/0/21572/coverbig.jpg?v=3a807ab91c98487d10183047ec65e63d)
Ketika Nadia terjepit dalam kekisruhan finansial untuk membiayai pengobatan adiknya yang kritis, dia membuat keputusan impulsif yang mengubah hidupnya selamanya. Di tengah teriknya desakan dan keputusasaan, Nadia menerima tawaran dari keluarga Reza Azhar, konglomerat ternama yang memiliki kekuasaan tak terbantahkan. Istri Reza, Aulia, telah lama mencoba hamil tanpa hasil, sementara di dalam keluarga itu, kehadiran pewaris adalah impian yang harus diwujudkan. Tentu saja, Nadia tidak tahu bahwa tawaran tersebut datang dengan harga yang tinggi. Satria, ibu Reza yang licik, menginginkan warisan keluarga tetap terjaga dan sengaja merancang rencana untuk menggugah Nadia agar mendekati Reza dan memberi keturunan yang diharapkan. Awalnya, Nadia ragu-hati nuraninya menolak, sementara kesadarannya menjerit menolak pengkhianatan ini. Namun, semakin lama dia berada dalam lingkaran itu, semakin sulit baginya untuk menolak, dan hatinya, yang sudah lama terkubur dalam kesedihan, mulai terjerat dalam pusaran emosi yang membingungkan. Dan saat jantung Nadia semakin terjerat, sebuah tragedi memukul-adiknya meninggal dunia di rumah sakit. Rasa bersalah menyelimuti dirinya seperti selimut tebal, membekukan pikiran dan tubuhnya. Dengan takdir yang semakin membelit, Nadia membuat keputusan nekat. Dia melarikan diri dengan membawa rahasia terbesar dalam hidupnya-anak yang ia kandung, darah dari pria yang tak pernah tahu tentang keberadaannya. Namun, di dunia yang penuh intrik dan kekuasaan ini, tak ada rahasia yang bisa tersembunyi selamanya. Ketika Satria mulai mencium bau kebohongan dan Reza akhirnya mengetahui kebenaran, pertanyaan muncul: Akankah Reza mengejar anaknya dan memulai hidup baru, ataukah Nadia, dengan ketakutan yang membara di dada, akan terus berlari, bersembunyi dalam bayang-bayang masa lalunya, mengubur rahasia itu selamanya?
Hujan mengguyur deras, menimpa atap rumah sakit dengan ritme seperti tangisan tak berujung. Setiap tetesnya seolah mewakili setiap tetesan air mata yang mengalir di wajah Nadia, membasahi pipinya yang pucat. Ruangan yang sempit itu hanya diterangi lampu neon yang berkedip, membuat bayangan-bayangan di dinding seakan menari-nari dalam kesedihan. Bau antiseptik yang kuat bercampur dengan aroma obat-obatan, menciptakan suasana yang dingin dan mencekam.
Nadia duduk di kursi plastik yang keras, matanya tak pernah lepas dari wajah adiknya, Adi, yang terbaring di ranjang. Tubuh kecilnya terlihat rapuh, lebih rapuh daripada yang Nadia ingat. Udara di ruangan itu begitu sepi hingga detak jantung Nadia terasa seperti dentuman drum yang bergema di telinganya. Tak ada suara lain, hanya hujan dan tangis sunyi yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang terjebak dalam kegelapan.
"Adi, bangunlah, nak. Kakak di sini," Nadia berkata pelan, suaranya nyaris seperti bisikan. Dia menggapai tangan Adi, menggenggamnya sekuat mungkin. Jari-jarinya yang kecil terasa dingin dan lemas, tak seperti biasanya. Hati Nadia dipenuhi rasa takut yang tak bisa diungkapkan. Rasa takut yang bukan hanya tentang kehilangan, tapi tentang kebingungan-kebingungan akan jalan hidup yang sudah tak bisa dia ubah lagi.
