/0/21223/coverbig.jpg?v=f8ac0de17517598b2c576d9770dc1023)
Seorang wanita yang merasa hubungannya membosankan menemukan pria baru yang membuatnya merasa hidup kembali. Ketika ia mencoba menjalani dua kehidupan, ia harus memilih antara cinta lamanya atau cinta baru yang penuh risiko.
Pagi itu, Maya duduk di meja makan sambil menatap piringnya yang berisi roti panggang yang sudah dingin. Sinar matahari masuk melalui jendela dapur, tapi tak mampu menghangatkan hatinya. Arman duduk di seberang meja, matanya terpaku pada layar ponselnya. Diam-diam, Maya menghela napas panjang.
"Man," panggil Maya dengan suara pelan.
"Hmm?" sahut Arman tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.
"Kamu sibuk terus akhir-akhir ini. Kita jarang ngobrol," kata Maya, mencoba mencari perhatian.
"Aku harus balas email ini dulu. Ada deadline dari kantor," jawab Arman cepat, sebelum kembali mengetik.
Maya menunduk, menggigit roti panggangnya yang hambar. Kata-kata seperti itu sudah terlalu sering ia dengar. Ia ingin berbicara tentang banyak hal-tentang dirinya, perasaannya, atau sekadar mengeluh tentang rutinitas. Tapi, setiap kali ia mencoba, Arman selalu punya alasan untuk tidak mendengarkan.
"Maya, kamu mau teh lagi?" Arman akhirnya menengadah, menawarkan dengan nada datar.
"Enggak usah, makasih," jawab Maya sambil memaksakan senyum.
Setelah sarapan, Arman langsung bersiap untuk pergi ke kantor. Seperti biasa, ia mencium pipi Maya cepat-cepat sebelum bergegas keluar. Maya hanya memandang pintu yang menutup dengan bunyi keras, merasa ada yang ikut tertutup dalam dirinya.
Sore Hari
Maya memandang dirinya di cermin. Wajahnya tampak cantik, meski ada kerutan kecil yang mulai terlihat di sudut mata. Ia menyisir rambutnya perlahan, bertanya pada bayangannya sendiri. Apakah ini hidup yang aku mau?
Telepon berdering, memecah lamunannya. Itu suara Lina, sahabat baiknya.
"Maya, kamu di rumah?" tanya Lina di seberang.
"Ya, aku di rumah. Kenapa, Lin?" jawab Maya, mencoba terdengar ceria.
"Aku mau ngajak kamu ngopi. Bosan di rumah terus, kan?"
Maya tersenyum kecil. Lina selalu tahu kapan ia butuh teman bicara.
"Oke, aku siap-siap," jawab Maya akhirnya.
Di Kafe
Lina menyeruput kopi hitamnya sambil memandang Maya yang tampak melamun.
"Maya, kamu kenapa? Ada yang enggak beres?" tanya Lina.
Maya menghela napas panjang. "Lin, aku cuma merasa... hidupku datar banget. Bangun pagi, masak, beresin rumah, nunggu Arman pulang, tidur. Besoknya begitu lagi. Kadang aku merasa seperti... bayangan diri sendiri."
Lina mengerutkan dahi. "Kamu sudah bicara sama Arman?"
Maya menggeleng pelan. "Dia sibuk terus. Aku enggak mau jadi beban tambahan buat dia."
"May, kamu itu istrinya. Bukan beban. Kalau kamu enggak bahagia, kamu harus bilang," kata Lina tegas.
Maya terdiam. Kata-kata Lina menusuk hatinya, tapi ia tahu Lina benar.
Malam Hari
Setelah Arman pulang, Maya mencoba memulai percakapan.
"Man, kita bisa bicara sebentar?" tanya Maya ketika mereka duduk di ruang tamu.
"Sekarang? Aku capek banget, Maya. Bisa besok aja?" jawab Arman sambil melepas dasi.
"Tapi ini penting..."
Arman menghela napas, menoleh pada Maya dengan ekspresi lelah. "Oke, apa yang kamu mau bicarakan?"
Maya terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat. "Aku merasa kita semakin jauh, Man. Kita jarang ngobrol, jarang habiskan waktu bareng. Apa kamu enggak merasa begitu?"
Arman mengerutkan kening, tampak bingung. "Jauh? Aku pikir semuanya baik-baik saja. Aku bekerja keras untuk kita, May."
