/0/19732/coverbig.jpg?v=bd5dcdecd0abc442b7ed00cc00275c88)
Tentang Kirani, wanita muda yang bergelar istri yang terpaksa menjadi wanita malam demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga suaminya.
"Ini kuncinya Tuan," ucap Tina, salah satu pekerja yang bertugas di bagian resepsionis sambil melirik ke arah wanita muda yang berdiri di sebelah Prasna, anak pemilik hotel di mana Tina bekerja.
Prasna mengambil kunci tersebut tanpa bersuara, lalu menarik pelan tangan Kirani, wanita muda yang bersamanya.
"Wajah sih polos dan lugu, tapi bawah salome, idih amit-amit," cebik Nita sambil mengikuti langkah Prasna dan Kirani dengan ekor matanya.
"Kalau Non Nelsa tahu, pasti perang dunia ke empat." Sambil mengunyah permen karet mata Nita terus mengikuti ke mana anak pemilik hotel tadi membawa Kirani.
"Sstt ... ada Non Nelsa, diam! Pura-pura nggak tahu!" bisik Wanda, tangannya menyiku lengan Nita.
Mendengar ucapan Wanda, bergegas Nita mengambil tong sampah kecil dan pura-pura ke belakang untuk membuang sampah.
"Hai, kenapa diam saja?" tanya Prasna, pria tampan yang membawanya dari warung remang-remang tadi.
"Engg-enggak apa-apa Om, eh Tuan," Kirani menjawab dengan gugup, dia ingat tadi saat Nita memanggil pria itu dengan sebutan Tuan.
"Namamu siapa?" tanya Prasna sambil mengangkat dagu Kirani dengan tangan gemetar.
"Kir-Kir...."
"Kikir? Ha ha ha, nama yang unik!" Prasna tertawa untuk menutupi perasaan groginya.
"Ma-maaf Tuan, sebelum jam sembilan saya harus pulang," ucap Kirani pelan, Prasna mengerutkan dahinya heran, lalu matanya beralih ke pergelangan tangannya. Dua puluh delapan menit lagi tepat jam sembilan.
"Cepat lakukan sekarang Tuan!" Lirih, Kirani berucap, tangannya mulai melepas kancing bajunya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Prasna sambil menarik tangan Kirani.
"Sudah nggak ada waktu lagi Tuan, lakukan sekarang!" Kirani mendesak Prasna dengan suara lirih dan dengan nafas yang memburu.
Prasna menelisik wajah Kirani, dalam hatinya merasa heran dan aneh dengan sikap wanita yang berada di depannya.
Ingatan Prasna melayang pada kejadian sekitar satu jam yang lalu. Pikirannya sedang kacau karena habis bertengkar dengan tunangannya yang bernama Nelsa.
Prasna tak mau mengemudi dalam keadaan pikiran kacau, dan dia menghentikan mobilnya di depan sebuah warung.
Niat Prasna untuk membeli air mineral di sebuah warung berubah ketika melihat Kirani yang sedang duduk dengan gelisah, dan ketika pemilik warung itu membisikkan sesuatu di telinganya, tanpa berpikir panjang Prasna mengangguk dan langsung mengulurkan beberapa lembar uang merah kepada pemilik warung tersebut.
Kirani beranjak dan mengikuti langkah Prasna setelah pemilik warung itu mencolek bahunya, sambil menunjuk ke arah mobil Prasna.
"Tu-Tuan, hampir jam sembilan," Ucapan Kirani membuyarkan lamunan Prasna.
"Memang kenapa kalau jam sembilan, terserah saya mau pakai kamu sampai jam berapa!" jawab Prasna santai dan tanpa ekspresi.
"Nggak bisa Tuan, saya harus sampai rumah sebelum jam sepuluh, kalau tidak..."
"Kalau tidak kenapa?" tanya Prasna memotong ucapan Kirani, dia penasaran dan ingin tahu apa alasannya.
"Atau kamu punya janji dengan orang lain?" tanya Prasna lagi sambil menatap Kirani dengan tatapan tajam.
"Enggak ada Tuan, cepat lakukan sekarang, saya harus pulang dan harus membawa uang untuk kebutuhan keluarga saya!" jawab Kirani dengan cepat, lalu dengan cepat pula wanita itu membuka kancing-kancing bajunya.
"Jangan, bukan itu yang saya inginkan!" Prasna mengambil bantal untuk menutupi tubuh Kirani yang setengah terbuka.
"Lalu apa maksud Tuan membawa saya ke sini? Tuan sudah membuang waktu saya!" ucap Kirani dengan emosi yang ditahan, terbayang wajah suami dan ibu mertuanya kalau nanti pulang tanpa membawa uang sepeserpun.
