/0/21145/coverbig.jpg?v=f92d27052d064519ff54ec8995292583)
Menikah dengan orang yang kita cintai tak menjamin rumah tangga tetap adem dan ayem apalagi bahagia. Bagaimana jadinya bila di paksa menikah dengan orang yang tak kita cintai dan tak mencintai kita. Orang tua memaksaku untuk menerima pinangan seorang duda keren setelah aku di talaq suami dzholim dan pelit. Lalu apakah aku mampu membangun rumah tangga tanpa adanya rasa cinta di hati kami? Apa aku akan terus terjebak dalam luka dan derita pernikahan? Atau justru aku akan menemukan kebahagian dalam rumah tangga yang di awali tanpa adanya cinta? Yuk simak perjalanan kisah hidupku, wanita yang dihina suami dan ibu mertua hanya karena aku lulus SD dan miskin. Tetapi setelah di cerai justru aku menikah dengan duda pengusaha kaya raya. Kami menikah tanpa adanya cinta diantara hati masing-masing.
"Jika kamu tak terima, silahkan cari lelaki lain sebagai suamimu!" teriak Mas Tedy.
Aku menatap tajam ke arah Mas Tedy, suamiku. Tak menyangka ia yang terkenal alim dan rajin meminta istrinya untuk mencari lelaki lain untuk bisa mencukupi kebutuhan. Suami macam apa dia?
"Sekali lagi kamu ngomong kayak gitu, aku akan benar-benar pergi dari sini, Mas. Tapi, jangan harap kubawa anak-anak. Biar kamu tahu rasanya mengurus dan mencukupi kebutuhan dua anak," ucapku dengan tegas. Aku berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Mas Tedy yang masih duduk di teras.
Aku sangat geram dibuatnya, ia selalu mengucapkan hal itu. Mencari pria lain? Memangnya aku ini istri siapa? Lidahnya seperti ada paku yang terlempar menusuk relung hatiku.
"Ya udah sana cari aja lelaki lain yang bisa ngasih tiga juta perbulan, yang bisa nyukupin kamu," balas Mas Tedy sangat santai dan seperti tak ada beban, membuatku semakin geram. Ia selalu mengucapkan kalimat itu, entah sudah berapa kali tak terhitung. Setiap aku mengeluh dengan yang yang diberikan dan meminta tambahan.
Keesokan pagi, Mas Tedy sudah bersiap untuk pergi ke kebun milik Bapakku. Ia akan memanen jagung manis. Aku akan menyusul setelah selesai mengurusi kedua putraku yang hendak sekolah.
Pertama mengantar Arshaka, putra sulungku yang sudah duduk di bangku kelas enam SD. Setelah itu, mengantar putri bungsuku, Kayla, yang masih sekolah di taman kanak-kanak. Selesai mengantar barulah menyusul Mas Tedy ke kebun.
Selain Mas Tedy, ada tiga orang lainnya yang membantu memanen jagung. Mereka akan di beri Ibu upah setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Anak-anak udah pada berangkat sekolah, Li?" tanya Mamakku.
"Sampun, Mak," jawabku.
"Sarapan dulu sini, nanti baru bantu-bantu," ajak Mamak.
"Enggeh, yang lain sampun sarapan, Mak??" tanyaku.
"Sudah semua tadi pagi," balas Mamak sembari memasukkan jagung-jagung yang sudah di pisahkan dari pohonnya.
Aku sarapan sendiri karena yang lain sudah sarapan sejak pagi. Setelah itu, aku membantu memasukkan jagung manis ke dalam karung besar yang nantinya akan di timbang oleh pembeli.
Mas Tedy dan para pekerja mengambil jagung. Mereka mengumpulkan setiap jagung yang dipetik kemudian Ibu, Bapak dan aku memasukkannya ke dalam karung.
"Nanti yang mangkiran kamu bawa pulang, Li, kasih juga untuk tetanggamu," ucap Bapak.
Bapak memang tau jika putri sulungnya hidup pas-pasan, bahkan tetanggaku yang sering memberikan sesuatu kepada keluargaku.
"Mereka pada mau kan, enggak nolak? Soalnya yang bagus di jual, di sana kan enggak ada yang nanam jagung," imbuh Bapak.
"Maulah, Pak, meski mangkiran, tapi juga masih bagus-bagus kok apalagi gratis," balasku.
