wanita, ide pemisahan tempat kerja adalah idenya. Menurutnya lebih efisien dan Claretta lebih senang bergaul dengan mereka.
Claretta melihat seorang gadis yang belum pernah dia temui dan menghampirinya.
Dengan rasa penasaran,"Siapa namamu?" tanya Claretta.
"Sa... saya Mia." ucapnya sembari berdiri dengan tergesa-gesa, tingkahnya yang terlihat ceroboh membuat Claretta tersenyum, sembari pergi mengambil beberapa berkas dari pegawai lain.
Dia heran banyak dari mereka sedang asik bermain ponsel daripada sibuk di depan komputer masing-masing.
"Apa yang kalian lakukan?" tanyanya usai memeriksa berkas hasil pekerjaan karyawan yang lain tiba-tiba beberapa orang mulai mengerumuni dan menyodorkan hp mereka ke wajah Claretta.
"Coba lihat ini!" tiba-tiba sebuah ponsel mengarah ke wajah Claretta dengan mata berbinar-binar tidak menghiraukan situasinya yang kini sedang dihimpit banyak orang.
Sejenak Claretta melihat judul novel 'Ksatria dan 4 Ultimate' dan membaca sekilas judul novel online tersebut melihat tingkah mereka, Claretta merasa pusing.
"Waktu kalian hanya habis untuk ini?" Claretta menghela nafas meletakkan tangannya ke atas kepala.
"Kau tidak tahu? Mereka tampan dan sangat keren. Apalagi tokoh utama ksatria yang ada dalam cerita. Novel ini bercerita tentang seseorang yang berinkarnasi masuk dalam novel dan menjadi tokoh utama." ucap gadis itu yang menyodorkan smartphone.
"Apa yang bagusnya? Lagi pula reinkarnasi? Apa-apaan itu? Hanya cerita takhayul yang tidak mendasar sekali." sanggah Claretta mulai gemas dengan tingkah lakunya.
"Kami suka membaca ini dan berharap bisa bereinkarnasi seperti tokoh utama. Membayangkan dikelilingi 5 laki-laki tampan, kaya, memiliki kekuatan dan berkuasa." timpal Hyein dengan pita merah yang mengikat di kemeja biru muda dengan rambut yang diikat, imajinasinya melayang tinggi.
"Harem?" ujar salah satu karyawan yang lain entah dari mana asalnya.
Sontak semua karyawan yang mendengarkan ucapan tersebut tertawa, fitrah wanita juga ingin dipuja. Sedangkan Claretta merasa bulu kudunya berdiri di satu sisi tingkah mereka membuat Claretta senang.
Sore hari dimana pekerjaan mereka telah selesai, Claretta yang sudah menyelesaikan semua tanggung jawabnya sebagai kepala divisi akhirnya keluar dari tempat kerjanya dan berniat untuk mengabari ibunya.
Claretta ingat berjanji akan menelpon untuk menanyakan kabar dan pergi berkunjung kerumah ibunya. Lift pun berhenti dan Claretta berbicara di telepon.
"Halo, Ibu? Bagaimana kabarmu?" tanya Claretta.
"Apakah kau sudah pulang kerumah?" jawabnya dari seberang.
"Aku baru keluar dari tempat kerja dan akan berkunjung." ujar Claretta.
"Ayah dan saudara-saudaramu tidak jadi ke rumah, jadi tidak perlu khawatir dan besok kamu juga bekerja."
Mendengar kabar baik, Claretta merasa lega dan hari ini ibunya pasti dalam keadaan baik-baik saja.
"Baiklah bu, tapi saya akan mengirimkan uang untuk Ibu di rumah." sambil berusaha menahan helaan nafas.
"Ya, terima kasih. Jangan lupa dengan kebutuhanmu juga di sana." jawab ibu Claretta.
Lift Pun berhenti membuka pintu dengan lebar dan Claretta berhambur keluar bersama pegawai lainnya.
"Ya Ibu, aku beruntung bisa bekerja di sini dan terimakasih karena Ibu selalu ada untuk menemaniku." Berjalan keluar gedung, dia melihat senja sangat cantik hari ini.
"Seharusnya Ibu yang berterima kasih karena kamu terlahir dari Ibu dan menjadi sahabat Ibu."
