Kalau dulu kita tidak bertemu apa hidup kita sekarang akan lebih bahagia - Alice Reeves Jika saat itu aku lebih gigih apa kisah kita akan memiliki ending yang berbeda - Douglas Handerson Seandainya aku lebih dulu bertemu denganmu apa kau akan memilihku - Maximilliam Callyps Alice Reeves menyukai Douglas Handerson, sahabat sekaligus kakak tirinya. Alice tahu bahwa perasaannya tidak akan pernah terbalas saat lelaki itu memutuskan untuk pergi dari hidupnya. Alice sudah tahu. Sementara itu, Maximilliam Callyps lelaki yang baru dikenalnya mencoba untuk masuk ke dalam kehidupannya dan berusaha untuk membuat hatinya berdebar kembali.
Restauran mewah yang terletak di lantai paling atas sebuah hotel terlihat tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa meja yang sudah terisi. Seorang gadis yang sedang duduk di dekat jendela menatap pemandangan lampu jalanan yang berkelap-kelip di bawahnya sambil tersenyum puas. Alice Reeves, kembali mengingat moment saat dirinya menerima penghargaan untuk kategori artis pendatang baru terbaik di Festival Film Cannes seminggu yang lalu.
Rasanya masih seperti mimpi ia bisa memenangkan penghargaan itu di film debutnya dan menghalahkan para pesaingnya. Tapi jika ini memang mimpi Alice berharap ia tidak akan pernah bangun dari tidurnya.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?"
Alice menoleh. Phoebe McCain yang sedang duduk di hadapannya menatapnya dengan pandangan heran. Phoebe, wanita berusia 26 tahun yang memiliki rambut ikal berwarna coklat dan kulit pucat adalah teman baik Alice yang datang untuk menemaninya makan malam.
Alice tertawa kecil. "Hanya mengingat kembali moment malam itu."
Phoebe tersenyum mendengar jawaban Alice. Ia mengangkat gelas wine yang ada di sebelahnya dan berkata "Mari kita bersulang untuk merayakan kemenanganmu." Alice tersenyum mengangguk. Ia mengangkat gelas wine nya dan mendentingkannya dengan gelas Phoebe.
"Cheers" ucap mereka bersamaan lalu meminum wine itu dalam sekali teguk. Rasa manis dan pahit meresap ke dalam indra perasa Alice.
"Aku tidak menyangka kau bisa memenangkan penghargaan ini di film pertamamu" ujar Phoebe sambil mengelap mulutnya dengan tissue.
Alice mengangguk setuju. "Benar. Aku juga memikirkan hal yang sama denganmu. Aku bahkan sempat mengira mereka salah membacakan nama pemenangnya." Phoebe tertawa mendengar gurauan Alice.
Alice saat ini berprofesi sebagai seorang aktris pendatang baru. Ia memulai karir sebagai model untuk pemotretan sebuah majalah fashion selama tiga tahun sebelum terpilih menjadi model MV oleh salah satu penyanyi papan atas yang sedang naik daun untuk single terbarunya. Tema short movie yang dipilih oleh penyanyi itu dan lagunya yang meledak di pasaran membuat nama Alice ikut melambung dan mulai di perhitungkan dalam industri hiburan. Sejak saat itu Alice mulai mendapat tawaran iklan dari beberapa brand ternama.
Puncaknya adalah ketika dia bertemu dengan Sebastian Romson, sutradara terkenal yang sedang naik daun. Ia terkesan dengan penampilan Alice dalam MV itu dan meminta Alice untuk mengikuti casting film yang akan di buatnya. Alice lolos casting sebagai peran antagonis dalam film besutannya.
Dewi Fortuna seakan tidak berhenti berpihak pada Alice. Film pertama yang ia bintangi mendapat sambutan hangat dari kritikus dan para penikmat film. Hampir semua orang yang dia temui memuji keterampilan aktingnya dalam film tersebut. Alice bahkan sempat berpikir dirinya mungkin pernah menyelamatkan negara di kehidupannya yang dulu karena keberuntungannya tidak berakhir sampai di situ. Kemarin malam menjadi pembuktian dari semua hasil kerja keras Alice selama ini.