Jagung sudah masuk karung semua, tinggal menunggu pembeli yang sebentar lagi datang. Matahari mulai condong, aku berpamitan untuk pulang lebih dulu karena waktunya menjemput Kayla
Selang beberapa saat setelah aku sampai rumah, Mas Tedy pulang dengan membawa empat karung jagung mangkiran. Jagung mangkiran biasa di sebut jagung BS-an.
"Banyak banget bawanya, Mas, memang bisa habis?" tanyaku.
"Buat makan ayam," jawabnya yang membuat hatiku dongkol. Enak saja jagung manis pemberian Bapak diberikan untuk Ayam.
Daripada pikiranku pusing lebih baik aku mandi dan setelah itu masak untuk makan siang.
"Hallo, lagi dimana? Kesini ada jagung manis satu karung."
"Iya, Mbahnya panen."
Aku mendengar dari kamar mandi percakapan Mas Tedy. Aku sudah bisa menebak kalau ia sedang berbicara dengan kakak iparku yang tinggal di kabupaten seberang.
Benar saja tak sampai satu jam seorang lelaki bertubuh tinggi, dan perut buncit datang mengendarai motornya dengan senyum sumringah
Tetanggaku yang sedang mengupas jagung itu segera pamit pulang, mungkin mereka merasa tak enak karena kedatangan Kakak iparku.
Jagung yang masih sisa tiga karung setengah, langsung diangkut Mas Nobi ke atas motornya, setelah itu lelaki buncit itu pulang.
"Mas! Kenapa jagungnya kamu berikan sama mas Nobi semua? Tetangga belum di kasih seperti Santi, Siti, dan tetangga dekat rumah lainnya. Emang Bapak berpesan untuk dikasihkan sama Mas Nobi, nggak kan. Lagian bisa-bisanya kamu nggak menyisakan buat anak-anak, padahal anak-anak paling suka sama jagung manis!" teriakku begitu amarah.
Pelit dengan anak dan istri tapi dengan Kakaknya sangat royal. Suami macam apa dia, seenak udelnya memperlakukan aku seperti itu.
"Terserah aku, yang bawa jagung itu siapa? Aku kan," ucapnya tambah ngeyel. Ingin diraup wajah pelitnya itu.
Aku yakin pasti kakak iparku akan pamer di sosmed. Mas Nobi pamer jagung manis jika habis panen jagung dan akan ia bagi-bagikan dengan tetangganya dengan dalih hasil panennya sendiri seperti kejadian yang sebelum-sebelumnya.
Semua pekerjaan rumah sudah beres, begitu juga melayani pembeli di warung kecilku yang cukup ramai hari ini. Warung ini adalah sumber utama pemasukan kami, dari sinilah aku memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mumpung sepi, aku menyempatkan diri merebahkan tubuh sambil mengecek HP. Ada notifikasi masuk, unggahan dari Mas Nobi yang muncul di beranda Facebook.
"JAGUNG MANIS HASIL PANEN DARI TANAH GUNUNG."
Aku mendengus pelan, tidak percaya. Berani sekali dia mengaku-ngaku jagung itu hasil panennya. Kebunnya sendiri saja tak pernah ia urus, tapi sekarang malah sok-sok rajin jadi petani sukses. Padahal semua itu sebenarnya hasil kerja keras Bapak dan Mamakku, mereka yang menanam, mereka juga yang merawat sampai panen.
Aku terus membaca komentar-komentar di bawah unggahannya.
"Panen banyak, Nob."
"Alhamdulillah banyak sekali, Bro," balasnya, menambahkan emoji senyum penuh kebanggaan palsu.
"Aku minta dong."
"Sini, Nduk, kubagi. Sebagian sudah kuberikan ke tetangga," balasnya lagi, seolah dia ini orang paling dermawan sejagat raya.
Emosiku makin naik membaca semua komentar itu. Jagung-jagung yang dia banggakan itu bukanlah hasil kerja kerasnya, melainkan milik Bapak dan Mamakku yang susah payah bekerja di ladang. Rasanya aku tidak bisa diam saja.
Dengan dada yang masih bergemuruh, aku mencari Mas Tedy yang sedang duduk santai di teras.
"Mas, kamu tahu nggak, Mas Nobi pamer di Facebook seolah-olah dia yang panen jagung itu? Nggak ada sekalipun dia memberi pengakuan kalau itu sebenarnya itu pemberian kita. Hasil keras Bapak dan Mamakku."
Mas Tedy hanya melirikku sekilas dengan wajah datar, seolah masalah ini sepele. "Ya biarin aja, Bu. Toh cuma jagung."