Segera Claretta menyeka air matanya dan percakapan mereka ditutup dengan salam perpisahan sayang dari seorang ibu kepada anak perempuannya.
Untuk mengilangkan rasa sedihnya, Claretta ingat dengan restauran milik teman yang pernah dia bantu karena pencurian asuransi yang hampir dibawa kabur oleh orang yang tidak dikenal. Claretta berniat mendatangi restoran Kareen, menghentikan sebuah taksi untuk pergi ke restoran miliknya.
Claretta Pun beranjak keluar setelah menikmati restoran ayam berlemak, selama di restoran, Kareen tidak berhenti membujuk Claretta membaca cerita novel yang dibahas kantornya tadi pagi dengan jengkel akhirnya Claretta membaca novel hingga selesai.
Hari sudah semakin larut dia berjalan menuju kasir di mana ibu Kareen yang bertugas menjaga meja.
"Malam, berapa semua Bibi?" tanya Claretta sembari bersiap mengeluarkan aplikasi pembayaran melalui ponsel.
"Claretta. Lama tidak melihatmu? Bagaimana keadaan Ibumu?" tanya ibu Kareen membersihkan tangannya yang berminyak dengan kain lap yang melingkar di pinggangnya.
"Ibu, baik-baik saja" jawab Claretta dengan senang.
"Tidak usah, itu traktir dari kami." menolak pembayaran Claretta.
"Tidak saya ingin membayarnya Bibi." Sahutnya sedikit memaksa.
"Tidak apa-apa, lain kali ajak Ibumu nanti kau boleh membayarkan untuk itu," jawabnya sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak, Bibi. Semoga restorannya lancar dan ramai dengan pengunjung." ucap Claretta penuh haru.
Dia pergi meninggalkan sambil membungkukkan badanya.
"Sama-sama." sahutnya dan sosok Claretta sudah hilang dari balik pintu kaca diikuit suara khas lonceng berbunyi.
Claretta Pun keluar dari restoran tersebut, apartemen dan jarak restoran hanya sekitar 10 menit berjalan kaki meskipun begitu dia dalam keadaan mabuk, berusaha keras untuk berjalan menuju apartemen miliknya.
Claretta tidak menyadari bahwa sekitar 5 menit yang lalu sudah ada seseorang yang mengikuti dirinya dari jalan seberang mengambil celah dan terus mengikutinya.
JLEB!! SRAT!! Suara itu terdengar ketika Claretta sudah ditusuk oleh orang aneh dengan menggunakan topi dan jaket. Melihat Claretta yang masih berdiri, pria itu hendak menusuknya lagi.
Melihat kedatangan serangan Claretta bersiap mengambil senjata panjang yang selalu dia bawa dalam kantong saku, yang lebih mirip tongkat pemandu orang buta yang bisa dilipat.
Dengan sekuat tenaga dia memukul dengan keras kepala orang tersebut sehingga topi yang dipakai terjatuh. Claretta melihat sosok yang dia kenal. Dia adalah karyawan laki-laki yang menyebarkan gosip buruk tentangnya.
Laki-laki itu terjatuh tersungkur, melihat sebuah batu di dekatnya dia langsung melemparkan batu lalu mengenai kepala, Claretta menahan rasa sakit, darah mulai mengucur dari kepala, mabuk membuat kesadarannya mulai kabur. Pria itu lari meninggalkan Claretta yang sudah ambruk dan merasa yakin telah membunuhnya.
Claretta sendirian terbaring di tempat sepi. Muncul kembali dalam benaknya bahwa memang laki-laki bukanlah makhluk yang patut dikasihani dengan kebejatan serta kengisan yang tiada tara. Bahkan nafsu durjana membawa seseorang ke dalam neraka.
Claretta bertekad tidak akan menikah dan ingin hidup bersama ibunya untuk selamanya.
Angin malam terasa dingin, rasa sakit pada bagian perut dan kepala membuatnya sulit untuk bergerak. Claretta berusaha membuka ponsel untuk menelpon nomor darurat.
Beruntung respon yang cepat, akhirnya Claretta berhasil menelpon rumah sakit dan tidak berselang lama suara sirine berbunyi keras, orang-orang sudah berkumpul dan sebuah ambulan datang mendekat petugas berhambur keluar. Sedangkan penglihatan Claretta mulai samar, hembusan nafasnya mulai terasa berat dan dingin.
