/0/19596/coverbig.jpg?v=4172502190521cf3752a4000f022e3b9)
Apakah sebuah jaji itu bisa mempertemukan dua hati yang saling dan pernah tersakiti? Dan apakah sebuah janji bisa merubah semuanya yang semula bermula dari cerita kisah yang sama? Serta mungkinkah dua hati bisa menyatu untuk saling memiliki meskipun tidak pernah ada janji dari sebuah kisah cinta yang berbeda? Entahlah . . . "Kita menikah karena sebuah perjodohan, benar begitu?" "Ya dan apa yang perlu di permasalahkan? Cinta? Lagian aku juga gak akan pernah mencintaimu juga." Rain Octaviani, seorang gadis yang masih belia dan di usia yang hampir dua puluh tahun itu telah menikah dengan seorang yang selalu bertemu dengannya dan bahkan dia tak mengetahui perjodohan yang telah dilakukan oleh kedua orangtuanya tersebut dengan seorang laki-laki yang umurnya hampir menyetuh umur tiga puluh tahun dan tentunya terlahir dari keluarga kaya raya , Dion Langit Anggara. Mereka berdua telah dijodohkan sejak kedua orangtua mereka yang telah bersahabat lama tetapi kini Rain harus menerima semua keputusan keluarganya untuk menikah dengan Dion. Padahal mereka berdua tidak saling mencintai karena beberapa kenangan dan sebuah luka lama . . . "Yaela, siapa juga yang mau jatuh cinta dengan cowok kulkas macam dirimu, kita menikah hanya sebuah syarat juga bukan dan setelah itu kita akhiri semuanya," ucap Rain sembari membersihkan make up nya. Sebelumnya mereka berdua adalah dua orang yang tak mungkin akan bersatu dalam sebuah pernikahan tetapi karena adanya perjodohan dari ke-dua keluarga besar mereka, tetapi bukan hanya perjodohan. Rain Octaviani yang dulu memiliki kekasih dengan seorang laki-laki yang begitu membuatnya jatuh hati, Dewa Geofani. Dia dengan tiba-tiba harus menikah dengan wanita lain yang Rain tidak pernah tahu jika wanita itu adalah mantan kekasih orang terdekatnya. Sementara Dion Langit Anggara, seorang dosen yang dulunya juga memiliki tambatan hati untuk nantinya akan bersatu dengannya dalam sebuah ikatan pernikahan. Tetapi, keluarganya sangat tidak menyukai dengan wanita yang tengah menjalin kisah cinta dengannya. Mampukah Rain maupun Dion menyatu dalam sebuah kisah cinta yang indah dan saling menyembuhkan? Atau mereka berdua harus bersama tanpa sebuah rasa cinta nantinya?
"Jika pertemuan itu harus datang dengan bahagia, bagaimana jika pertemuan itu harus berawal dengan sebuah tangis dan derita? Apakah kamu sanggup untuk merasakan itu?"
Apakah salah jika kita berharap pada sebuah rasa untuk menemukan arti memiliki kembali? Ataukah kita bisa membelah indah untuk meneladani kalnbu kita dalam sebuah penantian? Dan apakah kita pantas membahas untuk tetap saling berpeluk agar saling meneladani kalbumu dan kalbuku? Entahlah, tetapi aku yakin jika semua penantian panjang akan terbayar lunas dengan sebuah pertemuan nantinya, meskipun pertemuan untuk terakhir kalinya.
Seperti saat ini, lorong kampus terlihat berlalu-lalang mahasiswa dan mahasiswi serta beberapa dosen untuk menikmati makan siang yang telah menunggu mereka di kantin. Dion Langit Anggara, salah seorang dosen yang mengampu mata kuliah Sastra Indonesia di sebuah fakultas bahasa dan seni itu kini berjalan kearah kantin untuk berharap bisa menikmati secangkir kopi dan tentunya sebatang nikotin untuk mengembalikan semua mood mengajarnya kembali.
"Bu, kopi hitam satu cangkir tanpa gula ya, berapa?" Dion mengeluarkan dompet untuk membayar kopi yang dia pesan.
"Lima ribu saja pak Dion, kelihatan sangat kusut hari ini bapak," balas ibu kantin itu sembari menyiapkan kopi hitam miliknya.