Aku tertegun, tak percaya dengan jawabannya. "Mas, kamu kok bisa-bisanya bilang begitu? Itu hasil keringat Bapak dan Mamakku, loh! Harusnya kamu juga menghargai usaha mereka. Kita yang kerja keras, orang lain yang dapat pujian!"
Ia mengangkat bahu, tampak acuh tak acuh. "Kalau kamu malu, ya biarin aja. Aku nggak peduli soal itu," katanya dengan nada dingin, lalu beranjak pergi begitu saja tanpa sepatah kata lagi.
Aku hanya bisa memandang punggungnya dengan perasaan kecewa dan terluka yang semakin mendalam. Rasanya seperti ada tembok yang makin tinggi di antara kami, semakin tebal setiap kali dia mengabaikan perasaanku.
---
Irfan pernah berkata Amira tak akan berarti tanpa dirinya. Kini, kenyataan justru berbalik-Amira bersinar di puncak kesuksesan, sementara Irfan hanya bisa menatap penuh penyesalan. Ironisnya, pria yang pernah meremehkannya itu kini datang membawa sejuta rayuan. Apakah Amira cukup bodoh untuk menyerahkan hatinya lagi? Atau dia akan membiarkan mantan suaminya terus tenggelam dalam penyesalan? Ikuti kisah penuh emosi dan kebangkitan Amira dalam Bersinar Setelah Menjanda.
WARNING 21+ !!! - Cerita ini di buat dengan berhalu yang menimbulkan adegan bercinta antara pria dan wanita. - Tidak disarankan untuk anak dibawah umur karna isi cerita forn*graphi - Dukung karya ini dengan sumbangsihnya Terimakasih
Zara adalah wanita dengan pesona luar biasa yang menyimpan hasrat membara di balik kecantikannya. Sebagai istri yang terperangkap dalam gelora gairah yang tak tertahankan, Zara terseret ke dalam pusaran hubungan terlarang yang menggoda dan penuh rahasia. Dimulai dengan Pak Haris, bos suaminya yang memikat, kemudian berlanjut ke Dr. Zein yang berkarisma. Setiap perselingkuhan menambah bara dalam kehidupan Zara yang sudah menyala dengan keinginan. Pertemuan-pertemuan memabukkan ini membawa Zara ke dalam dunia di mana batas moral menjadi kabur dan kesetiaan hanya sekadar kata tanpa makna. Ketegangan antara kehidupannya yang tersembunyi dan perasaan bersalah yang menghantuinya membuat Zara merenung tentang harga yang harus dibayar untuk memenuhi hasratnya yang tak terbendung. Akankah Zara mampu menguasai dorongan naluriahnya, atau akankah dia terus terjerat dalam jaring keinginan yang bisa menghancurkan segalanya?
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
Setelah dua tahun menikah, Sophia akhirnya hamil. Dipenuhi harapan dan kegembiraan, dia terkejut ketika Nathan meminta cerai. Selama upaya pembunuhan yang gagal, Sophia mendapati dirinya terbaring di genangan darah, dengan putus asa menelepon Nathan untuk meminta suaminya itu menyelamatkannya dan bayinya. Namun, panggilannya tidak dijawab. Hancur oleh pengkhianatan Nathan, dia pergi ke luar negeri. Waktu berlalu, dan Sophia akan menikah untuk kedua kalinya. Nathan muncul dengan panik dan berlutut. "Beraninya kamu menikah dengan orang lain setelah melahirkan anakku?"
Novel ini berisi kumpulan beberapa kisah dewasa terdiri dari berbagai pengalaman percintaan panas dari beberapa tokoh dan karakter yang memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan rumah, tempat kerja, profesi yang berbeda-beda serta berbagai kejadian yang diaalami oleh masing-masing tokoh utama dimana para tokoh utama tersebut memiliki pengalaman bercinta dan bergaul dengan cara yang unik dan berbeda satu sama lainnya. Suka dan duka dari tokoh-tokoh yang ada dalam cerita ini baik yang protagonis maupun antagonis diharapkan mampu menghibur para pembaca sekalian. Semua cerita dewasa yang ada pada novel kumpulan kisah dewasa ini sangat menarik untuk disimak dan diikuti jalan ceritanya sehingga menambah wawasan kehidupan percintaan diantara insan pecinta dan mungkin saja bisa diambil manfaatnya agar para pembaca bisa mengambil hikmah dari setiap kisah yan ada di dalam novel ini. Selamat membaca dan selamat menikmati!
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …