/0/20731/coverbig.jpg?v=712e6cb13336384ac8cf4241cbc8dded)
Suci adalah seorang Ibu rumah tangga yang baik hati, lembut penyayang serta begitu setia. Ia mendampingi Suami yang telah menikahinya selama sepuluh tahun dan di karuniai tiga orang Anak. Suaminya bekerja sebagai seorang Mekanik freelance. Tak peduli siang dan malam mereka banting tulang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Memang takdir manusia itu berbeda, seberapa tekun dan rajinnya seseorang, jika memang belum waktunya untuk berhasil, maka belum berhasil. Mereka selalu mensyukuri berapa pun rezeqi yang mereka dapatkan. Di tengah kesulitan yang mereka hadapi, selalu saja ada prahara. Hinaan dan cacian juga seorang yang ingin menghancurkan biduk rumah tangga mereka. Lalu, bagaimana mereka menjalani dan menghadapi semua itu? Ikuti kisah ini!
Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi.
Penulis : Lusia Sudarti
Ma, adek lapar.
Part 1.
"Ma, adek lapar!" rengek si bungsuku, Nayla.
Hatiku begitu pedih mendengar rengekannya.
Huuffftt.
Kuhela napas yang begitu sesak menghimpit rongga dada.
"Iya, Nak, sebentar ya, mama masak sayur dulu," sahutku lirih.
Dia hanya mengangguk seraya tersenyum ceria, lalu bangkit menuju keluar untuk melanjutkan bermain bersama teman-temannya.
Aku segera beranjak menuju dapur untuk memasak air kuah sayur bening daun katuk yang akan kupetik dari kebun belakang rumah.
Satu ikat daun katuk telah berada ditanganku, kutaruh diatas dahan pohon mangga yang bercabang, aku mencabut rumput-rumput yang telah tumbuh disamping rumah, karena kesibukanku dalam bekerja, rumah pun tak terurus.
Aku memandang berkeliling rumput telah memenuhi kebun belakang, seandainya aku punya uang, aku beli obat semprot untuk membasmi rumput.
Jangankan untuk membeli obat yang harga ratusan ribu, untuk membeli masako yang harganya lima ratus perak aja tak mampu!
Aku hanya mampu menarik napas perlahan, sembari mengusap dada yang terasa nyeri.
Aku berjongkok kembali mencabut rumput-rumput, air mataku meleleh, hatiku benar-benar terluka dengan semua kenyataan yang kuhadapi.
'Ya Allah ...''
Hanya itu yang mampu keluar dari bibirku, sesekali aku menyeka air bening yang terus mengalir dari kedua netraku.
Wajahku yang mungkin terlihat sayu.
Saat seperti ini yang membuatku teringat akan ibundaku yang telah tiada, ketika Nayla berusia delapan bulan, Ibundaku menghembuskan napas terakhir, karena menderita penyakit stroke selama empat tahun.
'Bu, Suci kangen,'' aku tersedu-sedu seorang diri. Namun jemari lentik ini tetap bekerja mencabut rumput hingga bersih.
Bapak yang kini bekerja di rumah saudaranya di Lampung Barat, beliau membantu pamanku memetik kopi.
Aku sebatang kara, hanya memiliki suami dan ketiga buah hatiku.
Astagfirullah! Aku tersentak kaget, dan segera tersadar dari lamunanku.
Dengan tergesa aku masuk mengambil mangkuk dan memetik tangkai katu dari batangnya.
Setelah mencucinya, air untuk memasak sayur ternyata telah mendidih dan tersisa separuhnya, aku tertegun, ternyata aku begitu lama ya berada di belakang rumah mencabut rumput.
Namun, saat aku mencari bumbu-bumbu penyedap masakan, semua telah habis. Lalu aku meraih toples tempat gula putih, nahasnya itupun habis.
'Ya Allah, bagaimana ini? Semua habis, uang pun habis,' aku membatin, tak urung meleleh air mataku tanpa bisa dibendung lagi.