Dion hanya tersenyum dan segera memberikan uang untuk pesanannya tersebut, "Ambil kembaliannya bu. Saya duduk di sebelah sana ya, terimakasih."
Dengan segera dia berjalan kearah meja dan tempat duduk yang berada tepat di sudut kantin yang terlihat kosong dan sunyi, mungkin sesunyi hatinya saat ini. Bagaimana tidak? Umurnya yang hampir menginjak tiga puluh tahun itu masih belum memiliki tambatan kekasih untuk hatinya.
Sebatang rokok telah dibakarnya, asap tipis telah dinikmatinya tanpa beban meskipun ada sedikit sebuah rasa yang telah mengganjal di hatinya. Tatapannya lurus tepat kedepan kursi yang kosong tetapi sesaat kemudian dia tersenyum simpul.
"Andaikan kamu masih mau menunggu saat itu, mungkin kita sudah saling menyatu saat ini dan selamanya. Tapi . . .,"
Ucapannya terputus karena ibu kantin telah meletakkan secangkir kopi dan kemudian deringan ponselnya memberikan notifikasi jika ada sebuah pesan.
"Dia lagi, kenapa mahasiswi macam dia selalu menggangu waktuku untuk bersantai," ucapnya sambil membalas pesan di ponselnya.
Kemudian dia kembali menikmati rokoknya dan tak lupa dia menuangkan kopinya di tempat khusus untuk mendinginkan cairan hitam itu untuk dinikmati hangat-hangat. "Kopi tanpa gula sangat nikmat, senikmat kamu yang dulu pernah berjanji untuk saling bersama,"
Lima menit kemudian, seorang mahasiswi telah berdiri di belakangnya, "Permisi pak, mohon maaf menggangu waktunya, saya . . ."
"Rain Octavia, mahasiswi akhir yang ingin revisi skripsi dengan saya. Silahkan duduk dan segera selesaikan apa yang perlu diselesaikan," ucap Deny datar.
Rain, mahasiswi akhir itu memutar bola matanya malas mendengar ucapan dosen pembimbingnya itu. Jika tidak karena tugas skripsi yang dia selesaikan, maka dia tak perlu repot-repot berurusan dengan dosen dingin macam, Dion Langit Anggara.
"Iya pak, ini yang kemarin bapak minta revisi dan sudah saya revisi semuanya. Bapak mau minum apa?" tanya Rain seramah mungkin.
Dion hanya diam dan mengoreksi berkas skripsi milik Rain, tawarannya yang seolah tak dianggap kini membuatnya untuk memonyongkan bibirnya tepat di depan Dion.
"Jangan tersingung jika aku tak menjawab tawaran dari anda, bisa lihat bukan? Sudah ada kopi hitam dan ini kenapa harus ada tanda titik dua kali dalam satu kalimat? Ini juga, kenapa teori sastra yang kemarin sudah saya berikan tidak anda jabarkan? Mau lulus cepat atau tidak anda, Rain Octavia!!" suara tegas terdengar membunuh untuk Rain.
"Tapi pak? Kemarin bukankah bapak membenarkan teori tersebut? Dan . . ." suara Rain terputus karena sorot mata tajam Deny terlihat sangat membunuhnya.
"Perbaiki lagi dan saya tunggu sampai nanti sore di cafe senja tengah kota, permisi."
Dion kini berjalan meninggalkan Rain seorang diri, entah kenapa hatinya sakit ketika melihat wajah Rain. Wajah yang selalu dia kagumi dulu, pada sosok perempuan yang berhasil mengisi hatinya tetapi dia segera menepis semua wajah yang telah menyita semua waktunya saat itu.
Rain yang melihat skripsinya dicoret begitu banyaknya hanya bisa menghela nafas berat, dia menatap punggung dosennya itu dengan tatapan benci, "Kok bisa dosen sepertia masih hidup, harusnya masuk ke museum. Dasar dosen killer."
Kini dia kembali menuju perpustakaan kampus untuk menyelesaikan skripsinya yang nanti sore dan mungkin hari ini harus mendapatkan tanda tangan dosennya tersebut untuk bisa sidang skripsi secepat mungkin. Dengan langkah yang sedikit malas kini dia memasuki perpustakaan yang terlihat hanya ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi seperti dirinya yang menyelesaikan skripsi atau hanya sekedar menikmati udara dingin di perpustakaan.