Prasna tersentak mendengar ucapan Kirani. Rasa penasarannya semakin kuat terhadap wanita yang berwajah teduh dan polos itu. Ada gurat kesedihan yang terlihat oleh Prasna dalam tatapan Kirani.
"Tunggu! Jangan pergi!" Prasna berseru memanggil Kirani yang sudah siap membuka pintu.
Kirani menoleh dan menatap Prasna dengan tatapan sengit.
"Apa lagi yang Tuan inginkan? Mau mempermainkan saya?" setelah berkata seperti itu Kirani langsung pergi dengan membanting pintu kamar dengan keras.
Prasna terperanjat, bergegas dia lari mengejar Kirani. Timbul rasa sesal dan bersalah di hatinya.
"Sayang, apa yang kau lakukan dengan perempuan tadi?" Langkah Prasna terhenti karena dicegat oleh Nelsa yang dari tadi mencarinya di sekitar hotel tersebut.
"Bukan urusanmu!" sentak Prasna sambil menepis tangan Nelsa. Prasna terus berlari dan mencari Kirani, tapi lelaki itu harus menelan kekecewaan saat melihat Kirani masuk ke dalam sebuah taksi, Prasna hanya bisa pasrah saat taksi itu bergerak pergi.
Di sebuah lorong sempit, Kirani melangkah dengan gontai, jantungnya berdegup kencang membayangkan apa yang bakal terjadi sebentar lagi.
Tok tok tok!
Kirani mengetuk pintu rumahnya pelan, dia pasrah walau apa pun yang akan dilakukan oleh keluarga suaminya.
"Nah, itu yang kita tunggu pulang!" ucap Bu Uli sambil beranjak bangun untuk membukakan pintu. Hani, kakak ipar Kirani menyambut ucapan ibunya dengan senyum sumringah, terbayang uang yang akan didapat dari Kirani.
"Vin, Davin, istrimu pulang!" Hani memanggil Davin, adiknya yang sedang menikmati makan malamnya.
Mendengar suara kakaknya, Davin meninggalkan makanannya yang masih banyak tersisa.
"Hhmmmm, istri cantikku sudah pulang rupanya!" ucap Davin sambil merangkul Kirani yang berniat masuk ke kamarnya.
"Saya capek Bang, mau istirahat dulu," balas Kirani dengan suara lirih, badannya terasa lemas karena perutnya hanya terisi sepotong roti tadi pagi ketika bekerja di pasar.
Ya, dari pagi sampai menjelang sore Kirani bekerja di sebuah pasar besar. Bersama para pejuang keluarga yang lain, demi mendapatkan uang Kirani menawarkan jasa tenaganya membantu pengunjung pasar untuk mengangkat barang-barang, atau lebih tepatnya Kirani bekerja sebagai kuli angkut barang.
Membawa hasil yang tak seberapa akan menjadi malapetaka bagi Kirani, suami dan ibu mertuanya pasti akan menghadiahi lebam dan lukisan luka di sekujur badannya, dan karena tak mau itu terjadi Kirani mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang, yaitu menjadi penjaja cinta di warung remang-remang setiap habis pekerjaannya di pasar besar.
"Oh ... nggak masalah Sayang, istirahatlah, tapi ... itunya jangan dibawa dooong!" ucap Davin sambil menunjuk tas kulit yang tersangkut di badan Kirani.
Kirani hanya diam dan membiarkan ketika Davin menarik tas kulitnya dengan kasar, dia hanya melirik sekilas saat suaminya melonjak gembira dan berlari ke arah ibu dan kakaknya.
"Cihuuiiiyyy, kita pesta malam ini," Davin sambil membuka tas itu dan mengobrak-abrik isi di dalamnya.
Merasa tak puas karena tak mendapat apa yang dicarinya, Davin menumpahkan seluruh isi tas tersebut, Bu Uli dan Hani dengan antusias ikut mencari dan memporak porandakan isi tas milik Kirani.
Darah Davin mendidih, hanya uang recehan dan kertas-kertas lusuh yang berada di dalam tas Kinanti. Bu Uli dan Hani saling bertukar pandang, wajah mereka terlihat bengis karena marah.
"Kiraniiiiiii!"
Suara Davin menggelegar, di dalam kamarnya yang sempit Kirani bersiap-siap, dia pasrah memasang badannya, mau dihajar atau dibunuh sekali pun.
"Sini kau sialan! Aku bilang mau uang malam ini, tapi apa yang kau bawa, hah!" Davin menyeret Kirani dan mendorongnya keras, hingga istrinya itu jatuh terduduk tepat di kaki Bu Uli yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang.
"Heh mantu sialan, sudah ku bilang besok waktunya arisan, mau ditaruh mana mukaku ini kalau nggak ada uang!" pekik Bu Uli sambil menjambak rambut panjang Kirani.
