/0/21061/coverbig.jpg?v=8e0abc858cb6d2e9dc3b69f6095c1afe)
Indra Purwasena adalah seorang pendekar yang pemalas, usil dan tengil. Setiap hari dia selalu menjadi sasaran kemarahan gurunya yang bernama Braja Ekalawya. Meski perangainya cukup buruk tapi Indra adalah pendekar yang tangguh dari perguruan kecil bernama Dharmabuana. Suatu hari di Desa Legokpare ada turnamen bela diri yang diadakan oleh Adipati Mangkuwira. Indra sangat ingin mengikutinya, karena ingin membuat nama perguruan kecilnya dikenal seluruh dunia, tapi Braja Ekalawya tidak mengizinkannya. Namun Indra tetap ingin mengikutinya hingga akhirnya dia pergi secara diam-diam dari perguruannya. Dia tidak tahu kalau keputusannya itu akan dia sesali seumur hidupnya. Indra akhirnya mulai mengembara di dunia persilatan, perjalanan balas dendamnya akan penuh dengan rintangan dan penghinaan karena statusnya yang merupakan pendekar dari perguruan kecil. Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana perjalanan Indra akan dimulai dan berakhir? Silahkan ikuti kisahnya.
"Hoam.." seorang pemuda yang bernama Indra Purwasena itu menguap lebar. Dengan santainya dia rebahan di atas sebuah dahan pohon kecil, meskipun tubuhnya lebih besar dari dahan pohon, namun anehnya dahan kecil itu mampu menopang tubuhnya.
Tiba-tiba saja sebuah cangkir bambu berisi air melesat tepat di atas wajahnya, cangkir itu terbalik hingga airnya tumpah. Namun sekejap mata Indra langsung menggenggam cangkir bambu itu dan menggunakannya untuk menadah air yang sudah menetes di udara. Tidak ada setetespun air dari cangkir itu yang jatuh ke tanah.
Baru saja Indra hendak meminum air dari cangkir itu tiba-tiba hembusan angin melesat ke arahnya, Indra melemparkan kembali cangkir itu ke udara. Dia langsung menggerakan tangannya untuk menghalau pukulan dari orang tak terlihat yang menyerangnya.
'Dakh'
'Degh'
Indra beberapa kali beradu pukulan di dahan kecil tempatnya terbaring tadi. Tiba-tiba saja di hadapannya kini sudah berdiri seorang kakek-kakek, dia tak lain adalah guru Indra yakni Braja Ekalawya. Indra hendak meraih kembali cangkir bambu yang tadi dia lemparkan, tapi Braja langsung menyerangnya lagi dengan pukulan.
Indra menahan pukulan gurunya dengan tangan kiri, lalu tubuhnya berputar dengan tangan kanan bertumpu ke dahan kecil yang dia pijak, sementara telapak kakinya menahan cangkir yang jatuh. Bersamaan dengan Indra yang bergerak memutar itu Braja langsung menghentakan kakinya ke dahan kecil tumpuan Indra.
"Wawawa.."
'Bruk'
Indra jatuh ke tanah tepat setelah telapak kakinya menyentuh bagian bawah cangkir, kini air di dalam cangkir itu benar-benar tumpah di bajunya. Braja Ekalawya yang masih berdiri di dahan pohon kecil hanya tertawa puas melihat muridnya itu terbaring kesakitan di tanah.
"Guru ini jahat sekali. Menyerangku pakai ajian halimunan segala lagi," gerutu Indra sambil mengusap usap bokongnya yang terasa sakit karena menghantam permukaan tanah.
"Hehehe.. anggap saja itu hukuman untuk orang malas sepertimu," jawab Braja sambil terkekeh.
"Perasaan aku terus yang dihukum," gerutu Indra sambil berdiri.
"Ya memang kau satu-satunya murid tengil di perguruanku! Yang lain sibuk berlatih, kau malah tiduran di sini. Dasar pemalas," omel Braja seraya turun ke tanah.