Kuambil ponsel diatas meja, aku mencoba untuk mencari pinjaman, biarlah meskipun berbunga yang penting Anak-anak bisa makan untuk dua hari kedepan, sambil menunggu bayaran dari pekerjaan kami.
Tetapi aku masih menimbang dan berpikir, dapat atau tidak untuk bayarnya?
Aku ragu untuk menghubungi orang yang biasa memberikan pinjaman berbunga. Antara pinjam atau tidak.
Kutaruh kembali benda pipih itu, aku takut nanti tak sanggup membayarnya.
Untuk sekian lamanya aku hanya termenung, dengan hati pedih seolah tersayat sembilu, aku berpikir keras.
Dari mana bisa mendapatkan uang untuk sekedar membeli beras untuk makan Anak-anakku.
"Ma, Adek lapel," tiba-tiba Nayla telah berdiri di belakangku, seketika aku menoleh kepadanya, melihat wajahnya yang murung, tak urung membuatku semakin hancur.
"Sabar ya Sayang, belum mateng airnya," dalihku sembari memeluknya.
"Ya udah, Adek main lagi ya Ma!" ujarnya sambil berdiri dan melangkah keluar dengan kaki diseret.
'Ohhh, Ya Allah, cobaan apa yang Engkau tetapkan kepada kami ini."
Aku kembali berjalan ke arah dapur, dengan air mata yang terus membanjiri pipiku.
Tubuhku tiba-tiba luruh, lututku tak mampu menopang beban tubuh yang seolah begitu berat.
Daya pikir pun seolah buntu dan tak berfungsi. Yang ada dalam hatiku hanya ada duka.
Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku tentang pinjaman berbunga.
Biarlah urusan bayar nanti dapat dari mana, yang terpenting saat ini anakku tak kelaparan.
Kemudian tanpa berpikir dua kali aku bangkit dan berlari mencari benda pipih berwarna hitam untuk mencari pinjaman.
Setelah menemukannya, aku melangkah menuju teras.
Kubuka aplikasi berwarna hijau dan mencari kontak yang biasa memberikan sejumlah pinjaman berbunga.
[Tan, maaf aku mau pinjam uang 100.000.] aku segera mengirim pesan.
Ting!
Suara terkirim dan langsung centang biru. Kebetulan tante Loly sedang online.
[Aduh Mbak, maaf, bukan nggak boleh nih, tapi kebetulan sedang kosong, mungkin lusa Mbak adanya.] balasan tante Loly
[Oh iya ,Tan nggak apa-apa kalo belum ada.]
[Ya maaf ya Mbak.]
"Gimana ini?" aku kembali membatin.
Lalu kucoba mencari kontak orang yang masih ada sisa bayaran kami.
[Assalamualaikum, Mbak, maaf saya mau minta sisa bayaran kemarin.]
Kulihat status online, sedang mengetik.
[Sabar Mbak aku belum dapat uang. Kalo sudah ada pasti aku bayar kok, gak harus ditagih terus, bosen tau bacanya!] balasan pesan itu sangat menyakitkan.
Aku menghela napas panjang saat membaca balasan tersebut. Aku hanya mengusap dada yang terasa nyeri. Menagih upah atas tenaga yang telah diberikan, tetapi rasanya seperti mengemis.
[Ini juga sudah sabar Mbak, janji diawal akan Mbak sama Mas-nya bayar kalau sudah terjual akan dibayar lunas]
[Tapi mengapa sampai sekarang belum ada tanggapan sama sekali, bahkan datang kerumah saya pun tidak!] ku kirim kembali balasanku.
[Mbak, saya juga belum punya uang, mobil kemarin belum lunas, masih di DP sama yang beli, untuk bayar sampean. Dan saya pun berhutang lho Mbak, untuk bayar Mbak kemarin, jadi tolong deh sabar dikit!]
[Nanti pasti saya bayar kok, jangan takut!] pesannya lagi.