Kulit merasakan hawa dingin membuat Claretta ingin segera membuka mata. Claretta terbangun dengan langit-langit yang aneh, terlihat gypsum-gypsum mewah dan besar. Terpampang lampu hias besar, corak langit malaikat-malaikat kecil bertelanjang dada. Dia terkejut dan melempar selimut yang dia pakai.
Meraba bagian perut yang semalam tertusuk dan tiidak terasa apa-apa. Claretta loncat dari tempat tidurnya. Merasa asing dengan barang-barang di sekitar.
"Apakah selera rumah sakit telah berbeda? Suka dengan gaya klasik beserta ornamen-ornamen tua!" Claretta melihat ke arah bunga di dalam vas.
Claretta berlari keluar ruangan tersebut ada seorang pria paruh baya yang menghadang dirinya di depan pintu. Kebenciannya muncul kembali, Claretta lari dan mendorong laki-laki dengan kuat hingga terjatuh. Melihat hanya ruangan-ruangan besar dengan ukiran antik, lukisan aneh dan patung-patung setengah badan.
"Tuan, mau pergi kemana?" sahut seseorang kepadanya.
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
Novel ini berisi kompilasi beberapa cerpen dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan penuh gairah dari beberapa karakter yang memiliki latar belakang profesi yan berbeda-beda serta berbagai kejadian yang dialami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dengan pasangannya yang bisa membikin para pembaca akan terhanyut. Berbagai konflik dan perseteruan juga kan tersaji dengan seru di setiap cerpen yang dimunculkan di beberapa adegan baik yang bersumber dari tokoh protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerpen dewasa yang ada pada novel kompilasi cerpen dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Kedua orang yang memegangi ku tak mau tinggal diam saja. Mereka ingin ikut pula mencicipi kemolekan dan kehangatan tubuhku. Pak Karmin berpindah posisi, tadinya hendak menjamah leher namun ia sedikit turun ke bawah menuju bagian dadaku. Pak Darmaji sambil memegangi kedua tanganku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan hidungku. Tanpa rasa jijik mencium bibir yang telah basah oleh liur temannya. Melakukan aksi yang hampir sama di lakukan oleh pak Karmin yaitu melumat bibir, namun ia tak sekedar menciumi saja. Mulutnya memaksaku untuk menjulurkan lidah, lalu ia memagut dan menghisapnya kuat-kuat. "Hhss aahh." Hisapannya begitu kuat, membuat lidah ku kelu. Wajahnya semakin terbenam menciumi leher jenjangku. Beberapa kecupan dan sesekali menghisap sampai menggigit kecil permukaan leher. Hingga berbekas meninggalkan beberapa tanda merah di leher. Tanganku telentang di atas kepala memamerkan bagian ketiak putih mulus tanpa sehelai bulu. Aku sering merawat dan mencukur habis bulu ketiak ku seminggu sekali. Ia menempelkan bibirnya di permukaan ketiak, mencium aroma wangi tubuhku yang berasal dari sana. Bulu kudukku sampai berdiri menerima perlakuannya. Lidahnya sudah menjulur di bagian paling putih dan terdapat garis-garis di permukaan ketiak. Lidah itu terasa sangat licin dan hangat. Tanpa ragu ia menjilatinya bergantian di kiri dan kanan. Sesekali kembali menciumi leher, dan balik lagi ke bagian paling putih tersebut. Aku sangat tak tahan merasakan kegelian yang teramat sangat. Teriakan keras yang tadi selalu aku lakukan, kini berganti dengan erangan-erangan kecil yang membuat mereka semakin bergairah mengundang birahiku untuk cepat naik. Pak Karmin yang berpindah posisi, nampak asyik memijat dua gundukan di depannya. Dua gundukan indah itu masih terhalang oleh kaos yang aku kenakan. Tangannya perlahan menyusup ke balik kaos putih. Meraih dua buah bukit kembarnya yang terhimpit oleh bh sempit yang masih ku kenakan. .. Sementara itu pak Arga yang merupakan bos ku, sudah beres dengan kegiatan meeting nya. Ia nampak duduk termenung sembari