"Aku hari ini masih ngantuk guru," tukas Indra sambil menguap lagi.
"Pergi sana cari kayu bakar biar ngantukmu hilang!" tegas Braja.
"Iya-iya," jawab Indra sambil berjalan untuk mencari kayu bakar.
Braja hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan muridnya yang satu itu, tubuhnya memang terlihat kekar dan tinggi. Rambut pendek dan kulit sawo matang ditambah pakaian khas pendekar dengan baju terbuka di bagian depan membuatnya terlihat seperti pendekar yang hebat, tapi sayang sikapnya yang pemalas, usil dan tengil selalu berhasil membuat Braja mengomelinya setiap hari.
Sementara Indra terus menyusuri hutan yang ada di Pasir Gede (Bukit Gede). Di lembah bukit itulah selama kurang lebih dua puluh lima tahun ini Indra berguru di perguruan Dharmabuana, sedangkan di dekat pasir itu ada sebuah desa bernama Desa Panuntungan. Sepanjang jalan Indra terus menggerutu karena hampir setiap hari dia diomeli oleh gurunya.
Sejak kecil dia memang sudah dirawat oleh Braja hingga Indra sudah menganggapnya sebagai kakek kandungnya sendiri, sejak dulu sikap usil dan tengil Indra memang sudah terlihat, tapi beberapa tahun terakhir ini semakin menjadi karena merasa bosan. Selama ini dia terus berlatih di perguruan, ingin rasanya dia pergi sejenak untuk melepas kebosanannya. Terlebih dia ingin membuat nama perguruannya semakin dikenal, karena saat ini hanya orang-orang di sekitar Pasir Gede saja yang tahu tentang perguruan Dharmabuana.
Indra mulai mengumpulkan kayu bakar satu persatu, setelah cukup banyak dia kemudian mengikatnya dengan tali dari dahan pohon pisang yang sudah kering. Indra duduk di rumput sambil merasakan angin yang sepoi-sepoi menerpa tubuhnya. Rasa kantuknya kembali datang, tapi saat matanya hampir terpejam samar-samar di depannya terlihat seorang pria paruh baya sedang berjalan ke arahnya.
"Mau cari kayu bakar Mang?" tanya Indra dengan ramah, pria itu adalah penduduk Desa Panungtungan yang sedang mencari kayu bakar di Pasir Gede.
"Eh Indra, iya nih persediaan kayu bakar di rumah sudah hampir habis," jawab pria paruh baya bernama Juha tersebut.
"Ya kalau nggak mau cepet habis jangan dibakar dong mang," tukas Indra sambil tertawa.
"Kalau nggak dibakar emangnya mau diapain? Digoreng?" balas Juha seraya ikut tertawa.
"Wah Mang Juha bisa saja," kata Indra.
"Oh iya, kamu nggak ikutan sayembara di Desa Legokpare?" tanya Juha.
"Emang ada sayembara apa mang di sana?" tanya Indra yang terlihat penuh antusias.
"Katanya Adipati Mangkuwira mengadakan sayembara silat di sana, siapapun yang bisa mengalahkan empat pendekar tangguh yang dibawa olehnya maka akan mendapatkan seribu koin emas dan dinikahkan dengan putrinya yang bernama Mira Mangkuwira," jelas Juha.
"Wah mang Juha tahu bener isi sayembaranya, jangan-jangan mang Juha jadi panitianya ya?" kelakar Indra sambil tertawa.
"Bukan, mamang tahu dari para pendekar yang lewat ke desa," tukas Juha sambil tertawa.
"Wah, terima kasih banyak mang. Aku mau izin dulu deh ke Aki Guru," ucap Indra yang langsung berlari dengan girang menuju tempat perguruannya.
"Ini kayu bakarnya!" teriak Juha saat melihat Indra tidak membawa kayu bakarnya.