"Aku tahu. Tapi aku butuh lebih dari itu. Aku butuh kamu, bukan cuma untuk kasih nafkah, tapi untuk jadi suami yang hadir di hidupku," suara Maya mulai bergetar.
Arman terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan. "Aku enggak tahu kamu merasa seperti ini. Aku janji, aku akan coba lebih baik, ya?"
Maya tersenyum tipis, meski hatinya masih ragu.
Malam itu, di kamar tidur
Malam itu, Maya terbangun di tengah malam. Hening menyelimuti rumah, hanya terdengar dengkuran lembut Arman di sampingnya. Ia duduk di tepi tempat tidur, menatap keluar jendela. Udara malam terasa dingin, tetapi tidak cukup untuk menenangkan gejolak di hatinya.
Maya mengambil ponselnya dari meja kecil di sisi tempat tidur. Ia membuka media sosial, mencari sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya. Saat menggulir layar, pandangannya berhenti pada unggahan sebuah foto acara kantor beberapa hari yang lalu. Di dalam foto itu, ia melihat dirinya berdiri di sudut ruangan, tampak tersenyum sopan pada seorang pria yang tak asing lagi-Raka.
Raka adalah salah satu kolega Arman yang baru dipindahkan ke kantor pusat. Saat bertemu di acara itu, Maya hanya menganggapnya sebagai orang baru yang ramah. Tapi sekarang, melihat wajahnya di layar, ada sesuatu yang lain yang tak bisa dijelaskan.
Tanpa sadar, Maya mengetuk nama Raka di foto itu. Profilnya terbuka, menampilkan berbagai unggahan tentang hidupnya-perjalanan ke luar negeri, aktivitas olahraga, dan senyuman yang tampak begitu bebas. Maya terdiam, merasa seperti seorang gadis remaja yang melihat seseorang yang memikat hati untuk pertama kalinya.
Keesokan paginya
Maya sedang menyiapkan sarapan ketika Arman turun ke dapur dengan terburu-buru, dasinya belum rapi dan ponselnya sudah di tangan.
"May, aku bakal pulang telat malam ini. Ada meeting tambahan," katanya sambil mengunyah roti panggang.
"Lagi? Kemarin juga begitu," sahut Maya dengan nada kecewa.
"Ya, tapi ini penting. Aku janji, kalau akhir pekan ini enggak ada kerjaan, kita habiskan waktu bersama, oke?" Arman tersenyum kecil, mencoba menenangkan.
Maya hanya mengangguk, menahan perasaannya sendiri.
Saat Arman keluar, Maya kembali ke dapur dan melanjutkan sarapannya sendiri. Namun, pikirannya terus melayang. Tiba-tiba, suara notifikasi ponsel memecah lamunannya.
Itu pesan di media sosial. Dari Raka.
Percakapan via chat:
Raka: "Hai, Maya. Maaf kalau mengganggu. Aku cuma ingin bilang, aku senang akhirnya punya teman ngobrol yang nyambung di acara kemarin."
Maya: "Oh, hai, Raka. Enggak ganggu kok. Terima kasih juga, aku jarang merasa santai di acara seperti itu."
Raka: "Mungkin karena kamu selalu tampak serius. Padahal, aku yakin kamu punya sisi lain yang lebih menyenangkan."
Maya: (tersenyum kecil) "Serius? Hmm, mungkin."
Maya merasa hatinya berdebar saat membaca pesan itu. Ia tahu, percakapan seperti ini berbahaya. Tapi, ada sesuatu dalam cara Raka berbicara yang membuatnya merasa dihargai-sesuatu yang belakangan ini jarang ia dapatkan dari Arman.
Sore hari, di rumah Maya
Lina kembali mampir ke rumah Maya, membawa kopi favorit mereka berdua.
"Maya, aku lihat kamu agak beda hari ini. Ada yang mau kamu ceritakan?" tanya Lina, matanya menyelidik.
Maya terdiam sesaat. "Lin, kamu pernah merasa... hidupmu kosong? Seperti ada yang kurang, tapi kamu enggak tahu apa itu?"
"Sering. Tapi, itu biasanya tanda kamu butuh perubahan," jawab Lina sambil menyeruput kopinya.
"Perubahan seperti apa?" Maya memiringkan kepalanya, menatap Lina dengan penuh tanya.