Setiap kali dia memejamkan mata, wajah Reza Azhar muncul di pikirannya, dengan senyum setengah sinis dan tatapan yang selalu tajam, seolah mampu menembus jiwanya. Bagaimana bisa dia, seorang gadis dari keluarga sederhana, terjerat dalam permainan ini? Semua bermula dari tawaran itu-tawaran yang datang seperti petir di siang bolong, tak terduga dan menghancurkan.
"Apakah kau benar-benar ingin membantu adikmu?" suara Satria, ibu Reza, berbisik di telinganya, mengusik ingatan yang menyakitkan. Suara itu seakan menggaung dalam benaknya, mengingatkannya akan harga yang harus dibayar untuk menyelamatkan Adi.
Nadia menatap Adi, menyeka air mata yang mengalir deras. "Kakak akan melakukan apa pun, Adi. Aku janji," katanya dengan suara bergetar. Di luar jendela, kilat menyambar, menerangi malam yang gelap. Gemuruh petir membuat Nadia terkejut, membuatnya seolah terlempar kembali ke kenyataan yang brutal. Adi masih terbaring di sana, tak bergerak, dan Nadia tahu waktu mereka semakin sedikit.
Pintu kamar terbuka dengan suara gemerincing, dan seorang perawat muncul, wajahnya tampak lelah dan tak jauh berbeda dari Nadia-penuh tanda-tanda keputusasaan. "Nona Nadia, waktunya sudah habis. Kami harus memindahkan adikmu ke ruang perawatan intensif."
Nadia merasa seperti bumi berguncang di bawahnya. Kakinya tak bisa bergerak, tubuhnya kaku, seolah ada kekuatan tak terlihat yang menahan. "Tunggu, jangan pergi dulu," suaranya hampir putus-putus, tetapi perawat itu hanya menggelengkan kepala dengan simpati di matanya.
"Maaf, Nona. Kami sudah diberitahu bahwa perawatan ini harus segera dilakukan," jawabnya pelan, sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan, meninggalkan Nadia dalam kekosongan yang menyesakkan.
Kegelapan yang semakin pekat hanya dipecah oleh suara hujan dan derap langkah kaki Nadia saat dia berjalan menuju jendela. Dia menatap ke luar, melihat hujan yang semakin deras, dan bertanya pada dirinya sendiri, apakah ini semua benar-benar terjadi. Wajah Reza dan kata-kata Satria kembali menghantui pikirannya. Tawarkan aku bantuan, kata Satria dengan senyum yang dingin, dan aku akan membantumu. Tapi ada harga yang harus kau bayar, Nadia. Sebuah harga yang akan mengubah hidupmu selamanya.
Air mata menetes, menempel di wajahnya. Dia ingin berteriak, meronta, membebaskan dirinya dari beban ini. Namun, dia tahu, teriakan itu hanya akan hilang di antara suara hujan yang menutupinya. Hati Nadia semakin sesak, terjebak dalam sebuah pilihan yang menguras segala-galanya-pengorbanan, rasa bersalah, dan rasa takut yang menggerogoti jiwa.
"Semua demi Adi," bisiknya, hampir seperti mantra. Tubuhnya gemetar, dan air mata yang mengalir deras di pipinya seolah menegaskan bahwa dia sudah terjebak dalam jebakan yang tak mungkin dibatalkan. Reza Azhar, pria yang sejak awal telah menciptakan badai ini dalam hidupnya, adalah satu-satunya orang yang bisa mengubah segala sesuatunya. Namun, untuk itu, dia harus menghadapi kenyataan bahwa hati dan jiwanya tak akan pernah sama lagi.
Malam itu, di antara gemuruh petir dan deru hujan, Nadia memutuskan. Dia akan melawan takdirnya. Bahkan jika itu berarti kehilangan dirinya sendiri.
Di ruang sebelah, Adi terbaring dengan monitor jantung yang mengeluarkan bunyi yang monoton. Seperti detak jantung Nadia yang sudah hampir tak terdengar. Semuanya semakin gelap, dan Nadia tahu, di luar sana, di dunia yang penuh dengan intrik dan kekuasaan, permainan yang sebenarnya baru saja dimulai.