Ponsel Alice yang tergeletak di atas meja bergetar. Ia meliriknya, pesan masuk dari Noah, manajernya. Alice meraihnya dan membacanya.
'Besok kita akan makan malam dengan Sebastian dan para sponsor. Aku akan datang untuk menjemputmu dan kau wajib ikut Alice karena kau adalah salah satu bintang utamanya. Kalau kau beralasan lagi untuk tidak hadir, aku akan mulai mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan lain.'
Alice menghela nafas setelah membaca pesan dari Noah. Meskipun saat ini dirinya bisa di bilang sebagai seniman tapi ia sama sekali tidak suka dengan yang namanya pesta. Terlalu banyak keramaian di dalam satu ruangan membuat kepalanya pusing saat menghadirinya. Kecuali jika sedang shooting atau pemotretan Alice tidak akan terlalu memikirkan hal itu karena sedang fokus ke hal lain.
"Kenapa dahimu berkerut seperti itu?" tanya Phoebe. Alice memberikan ponselnya pada Phoebe agar dia bisa membacanya langsung.
Phoebe menerimanya dan membaca pesan dari Noah.
"Kau memang harus datang Alice. Mungkin dulu tidak apa-apa kalau kau beralasan tidak hadir. Tapi sekarang aku rasa kau harus mulai membiasakan diri" kata Phoebe sambil mengembalikan ponsel Alice.
Alice memajukan bibir bawahnya mendengar nasihat dari Phoebe, kebiasaannya sejak kecil saat sedang tidak suka dengan sesuatu. "Kau mau ikut?" ajak Alice.
Phoebe langsung menggeleng dengan cepat. "Tidak, terima kasih. Aku lebih baik nonton film di bioskop sendirian daripada harus ikut menghadiri pesta denganmu."
Alice tertawa mendengar penolakan Phoebe. Mungkin karena sifat mereka berdua sama-sama introvert sehingga mereka bisa berteman baik hingga sekarang. "Kau menyuruhku datang, tapi kau juga menolak ajakanku" gerutu Alice.
"Jelas saja. Kau'kan artis jadi kau harus datang, tidak ada alasan bagimu untuk menolaknya. Sedangkan aku hanya seorang guru jadi tidak ada alasan bagiku untuk menghadirinya."
Alice menggelengkan kepalanya, Phoebe memang sangat pintar ketika membalikkan kata-katanya seperti sekarang dan dia juga selalu berhasil membuat Alice terdiam seketika karena tidak bisa membalasnya. Mungkin ini salah satu pengaruh yang dimiliki oleh Phoebe dari pekerjaannya sebagai guru sekolah dasar.
"Baiklah aku akan datang ke pesta besok" kata Alice.
"Bagus" sahut Phoebe tersenyum.
Setelah makan malam selesai mereka memutuskan untuk pulang ke rumah. Alice turun lebih dulu dari taksi karena apartemennya lebih dekat dari hotel dibanding rumah Phoebe.
"Hati-hati" ujar Alice sambil melambaikan tangan pada Phoebe lewat jendela. Phoebe mengangguk tersenyum dan membalas lambaian tangan Alice. Kemudian taksi jalan dan Alice melihatnya hingga taksi itu menghilang dari pandangannya.
____
____
Alice menekan nomor sandi pintu apartemennya. Setelah pintu terbuka, ia masuk dan menyalakan lampu. Apartemen dua kamar yang ia beli dua tahun lalu terasa sangat besar saat ia sedang sendirian seperti sekarang.
Alice menghela nafas sebentar sambil melepaskan sepatu dan menggantung coatnya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Alice memutar musik sebelum melepas handuknya dan berendam di bathtub. Kegiatan ini adalah favorit Alice. Pemandangan gedung-gedung yang terlihat dari jendela di sisi bathub saat ia berendam mampu memberikan sensasi tenang di dalam dirinya. Inilah salah satu alasan Alice memilih apartemen ini. Karena pemandangan dari kamar mandinya terlihat begitu indah. Alasan sederhana tetapi lebih dari cukup untuk membuat dirinya merasa senang.