Langkahnya terhenti ketika seorang mahasiswa tengah tersenyum kearahnya, rasa lelah dan kesal yang menerjangnya tadi berubah menjadi senyuman yang begitu manis, "Bubub di sini? Sejak kapan?"
"Sejak lihat kamu duduk dengan Pak Dion tadi, gimana bae? Sudah dapat tandatangan untuk sidang skripsi?" laki-laki itu mengelus kepala Rain dengan begitu lembutnya.
"Belum, bantuin ya untuk revisi semua ini ya bububku sayangku Dewa Geofani," ujar Rain dengan begitu lembutnya.
Dewa Geofani, mahasiswa yang tengah menempuh strata dua itu hanya menggeleng dan tersenyum mendengar suara Rain yang begitu manja. Mereka berdua telah menjalin hubungan semenjak pertemuan tiga tahun silam, tiga tahun Dewa telah mampu menaklukkan hati Rain. Meskipun, banyak masalah yang selalu hadir di antara keduanya. Tetapi, Dewa yang sangat begitu sabar itu selalu mengalah dengan sifat dan sikap yang hadir di diri Rain, kekasihnya itu.
Kini mereka berdua tenggelam dalam lautan materi untuk tugas akhir yang harus Rain serahkan sore ini. Tiga jam telah mereka lewati dan habiskan untuk skirpsi dan kini waktunya Rain untuk segera menuju café yang sudah ditentukan oleh Dion, Dosen Pembimbing Skripsinya tersebut.
"Mau aku antar sayang?" tanya Dewa lembut sembari membenarkan anak rambut Rain yang terjatuh.
"Yakin? Nanti nunggu lama lho bubub, belum lagi bubub juga kan pernah ada masalah dengan pak Dion juga, malah runyam nantinya jika dia tahu aku kesayangan bubub," balas Rain bergelayut manja ke lengan Dewa.
Dewa mengangguk faham, dia tersenyum simpul mendengar jawaban kekasihnya tersebut. "Yasudah kalau gitu, hati-hati dan jangan lupa makan terus banyakin minum air putihnya juga. aku antar sampai parkiran motor ya." Dewa menggenggam jemari manis Rain.
Rain tersenyum ke arah kekasihnya tersebut dengan segera dia segera melajukan motornya ke arah café yang akan menentukan nasibnya yang berada di tangan dosen pembimbingnya itu. Setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan kini dia tengah mengedarkan pandangan keseluruh sudut café yang terlihat sangat sunyi itu.
"Tumben sekali tuh orang belum datang, mending aku siap-siap terlebih dahulu aja deh tapi pesan satu gelas es coklat panas juga segar juga sih." Rain bermonolog sendiri sembari berjalan ke arah kasir untuk memesan satu gelas es coklat.
Setelah memesan es coklat, pandangan Rain menatap dua orang yang tengah berdebat dengan begitu hebatnya. Dua orang lawan jenis yang salah satu darinya sangat dikenal oleh Rain, "Bukankah itu . . ."
Rain segera berjalan ke arah mereka berdua. Tetapi sial bagi Rain, karena sebuah tatapan mata yang mengarah ke dirinya membuat kembali ke arah tempat duduknya. Dengan segera Rain berjalan kembali ke tempat duduknya dan bersiap untuk menerima apapun resiko yang telah dilakukannya barusan.
Hatinya merasakan ketakutan yang luar biasa mengingat tatapan yang barusan dilihatnya. Tatapan yang selalu membuatnya selalu tak ingin untuk melihatnya, mungkin untuk selamanya. Tiba-tiba, seorang pria duduk tepat di depannya tanpa permisi.
"Tadi lihat dan dengar semuanya?"
Rain yang mendengar suara tersebut langsung mendongak ke arah asal suara kemudian menggeleng serta meringis untuk melarikan diri dari masalah yang tak ingin dia jalani nantinya. "Ehm tidak pak Dion, mau pesan es atau . . ."
"Tidak perlu, mana skripsimu." Pinta Dewa datar.
"B . . . baik pak." Jawab Rain gemeteran sambil memberikan tumpukan skripsinya ke Dewa.
Setelah hampir setengah jam menunggu Dion mengoreksi skripsi miliknya, hati Rain terus berdoa dan berharap untuk segera menjalani satu penantian panjang dan penantian akhir di kuliahnya tersebut, sidang skripsi. Tetapi, terlihat mimik wajah Dion yang tetap datar saat mengoreksi seluruh skripsinya tersebut, hingga . . .