"Ambil saja mang!" teriak Indra dari kejauhan. Juha hanya geleng-geleng kepala saja, seluruh warga Desa Panungtungan memang sudah mengenal sosok Indra yang usil dan suka bercanda.
Indra terus berlari hingga sampai ke pondok-pondok yang ada di tengah hutan, disanalah perguruan Dharmabuana yang dipimpin oleh Braja berada. Tampak lima murid sedang berlatih di bawah asuhan cucu Braja yang bernama Lingga Ekalawya, dengan wajah polosnya Indra langsung menuju sebuah pondok tempat Braja tinggal.
"Guru, guru.." ucap Indra menemui gurunya yang sedang bersila di teras pondok sederhana miliknya.
"Guru aku mau pergi sebentar ke Desa Legokpare," sambung Indra.
"Mau apa ke sana? Di mana kayu bakarnya?" tanya Braja.
"Kita bahas kayu bakarnya nanti guru. Sekarang aku mau izin untuk ikut sayembara silat di Desa Legokpare, lumayan guru hadiahnya dapat seribu koin emas. Kita bisa makan daging sapi selama dua bulan guru kalau dapat, boleh ya? Boleh kan?" tukas Indra yang terus berbicara tanpa henti. Braja tampak menghela nafas dalam.
"Tidak," jawab Braja.
"Wah jangan gitu dong guru. Bagaimana kalau nanti lima ratus koin emas buat guru?" bujuk Indra.
"Tidak! Apa kau lupa dengan setiap wejanganku? Kekuatan yang kau miliki itu bukanlah untuk pamer ataupun untuk main-main!" tegas Braja.
"Tapi guru, kalau aku menang di sayembara itu maka perguruan Dharmabuana yang kecil ini akan dikenal oleh seluruh orang di Kerajaan Panjalu. Guru juga nantinya akan menjadi Mahaguru dari Dharmabuana," bujuk Indra sambil memijat tubuh gurunya.
"Indra, perguruan itu tidak dilihat dari besar kecilnya. Tapi apa yang diajarkan di dalamnya," ucap Braja tetap dengan pendiriannya.
"Ayolah, kakek," bujuk Indra sambil tersenyum.
"Tidak, meski Lingga sekalipun tidak akan aku izinkan mengikutinya," kata Braja.
"Ah, kakek nggak asik," ucap Indra sambil pergi meninggalkan gurunya lagi.
"Dia sama sekali belum berubah," gumam Braja seraya menghela nafas dalam.
"Indra mana kayu bakarnya?" teriak Braja, tapi Indra yang sudah menjauh tidak menjawab sedikitpun.
Indra yang kesal langsung berjalan lunglai ke area latihan perguruan. Lima murid yang tadi sedang berlatih kini sedang beristirahat. Lingga yang melihat sahabatnya seakan tanpa semangat segera berjalan menghampiri. Tubuhnya yang kekar dan tinggi membuat Lingga terlihat gagah, wajahnya yang tampan juga menambah kesempurnaan parasnya.
"Ada apa Dra?" tanya Lingga. Indra tidak langsung menjawab, dia terlihat termenung sejenak lalu tersenyum.
"Ah tidak, tadi guru mengomeliku gara-gara aku tidur di dahan pohon," jawab Indra.
"Ya wajar kalau guru sampai marah. Kau kan murid kedua yang berguru di sini, guru juga sudah menganggapmu sebagai cucunya sendiri sama sepertiku. Jadi tidak heran kalau dia ingin kau memberikan contoh yang baik kepada murid lainnya," tutur Lingga.
"Iya sih sejak kecil aku memang dirawat oleh guru. Tapi harusnya kau sendirian sudah cukup kan buat jadi contoh mereka," tukas Indra.
"Tapi kalau kita berdua jadi contoh baiknya pasti akan lebih bagus," jelas Lingga.
"Iya sih. Oh iya, aku sekarang mau pergi ke Desa Legokpare untuk ikut sayembara. Kamu mau nitip sesuatu?" tanya Indra mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Sayembara? Memangnya kakek mengizinkanmu ikut?" tanya Lingga.