Pesan itu hanya aku lihat, tanpa berniat membalasnya.
Aku termenung sembari berdiri diambang pintu. Anganku jauh menerawang, hingga terbersit pemikiran dangkal yang sempat melintas di pikiranku.
Ingin rasanya aku mengakhiri semua ini, membawa serta Anak dan suamiku untuk menyusul Ibuku yang telah tenang di alam sana.
Tiba-tiba di telingaku terngiang suara halus almarhum Ibu dan Mertuaku, agar aku bersabar menghadapi semua ujian dan cobaan ini.
'Astagfirrullah, apa yang aku pikirkan ini? Ampuni hamba-Mu ini Ya Allah," lirihku dalam hati ketika aku hampir terbujuk rayuan syetan.
'Astagfirullah! Astaghfirullah!' Berulang kali aku terlihat mengucap istighfar dan mengusap wajahku.
'Berilah sedikit rezeki-Mu Ya Allah,' Aku berdoa selalu dalam hati agar dimudahkan segala urusan dan diberikan rezeki untuk keluarganya.
Lamunanku buyar ketika Nayla mengagetkanku.
"Ma, Adek lapar sudah belum masaknya ..."
Kembali Anakku memelas hingga hati ini terasa bagaikan ditikam pisau yang sangat tajam.
(Bersambung)
Setengah kilo nasi aking untuk anakku adalah novel tentang kehidupan sebuah keluarga yang hidup digaris kemiskinan. setelah sang suami harus diberhentikan dari pekerjaannya, mereka benar-benar terpuruk. Dan mereka bekerja serabutan. Hardi, lelaki yang telah membersamainya selama hampir kurang kebih tujuh tahun bekerja sebagai kuli cangkul disawah. sedangkan Hanum tak pernah tinggal diam. Ia membantu mencari uang sebagai buruh cuci setrika dari rumah kerumah. Meskipun kehidupan mereka pas-pasan, namun keluarga mereka adalah contoh keluarga bahagia. selalu bersyukur dan tak pernah mengeluh sedikitpun. Mereka menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan. Namun ... kebahagiaan Hanum tak berlangsung lama. Disinilah awal dari semua penderitaan yang dialami oleh Hanum dan kedua Anaknya ...! Penderitaan yang bagaimana yang dialami oleh Hanum ...? Yuk ikuti kisah selanjutnya ... !
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?
Livia ditinggalkan oleh calon suaminya yang kabur dengan wanita lain. Marah, dia menarik orang asing dan berkata, "Ayo menikah!" Dia bertindak berdasarkan dorongan hati, terlambat menyadari bahwa suami barunya adalah si bajingan terkenal, Kiran. Publik menertawakannya, dan bahkan mantannya yang melarikan diri menawarkan untuk berbaikan. Namun Livia mengejeknya. "Suamiku dan aku saling mencintai!" Semua orang mengira dia sedang berkhayal. Kemudian Kiran terungkap sebagai orang terkaya di dunia.Di depan semua orang, dia berlutut dan mengangkat cincin berlian yang menakjubkan. "Aku menantikan kehidupan kita selamanya, Sayang."
Yuvina, pewaris sah yang telah lama terlupakan, kembali ke keluarganya, mencurahkan isi hatinya untuk memenangkan hati mereka. Namun, dia harus melepaskan identitasnya, prestasi akademisnya, dan karya kreatifnya kepada saudara perempuan angkatnya. Sebagai imbalan atas pengorbanannya, dia tidak menemukan kehangatan, hanya pengabaian yang lebih dalam. Dengan tegas, Yuvina bersumpah akan memutus semua ikatan emosional. Berubah, dia sekarang berdiri sebagai ahli seni bela diri, mahir dalam delapan bahasa, seorang ahli medis yang terhormat, dan seorang desainer terkenal. Dengan tekad yang baru ditemukan, dia menyatakan, "Mulai hari ini dan seterusnya, tidak ada seorang pun di keluarga ini yang boleh menyinggungku."
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!