"Okey sudah bagus semua dan tiga hari lagi sidang." Ucap Dion sambil membubuhkan tandatangannya sebagai konfirmasi ke skripsi Rain.
Mendengar ucapan dosennya itu yang terkenal killer dan selalu tidak meloloskan mahasiswa mahasiswi akhir untuk sidang skripsi berbanding terbalik dengan yang dialaminya saat ini membuat hati Rain berteriak senang hingga hampir memeluk tubuh Dion. Tetapi Dion langsung menepisnya . . .
"Tetapi sebelumnya ada satu hal yang aku tanyakan ke kamu ini terkait . . ." suara Dion terputus dengan tatapan ke arah mata Rain.
"Terkait apa pak? Apa ada yang salah terhadap skripsi saya atau ada yang perlu saya ganti segera? Saya siap jika harus . . ."
Jari telunjuk Dion memberikan isyarat ke arahnya untuk berhenti, "Semuanya tidak ada masalah, tetapi aku mau tanya satu hal. Apakah bisa dan boleh?"
Rain mengganguk dan segera duduk untuk bersiap menerima pertanyaan dosenya yang kali ini terlihat sangat kalem dan menggoda di matanya itu.
"Kamu percaya cinta itu ada, Rain?" tanya Dion datar.
BERISI ADEGAN HOT++ Seorang duda sekaligus seorang guru, demi menyalurkan hasratnya pak Bowo merayu murid-muridnya yang cantik dan menurutnya menggoda, untuk bisa menjadi budak seksual. Jangan lama-lama lagi. BACA SAMPAI SELESAI!!
Setelah Ibu yang mengasuhnya meninggal karena kanker payudara, Shahsya memilih berhenti sekolah dan bekerja di sebuah Cafe. Pergaulan bebas membawanya terjerumus pada seks bebas. Mudah nya mencari uang dari menjual tubuhnya telah membutakan Semua rasa. Yang ia lihat hanya uang, ia ingin menunjukkan oada dunia kalau ia bisa kaya seperti keluarga yang sudah mengadopsi nya. Sampai ia akhirnya ia bertemu dengan seorang Pria Buta yang tampan yang meminta nya menjadi istrinya.
Apa yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata CEO? Angkuh? Kejam? Arogan? Mohammad Hanif As-Siddiq berbeda! Menjadi seorang CEO di perusahaan besar seperti INANTA group tak lantas membuat dia menjadi tipikal CEO yang seperti itu. Dia agamis dan rajin beribadah. Pertemuan putrinya Aisyah dengan Ummi Aida, seorang office girl di tempat dimana dia bekerja, membuat pertunangannya dengan Soraya putri pemilik perusahaan terancam batal karena Aisyah menyukai Ummi yang mirip dengan almarhum ibunya. Dengan siapa hati Hanif akan berlabuh?
Tanpa membantah sedikit pun, aku berlutut di antara sepasang paha mulus yang tetap direnggangkan itu, sambil meletakkan moncong patokku di mulut kenikmatan Mamie yang sudah ternganga kemerahan itu. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong batang kenikmatanku. Dan …. langsung amblas semuanya …. bleeesssssssssssskkkkkk … ! Setelah Mamie dua kali melahirkan, memang aku merasa dimudahkan, karena patokku bisa langsung amblas hanya dengan sekali dorong … tanpa harus bersusah payah lagi. Mamie pun menyambut kehadiran patokku di dalam liang kewanitaannya, dengan pelukan dan bisikan, “Sam Sayang … kalau mamie belum menikah dengan Papa, pasti mamie akan merengek padamu … agar kamu mau mengawini mamie sebagai istri sahmu. “ “Jangan mikir serumit itu Mam. Meski pun kita tidak menikah, kan kita sudah diijinkan oleh Papa untuk berbuat sekehendak hati kita. Emwuaaaaah …. “ sahutku yang kuakhiri dengan ciuman hangat di bibir sensual Mamie Tercinta. Lalu aku mulai menggenjotnya dengan gerakan agak cepat, sehingga Mamie mulai menggeliat dan merintih, “Dudududuuuuuh …. Saaaam …
Shella memiliki masalah serius ketika keluarganya mencoba memaksanya untuk menikah dengan pria tua yang mengerikan. Dalam kemarahan, dia menyewa gigolo untuk berakting sebagai suaminya. Dia kira gigolo itu membutuhkan uang dan melakukan ini untuk mencari nafkah. Sedikit yang dia tahu bahwa pria tersebut tidak seperti itu. Suatu hari, dia melepas topengnya dan mengungkapkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Ini menandai awal dari cinta mereka. Pria itu menghujaninya dengan semua yang dia inginkan. Mereka bahagia. Namun, keadaan tak terduga segera menjadi ancaman bagi cinta mereka. Akankah Shella dan suaminya berhasil melewati badai? Cari tahu!