Suasana berubah saat lagu All I Want milik Kodaline berputar. Kejadian di masa lalu muncul mendadak di benak Alice secara bergantian tanpa peringatan.
'Kami akan menikah'
'Pulanglah, kita hadapi semua ini bersama'
'Kalau kau mau menangis, menangislah tapi jangan melakukan hal yang bisa membahayakan nyawamu sendiri'
Karena tidak tahan dengan suara-suara yang menggema di kepalanya, Alice langsung menenggelamkan kepalanya ke dalam air di bathtub. Entah berapa lama dirinya seperti itu. Yang jelas saat dadanya mulai terasa sesak karena kekurangan oksigen, Alice tersentak dan segera tersadar kembali.
Alice mengangkat kepalanya dari dalam air dan mengusap wajahnya yang penuh dengan busa. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Alice melakukan hal itu berulang kali sampai emosinya terasa lebih stabil. Ia meraih ponselnya dan mematikan lagu yang sedang diputar. Lagu itu adalah lagu favoritnya. Tapi liriknya yang sangat mewakili perasaannya selalu mampu membuat Alice teringat akan kenangan itu.
Saat lebih tenang ia bangkit dari bathub dan berjalan menuju shower untuk membilas tubuhnya. Setelah selesai mandi, Alice duduk di depan meja rias untuk mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Ia menatap sosoknya di cermin dan termenung. Memang benar perkataan orang bijak, semakinseseorang ingin melupakan sesuatu semakin ia mengingatnya.
Dan sekarang ingatan Alice kembali ke momen tujuh tahun yang lalu saat bersama 'dia' di musim gugur.
Setelah menyembunyikan identitas aslinya selama tiga tahun pernikahannya dengan Kristian, Arini telah berkomitmen sepenuh hati, hanya untuk mendapati dirinya diabaikan dan didorong ke arah perceraian. Karena kecewa, dia bertekad untuk menemukan kembali jati dirinya, seorang pembuat parfum berbakat, otak di balik badan intelijen terkenal, dan pewaris jaringan peretas rahasia. Sadar akan kesalahannya, Kristian mengungkapkan penyesalannya. "Aku tahu aku telah melakukan kesalahan. Tolong, beri aku kesempatan lagi." Namun, Kevin, seorang hartawan yang pernah mengalami cacat, berdiri dari kursi rodanya, meraih tangan Arini, dan mengejek dengan nada meremehkan, "Kamu pikir dia akan menerimamu kembali? Teruslah bermimpi."
18+, hampir tiap bab memiliki unsur kedewasaan, jadi tidak di peruntukan pembaca di bawah 18 tahun ke bawah. Cerita ini berlatar belakang seorang mahasiswa yang memiliki prestasi cukup lumayan. Iapun hanya seorang pria yang memiliki perekonomian yang tidak terlalu mendukung, namun bisa melanjutkan pendidikannya di salah satu kampus ternama, di karenakan ia memiliki kecerdasan hingga dia bisa mendapatkan beasiswa. Awalnya ia tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi pria yang di lirik banyak wanita, berhubung parasnya tidak terlalu mendukung. Namun sepeninggalnya sahabat terbaiknya, di saat itulah dia mendapatkan semuanya.
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
Novel Ena-Ena 21+ ini berisi kumpulan cerpen romantis terdiri dari berbagai pengalaman romantis dari berbagai latar belakang profesi yang ada seperti CEO, Janda, Duda, Mertua, Menantu, Satpam, Tentara, Dokter, Pengusaha dan lain-lain. Semua cerpen romantis yang ada pada novel ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga bisa sangat memuaskan fantasi para pembacanya. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Cerita ini banyak adegan panas, Mohon Bijak dalam membaca. ‼️ Menceritakan seorang majikan yang tergoda oleh kecantikan pembantunya, hingga akhirnya mereka berdua bertukar keringat.
Kisah asmara para guru di sekolah tempat ia mengajar, keceriaan dan kekocakan para murid sekolah yang membuat para guru selalu ceria. Dibalik itu semua ternyata para gurunya masih muda dan asmara diantara guru pun makin seru dan hot.