"Dan aku besok mau ke salon, mau ketemu mas Feri, pokoknya aku nggak mau tahu, malam ini harus ada uang!" Hani tak mau ketinggalan, dia mengikuti jejak ibunya menjambak rambut Kirani.
"Cepat berikan uang itu sekarang! Pasti kau sembunyikan!" hardik Davin sambil menendang punggung Kirani.
"Nggak ada Bang, sumpah saya nggak dapat uang hari ini," ucap Kirani sambil menahan sakit. Tak ada tangisan atau air mata Kirani.
Plak!
Plak!
"Aku nggak mau tahu, aku mau uang malam ini juga!" hardik Hani dengan keras, dia memukul wajah Kirani dengan remot TV secara membabi buta.
"Cukup! Hentikan!"
Sedih dan terluka hati Raisa saat suami yang dicintainya meninggal dunia, ditambah lagi dengan adanya seorang bayi mungil yang ternyata anak kandung suaminya.
Tentang Farah, ibu rumah tangga muda yang terpaksa menumbalkan putrinya karena terjerat hutang rentenir.
Kayla Herdian kembali ke masa lalu dan terlahir kembali. Sebelumnya, dia ditipu oleh suaminya yang tidak setia, dituduh secara salah oleh seorang wanita simpanan, dan ditindas oleh mertuanya, yang membuat keluarganya bangkrut dan membuatnya menggila! Pada akhirnya, saat hamil sembilan bulan, dia meninggal dalam kecelakaan mobil, sementara pelakunya menjalani hidup bahagia. Kini, terlahir kembali, Kayla bertekad untuk membalas dendam, berharap semua musuhnya masuk neraka! Dia menyingkirkan pria yang tidak setia dan wanita simpanannya, membangun kembali kejayaan keluarganya sendirian, membawa Keluarga Herdian ke puncak dunia bisnis. Namun, dia tidak menyangka bahwa pria yang dingin dan tidak terjangkau di kehidupan sebelumnya akan mengambil inisiatif untuk merayunya: "Kayla, aku tidak punya kesempatan di pernikahan pertamamu, sekarang giliranku di pernikahan kedua, oke?"
Firhan Ardana, pemuda 24 tahun yang sedang berjuang meniti karier, kembali ke kota masa kecilnya untuk memulai babak baru sebagai anak magang. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah undangan reuni SMP memaksa dia bertemu kembali dengan masa lalu yang pernah membuatnya merasa kecil. Di tengah acara reuni yang tampak biasa, Firhan tak menyangka akan terjebak dalam pusaran hasrat yang membara. Ada Puspita, cinta monyet yang kini terlihat lebih memesona dengan aura misteriusnya. Lalu Meilani, sahabat Puspita yang selalu bicara blak-blakan, tapi diam-diam menyimpan daya tarik yang tak bisa diabaikan. Dan Azaliya, primadona sekolah yang kini hadir dengan pesona luar biasa, membawa aroma bahaya dan godaan tak terbantahkan. Semakin jauh Firhan melangkah, semakin sulit baginya membedakan antara cinta sejati dan nafsu yang liar. Gairah meluap dalam setiap pertemuan. Batas-batas moral perlahan kabur, membuat Firhan bertanya-tanya: apakah ia mengendalikan situasi ini, atau justru dikendalikan oleh api di dalam dirinya? "Hasrat Liar Darah Muda" bukan sekadar cerita cinta biasa. Ini adalah kisah tentang keinginan, kesalahan, dan keputusan yang membakar, di mana setiap sentuhan dan tatapan menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja. Apa jadinya ketika darah muda tak lagi mengenal batas?
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Pelan tapi pasti Wiwik pun segera kupeluk dengan lembut dan ternyata hanya diam saja. "Di mana Om.. ?" Kembali dia bertanya "Di sini.." jawabku sambil terus mempererat pelukanku kepadanya. "Ahh.. Om.. nakal..!" Perlahan-lahan dia menikmati juga kehangatan pelukanku.. bahkan membalas dengan pelukan yang tak kalah erat. Peluk dan terus peluk.. kehangatan pun terus mengalir dan kuberanikan diri untuk mencium pipinya.. lalu mencium bibirnya. Dia ternyata menerima dan membalas ciumanku dengan hangat. "Oh.. Om.." desahnya pelan.
BERISI BANYAK ADEGAN HOT! Rey pemuda berusia 20 tahunan mulai merasakan nafsu birahinya naik ketika hadirnya ibu tiri. Ayahnya menikah dengan wanita kembar yang memiliki paras yang cantik dan tubuh yang molek. Disitulah Rey mencari kesempatan agar bisa menyalurkan hasratnya. Yuk ikuti cerita lengkapnya !!