AREA DEWASA! YANG BELUM CUKUP UMUR, MINGGIR DULU YA, CARI BACAAN SESUAI UMURNYA. NEKAT BACA CERITA INI, DOSA TANGGUNG SENDIRI. Pertemuan Anne Mary yang masih berumur 18tahun dengan Marcio Lamparska, 30tahun dalam sebuah tragedi pembunuhan di Tokyo dimana Marcio sebagai pelaku pembunuhan dan Anne yang menjadi saksi matanya membuat hubungan antara Anne dan Marcio terikat dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan karena akibat dari tragedi pembunuhan tersebut, Anne yang merupakan orang terdekat dengan korban, tertuduh menjadi tersangka utama pembunuhan. Sebelum interpol menemukan dan menangkap Anne, Marcio bersama anak buahnya sudah terlebih dahulu menculik gadis itu dan membawanya ke Murcia, Spanyol, kediaman Marcio berada. Anne Mary yang memiliki otak jenius di atas rata-rata hanyalah seorang gadis muda yang sangat lugu, polos namun memiliki mulut yang tajam pedas dan kritis sedangkan Marcio yang tanpa dia sadari sudah jatuh cinta kepada gadis muda tersebut semakin membuatnya protektif menjaga dan memberikan pelatihan-pelatihan fisik pada Anne yang tentu saja semakin membangkitkan api dendam dalam diri Anne yang membara di dalam dadanya. Anne akhirnya bersedia membuka hatinya untuk menerima perasaan Marcio agar dia bisa lebih mudah untuk membunuh pria itu yang ternyata tanpa dia sadari masuk ke dalam perangkapnya sendiri, jatuh cinta pada Marcio. Bisakah Anne melupakan Touda Akira sepenuhnya, orang yang sudah menjadi korban pembunuhan Marcio, dimana Touda merupakan cinta pertama Anne yang mencintainya secara diam-diam dan melupakan balas dendamnya pada Marcio? Bagaimana dengan Iosef, tangan kanan musuh besar Marcio yang sejak pertama kali bertemu dengan Anne, memiliki perasaan tidak biasa terhadap gadis mungil itu. Iosef juga musuh yang pernah melukai Anne namun juga menyelamatkan gadis itu dari kematian. Demi menyelamatkan Marcio, Anne terpaksa ikut pergi dengan Iosef. Iosef yang lembut, perhatian, sangat posesif dan mencintai Anne dengan nyawanya. Cinta yang tulus dan abadi namun memahami jika gadis yang dia cintai tersebut masih mengukir nama Marcio di dalam hatinya. Dalam pelarian bersama Iosef, Anne tumbuh semakin kuat, tangguh dan sangat cantik mempesona. Ayunan pedangnya sangat cepat, akurat, dan sikapnya tegas, tidak segan membunuh siapapun yang menjadi tugas dalam misinya. Akankah pertemuan kembali Anne dan Marcio bisa menumbuhkan perasaan cinta dan kerinduan di antara mereka lagi atau mereka menjadi musuh yang akan saling membunuh? Ikuti terus cerita Anne Mary ini dari seorang gadis biasa yang jelek menjadi seorang gadis muda yang sangat cantik dan memukau namun sifatnya yang sangat tidak peka akan cinta membuat para pria yang terpikat padanya selalu salah paham akan sikapnya. “Ini bukan tentang cinta dan siapa yang kamu pilih, tapi kepada siapa kamu akan berkomitmen untuk memberikan hati yang kamu yakini dia bisa menjaga hatimu dengan sangat baik,” – Anne Mary. CERITA INI EXCLUSIVE HANYA ADA DI BAKISAH!