"Kakek kan orang baik, tadi aku sudah meminta izin darinya. Kalau kamu nggak mau nitip, aku akan berangkat sekarang saja," jawab Indra sambil mulai berjalan cepat meninggalkan area perguruan Dharmabuana.
"Tapi kamu sudah dapat izin dari kakek kan?" tanya Lingga lagi karena jawaban Indra tadi tidak jelas baginya.
"Aku tadi sudah meminta izin kepada kakek," jawab Indra dari kejauhan sambil melambaikan tangannya. Lingga hanya menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Indra yang sama sekali tidak memberikan jawaban jelas dari pertanyaannya, dia ragu kalau kakeknya sudah memberikan izin kepada Indra.
Bersambung...
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Setelah tiga tahun menikah yang penuh rahasia, Elsa tidak pernah bertemu dengan suaminya yang penuh teka-teki sampai dia diberikan surat cerai dan mengetahui suaminya mengejar orang lain secara berlebihan. Dia tersentak kembali ke dunia nyata dan bercerai. Setelah itu, Elsa mengungkap berbagai kepribadiannya: seorang dokter terhormat, agen rahasia legendaris, peretas ulung, desainer terkenal, pengemudi mobil balap yang mahir, dan ilmuwan terkemuka. Ketika bakatnya yang beragam diketahui, mantan suaminya diliputi penyesalan. Dengan putus asa, dia memohon, "Elsa, beri aku kesempatan lagi! Semua harta bendaku, bahkan nyawaku, adalah milikmu."
Setelah diusir dari rumahnya, Helen mengetahui bahwa dia bukanlah putri kandung keluarganya. Rumor mengatakan bahwa keluarga kandungnya yang miskin lebih menyukai anak laki-laki dan mereka berencana mengambil keuntungan dari kepulangannya. Tanpa diduga, ayah kandungnya adalah seorang miliarder, yang melambungkannya menjadi kaya raya dan menjadikannya anggota keluarga yang paling disayangi. Sementara mereka mengantisipasi kejatuhannya, Helen diam-diam memegang paten desain bernilai miliaran. Dipuji karena kecemerlangannya, dia diundang menjadi mentor di kelompok astronomi nasional, menarik minat para pelamar kaya, menarik perhatian sosok misterius, dan naik ke status legendaris.
Bayangkan menikah dengan seorang pria miskin hanya untuk menemukan bahwa dia sebenarnya tidak miskin. Katherine tidak tahu apa lagi yang harus diharapkan setelah dia dicampakkan oleh pacarnya dan akhirnya menikah dengan pria lain keesokan harinya. Suami barunya, Esteban, tampan, tetapi dia pikir kehidupan pernikahannya tidak akan istimewa sama sekali. Dia terkejut ketika menemukan bahwa Esteban sebenarnya sangat lengket. Anehnya, semua masalah yang dia temui setelah pernikahan diselesaikan dengan mudah. Ada sesuatu yang ganjil. Dengan curiga, dia bertanya padanya, "Esteban, apa yang terjadi di sini?" Sambil mengangkat bahu, Esteban menjawab, "Mungkin keberuntungan ada di pihakmu." Katherine memercayainya. Bagaimanapun, dia telah menikah dengan Esteban ketika pria itu akan bangkrut. Dialah pencari nafkah keluarga mereka. Mereka terus menjalani hidup sebagai pasangan sederhana. Jadi, tidak ada yang mempersiapkan Katherine untuk kejutan yang dia terima suatu hari. Suaminya yang sederhana tidak sesederhana itu! Dia tidak percaya bahwa dia benar-benar menikah dengan seorang miliarder. Sementara dia masih memproses keterkejutannya, Esteban memeluknya dan tersenyum. "Bukankah itu bagus?" Kathrine punya sejuta pertanyaan untuknya.
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!