memainkan bolpoin di tangannya. Pikirannya menerawang pada paras ku. Lebih tepatnya kemolekan dan kehangatan tubuhku. Belum pernah ia mendapati kenikmatan yang sesungguhnya dari istrinya sendiri. Kenikmatan itu justru datang dari orang yang tidak di duga-duga, namun sayangnya orang tersebut hanyalah seorang pembantu di rumahnya. Di pikirannya terlintas bagaimana ia bisa lebih leluasa untuk menggauli pembantunya. Tanpa ada rasa khawatir dan membuat curiga istrinya. "Ah bagaimana kalau aku ambil cuti, terus pergi ke suatu tempat dengan dirinya." Otaknya terus berputar mencari cara agar bisa membawaku pergi bersamanya. Hingga ia terpikirkan suatu cara sebagai solusi dari permasalahannya. "Ha ha, masuk akal juga. Dan pasti istriku takkan menyadarinya." Bergumam dalam hati sembari tersenyum jahat. ... Pak Karmin meremas buah kembar dari balik baju. "Ja.. jangan.. ja. Ngan pak.!" Ucapan terbata-bata keluar dari mulut, sembari merasakan geli di ketiakku. "Ha ha, tenang dek bapak gak bakalan ragu buat ngemut punyamu" tangan sembari memelintir dua ujung mungil di puncak keindahan atas dadaku. "Aaahh, " geli dan sakit yang terasa di ujung buah kembarku di pelintir lalu di tarik oleh jemarinya. Pak Karmin menyingkap baju yang ku kenakan dan melorotkan bh sedikit kebawah. Sayangnya ia tidak bisa melihat bentuk keindahan yang ada di genggaman. Kondisi disini masih gelap, hanya terdengar suara suara yang mereka bicarakan. Tangan kanan meremas dan memelintir bagian kanan, sedang tangan kiri asyik menekan kuat buah ranum dan kenyal lalu memainkan ujungnya dengan lidah lembut yang liar. Mulutnya silih berganti ke bagian kanan kiri memagut dan mengemut ujung kecil mungil berwarna merah muda jika di tempat yang terang. "Aahh aahh ahh," nafasku mulai tersengal memburu. Detak jantungku berdebar kencang. Kenikmatan menjalar ke seluruh tubuh, mendapatkan rangsangan yang mereka lakukan. Tapi itu belum cukup, Pak Doyo lebih beruntung daripada mereka. Ia memegangi kakiku, lidahnya sudah bergerak liar menjelajahi setiap inci paha mulus hingga ke ujung selangkangan putih. Beberapa kali ia mengecup bagian paha dalamku. Juga sesekali menghisapnya kadang menggigit. Lidahnya sangat bersemangat menelisik menjilati organ kewanitaanku yang masih tertutup celana pendek yang ia naikkan ke atas hingga selangkangan. Ujung lidahnya terasa licin dan basah begitu mengenai permukaan kulit dan bulu halusku, yang tumbuhnya masih jarang di atas bibir kewanitaan. Lidahnya tak terasa terganggu oleh bulu-bulu hitam halus yang sebagian mengintip dari celah cd yang ku kenakan. "Aahh,, eemmhh.. " aku sampai bergidik memejam keenakan merasakan sensasi sentuhan lidah di berbagai area sensitif. Terutama lidah pak Doyo yang mulai berani melorotkan celana pendek, beserta dalaman nya. Kini lidah itu menari-nari di ujung kacang kecil yang menguntit dari dalam. "Eemmhh,, aahh" aku meracau kecil. Tubuhku men
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Selama sepuluh tahun, Delia menghujani mantan suaminya dengan pengabdian yang tak tergoyahkan, hanya untuk mengetahui bahwa dia hanyalah lelucon terbesarnya. Merasa terhina tetapi bertekad, dia akhirnya menceraikan pria itu. Tiga bulan kemudian, Delia kembali dengan gaya megah. Dia sekarang adalah CEO tersembunyi dari sebuah merek terkemuka, seorang desainer yang banyak dicari, dan seorang bos pertambangan yang kaya raya, kesuksesannya terungkap saat kembalinya dia dengan penuh kemenangan. Seluruh keluarga mantan suaminya bergegas datang, sangat ingin memohon pengampunan dan kesempatan lagi. Namun Delia, yang sekarang disayangi oleh Caius yang terkenal, memandang mereka dengan sangat meremehkan. "Aku di luar jangkauanmu."
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.