"Enggak tahu. Mungkin sesuatu yang bisa bikin kamu merasa hidup lagi. Kamu enggak bisa terus-terusan terjebak di rutinitas yang bikin kamu mati perlahan."
Kata-kata Lina membuat Maya berpikir. Namun, ia tak menceritakan tentang Raka. Sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa hubungan itu sebaiknya ia simpan sendiri-setidaknya untuk saat ini.
Malam Hari, di Ruang Tamu
Maya duduk sendiri di sofa, menonton film romantis yang membuatnya semakin sadar akan kehampaan hubungannya dengan Arman. Ketika layar menampilkan adegan sepasang kekasih saling menatap penuh cinta, Maya mematikan TV dengan frustrasi.
Ponselnya kembali berbunyi. Raka mengirim pesan lagi.
Raka: "Apa kabar, Maya? Sedang sibuk?"
Maya: "Enggak juga. Cuma lagi di rumah, seperti biasa."
Raka: "Seperti biasa? Kamu harus coba sesuatu yang baru. Kadang hidup perlu sedikit petualangan."
Pesan itu membuat Maya tersenyum. Ia tahu, Raka adalah petualangan yang berisiko. Tapi, di balik kesadaran itu, hatinya terusik oleh rasa penasaran yang terus tumbuh.
Apa salahnya mencoba? pikir Maya. Ia merasa, hidupnya sedang berada di persimpangan. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa ingin mengambil jalan yang berbeda.
Bersambung...
Lily, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarganya, menemukan bahwa perjodohannya dengan pria kaya raya lain hanyalah bagian dari rencana besar untuk menguasai pasar global. Namun, hatinya malah tertambat pada asisten pribadinya yang cerdas tetapi miskin.
Sepasang kekasih yang sudah bertunangan menghadapi cobaan berat ketika salah satu dari mereka memulai hubungan dengan orang lain. Konflik antara cinta, penyesalan, dan pengampunan menjadi inti perjalanan mereka.
Sepasang kekasih yang saling berjanji untuk bersama selamanya terjebak dalam cobaan ketika salah satu dari mereka mengkhianati cinta itu. Rasa sakit dan kebohongan perlahan mengungkap kebenaran yang mengubah hidup mereka berdua.
Seorang wanita yang baru menikah tergoda oleh mantan kekasihnya yang kembali dalam hidupnya. Hubungan gelap ini mengancam masa depannya, dan ia harus menentukan apakah ia akan terus berada dalam lingkaran pengkhianatan atau memperbaiki kehidupannya.
Cerita ini khusus 21+, karena terdapat adegan panas. Cerita ini di mulai ketika Fahrizal masih berumur 13 tahun, tapi dia sudah bisa menunjukkan kelebihannya di atas ranjang.
Pada hari ulang tahun pernikahan mereka, simpanan Jordan membius Alisha, dan dia berakhir di ranjang orang asing. Dalam satu malam, Alisha kehilangan kepolosannya, sementara wanita simpanan itu hamil. Patah hati dan terhina, Alisha menuntut cerai, tapi Jordan melihatnya sebagai amukan lain. Ketika mereka akhirnya berpisah, Alisha kemudian menjadi artis terkenal, dicari dan dikagumi oleh semua orang. Karena penuh penyesalan, Jordan menghampirinya dengan harapan akan rujuk, tetapi dia justru mendapati wanita itu berada di pelukan seorang taipan yang berkuasa. "Ayo, sapa kakak iparmu."
Maya terpaksa menggantikan posisi adik perempuannya untuk bertunangan dengan Arjuna, seorang pria cacat yang telah kehilangan statusnya sebagai pewaris keluarga. Pada awalnya, mereka hanyalah pasangan nominal. Namun, segalanya berubah ketika identitas Maya yang sebenarnya secara bertahap terungkap. Ternyata dia adalah seorang peretas profesional, komposer misterius, dan satu-satunya penerus master pemahat giok internasional .... Semakin banyak yang terungkap tentang Maya, Arjuna semakin merasa gelisah. Penyanyi terkenal, pemenang penghargaan aktor, pewaris dari keluarga kaya - ada begitu banyak pria yang menawan sedang mengejar tunangannya, Maya. Apa yang harus dilakukan Arjuna?!
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, “Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai.”
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.