Sonia adalah seorang wanita muda yang baru saja merasakan kesepian mendalam setelah kehilangan suaminya, Rizal, dalam sebuah kecelakaan mendadak. Kehilangan itu tak hanya meninggalkan luka di hati, tetapi juga rasa terasing di tengah komunitas yang mulai memandangnya dengan tatapan penuh simpati sekaligus keheranan. Merasa terjebak dalam kenyataan yang sulit, Sonia memutuskan untuk memulai babak baru: pindah dari rumah lama mereka yang penuh kenangan ke sebuah apartemen kecil bersama kedua anaknya, Alif yang berusia 3 tahun, dan Hana yang berusia 8 tahun. Di lantai atas apartemen yang sama, ada Yudha, seorang duda yang sudah lama hidup sendirian sejak istrinya meninggal secara tragis. Ia dikenal sebagai sosok yang karismatik dan penuh perhatian pada putrinya, Mira, yang kini berusia 14 tahun. Meski terlihat tegar di luar, Yudha menyimpan rasa sakit yang mendalam akibat kehilangan yang sama, dan sering berjuang untuk bisa membuka hatinya kembali. Saat Sonia dan Yudha bertemu secara kebetulan di lorong apartemen yang sepi, dua jiwa yang terluka itu menemukan kenyataan pahit: mereka saling mengenal rasa sakit yang sama. Namun, apakah mereka akan sanggup mengatasi dinding yang dibangun oleh kenangan, rasa takut, dan perasaan tidak percaya terhadap cinta yang pernah mengkhianati mereka?
Kesalahan satu malam, membuat semuanya menjadi hancur lebur. Miranda berawal hanya bersenang-senang saja, tapi sialnya malah dia terjebak malam panas dengan Athes Russel. Hal yang membuatnya semakin kacau adalah pria itu merupakan teman bisnis ayahnya sendiri. “Kita bertemu lagi, Miranda,” bisik Athes serak seraya memeluk pinggang Miranda. Miranda mendorong tubuh Athes keras. “Shit! Menjauh dariku, Jerk!” Athes terkekeh sambil membelai rahang wanita itu. “Bagaimana bisa aku melupakanmu? You’re so fucking hot.” *** Follow me on IG: abigail_kusuma95 (Informasi seputar novel ada di IG)
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!
Niat untuk melamar pekerjaan sebagai pengasuh, karena membutuhkan pekerjaan tambahan demi menyambung hidup dan membiayai pengobatan ayahnya, justru mengantarkan Laura pada kegilaan Greyson yang merenggut kesuciannya, dan mengikat untuk menjadi pemuas nafsu. Akankah Laura bersedia menjadi budak pemuas Grey demi sejumlah uang untuk pengobatan ayahnya?
Megan dipaksa menggantikan kakak tirinya untuk menikah dengan seorang pria yang tanpa uang. Mengingat bahwa suaminya hanyalah seorang pria miskin, dia pikir dia harus menjalani sisa hidupnya dengan rendah hati. Dia tidak tahu bahwa suaminya, Zayden Wilgunadi, sebenarnya adalah taipan bisnis yang paling berkuasa dan misterius di kota. Begitu dia mendengar desas-desus tentang hal ini, Meagan berlari ke apartemen sewaannya dan melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya. "Mereka semua bilang kamu adalah Tuan Fabrizio yang berkuasa. Apakah itu benar?" Sang pria membelai rambutnya dengan lembut. "Orang-orang hanya berbicara omong kosong. Pria itu hanya memiliki penampilan yang mirip denganku." Megan menggerutu, "Tapi pria itu brengsek! Dia bahkan memanggilku istrinya! Sayang, kamu harus memberinya pelajaran!" Keesokan harinya, Tuan Fabrizio muncul di perusahaannya dengan memar-memar di wajahnya. Semua orang tercengang. Apa yang telah terjadi pada CEO mereka? Sang CEO tersenyum. "Istriku yang memerintahkannya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhinya."
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?