/0/19448/coverbig.jpg?v=27252d118092f1c81ce07c70f6179b22)
Sebagai mahasiswa, Nina tahu betul bagaimana sulitnya membiayai hidup di kota besar. Beasiswa memang ada, tetapi itu tidak cukup untuk menutupi biaya hidup dan keperluan lainnya. Apalagi, keinginan untuk memiliki sesuatu yang lebih dari sekadar kebutuhan dasar selalu mengintai. Inilah yang membuatnya terjerumus ke dalam dunia yang selama ini hanya ia dengar dari gosip-gosip teman.
Nina melangkah masuk ke dalam kafe mewah dengan perasaan campur aduk. Sebagai seorang mahasiswa yang tengah berjuang menyelesaikan kuliah di tengah-tengah himpitan ekonomi, keputusan untuk bertemu dengan seorang pria yang menawarkan kehidupan lebih baik terasa seperti menjual jiwanya. Namun, ia telah memikirkannya matang-matang. Kehidupan tidak semudah yang dibayangkan, dan mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk keluar dari keterpurukan.
Pria yang akan ditemuinya bukanlah sembarang orang. Namanya Andi, seorang pria mapan berusia 45 tahun yang selama ini hanya ia kenal melalui pesan singkat. Percakapan mereka di dunia maya terasa begitu realistis dan penuh janji. Andi menawarkan sesuatu yang lebih dari sekedar materi-perhatian, kenyamanan, dan rasa aman yang Nina selalu dambakan.
Nina menemukan Andi duduk di pojok kafe, mengenakan setelan jas yang rapi. Saat tatapan mereka bertemu, senyuman Andi mengembang, menyambut kedatangan Nina dengan antusiasme yang terkendali. Nina merasa gugup, tapi mencoba menutupi rasa gelisahnya dengan senyuman kecil.
"Selamat datang, Nina. Aku senang akhirnya kita bisa bertemu langsung," sapa Andi sambil berdiri dan menjabat tangan Nina dengan hangat.
"Iya, Pak Andi. Senang juga bisa bertemu," jawab Nina sambil duduk di kursi di depannya. Tangannya sedikit gemetar, tetapi ia berusaha tetap tenang.
Andi memesan dua cangkir kopi sebelum memulai percakapan yang lebih pribadi. "Kau terlihat jauh lebih cantik dari foto-foto yang kau kirimkan," ujarnya sambil mengamati Nina dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Nina tersipu, mencoba menahan rasa malu yang mulai merayapi dirinya. "Terima kasih, Pak Andi. Anda juga terlihat... lebih berkarisma daripada di foto."
Andi tertawa kecil, senyumannya membuat Nina sedikit lebih rileks. "Kau tidak perlu gugup, Nina. Aku di sini hanya untuk berbincang dan mengenalmu lebih dekat. Anggap saja kita sedang bertemu teman lama."
Mereka berbincang tentang banyak hal-kuliah Nina, kehidupan sehari-hari, hingga obrolan ringan tentang tempat-tempat yang pernah Andi kunjungi. Nina mulai merasa lebih nyaman, meski ada sedikit rasa canggung yang tak dapat ia hilangkan sepenuhnya. Setelah beberapa saat, Andi mulai membicarakan topik yang lebih serius.
"Aku tahu hubungan ini mungkin terasa aneh bagimu, Nina," Andi memulai, menatap mata Nina dengan serius. "Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku tidak akan memaksakan apa pun. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau merasa nyaman dan tahu apa yang kau inginkan dari hubungan ini."
Nina menelan ludah, mencoba menata pikirannya sebelum menjawab. "Saya mengerti, Pak Andi. Saya sudah memikirkan ini dengan baik, dan saya tahu apa yang saya inginkan. Saya hanya berharap kita bisa saling menghormati dan... tidak ada paksaan."
Andi mengangguk, terlihat puas dengan jawaban Nina. "Itulah yang aku harapkan juga, Nina. Hubungan ini harus berdasarkan rasa saling percaya dan pengertian. Aku ingin kau merasa aman dan nyaman bersamaku."
Setelah obrolan itu, Andi mengajak Nina ke sebuah hotel yang tidak jauh dari kafe. Mereka berjalan berdua, dengan Andi yang terus-menerus memastikan bahwa Nina merasa nyaman. Di dalam kamar hotel yang mewah itu, Nina merasa sedikit canggung, meski Andi terus berusaha membuatnya merasa rileks.
"Minumlah sesuatu, Nina. Aku tahu ini mungkin terasa sedikit menegangkan untukmu," ujar Andi sambil menuangkan anggur ke dalam gelas dan menyodorkannya pada Nina.
Nina mengambil gelas itu dengan tangan yang sedikit gemetar, lalu meneguk anggur itu perlahan. Rasanya sedikit pahit di mulutnya, namun ia terus minum, berharap cairan itu bisa sedikit meredakan kegugupannya. Andi duduk di sebelahnya, menyentuh tangan Nina dengan lembut.
"Aku ingin kau tahu bahwa kau sangat menarik bagiku, Nina. Aku sudah lama menantikan momen ini," bisik Andi di telinga Nina, membuat jantungnya berdebar lebih kencang.
Nina menatap Andi, mencoba membaca maksud dari perkataannya. "Saya juga, Pak Andi. Saya... ingin mencoba menjalaninya."
Andi tersenyum, lalu menarik Nina ke dalam pelukannya. Sentuhan pertama mereka terasa begitu intens, penuh dengan gairah yang selama ini terpendam. Nina bisa merasakan tubuhnya mulai merespons sentuhan Andi, meski ada sedikit keraguan yang masih membayang di benaknya.
Andi membimbing Nina menuju tempat tidur, menciuminya dengan penuh gairah. Nina mengikuti setiap gerakan Andi, meski di dalam hatinya masih ada sedikit ketakutan. Ia tahu bahwa ia telah memilih jalan ini, dan tidak ada jalan untuk kembali.
Di atas ranjang yang empuk itu, Andi mulai mengeksplorasi tubuh Nina dengan tangan-tangannya yang terampil. Ia mencium setiap inci tubuh Nina, membangkitkan sensasi yang belum pernah Nina rasakan sebelumnya. Gairah mulai menguasai Nina, mengalahkan rasa takut yang tadi menghantuinya.
Bertahan hidup di ibu kota bukan perkara mudah. Itulah yang dialami seorang gadis bernama Liana, yang harus berjuang sendirian demi menghidupi kedua adiknya di kampung. Tanpa dukungan siapa pun, dia menjalani hidup yang keras, berpindah dari satu tempat ke tempat lain karena sering diusir akibat tak mampu membayar uang sewa. Tak ada pekerjaan yang terlalu hina baginya. Apa pun yang bisa menghasilkan uang, akan dia jalani, termasuk menjadi pacar kontrak bagi pria-pria kesepian. Semua berjalan sesuai rencananya-sampai suatu hari, nasib buruk menimpanya. Seorang pria muncul dalam hidupnya, mengacaukan segalanya. Bukan hanya mengusik rutinitasnya, tetapi juga menyeretnya ke dalam situasi yang sama sekali tak pernah dia bayangkan. Arsen, pemilik kost tempatnya tinggal sekarang, bukan pria biasa. Dia bukan sekadar pemilik tempat tinggal, tapi seseorang yang membawa badai dalam hidup Liana-badai yang bisa menghancurkannya atau mungkin... menyelamatkannya.
Selina tanpa sengaja menemukan ponsel milik suaminya, Daniel, yang tertinggal di meja kerja. Rasa penasarannya membuncah, dan tangannya gemetar saat membuka layar ponsel itu. Namun, apa yang ia temukan justru menghancurkan hatinya. Di sana, tersimpan bukti pernikahan rahasia Daniel dengan wanita lain-sebuah pengkhianatan yang lebih kejam dari yang pernah ia bayangkan. Tak hanya itu, Selina juga menemukan pesan-pesan yang membahas rencana suaminya dan wanita itu untuk merebut seluruh kekayaan miliknya. Amarah membakar dada Selina. Ia menggenggam ponsel itu erat, napasnya memburu. Dulu, Daniel hanyalah pria biasa tanpa harta dan pengaruh. Ia yang telah membangun kekayaan dan memberikan kehidupan mewah untuk pria itu. Dan sekarang? Daniel berkhianat, ingin mengambil segalanya darinya. Dengan senyum dingin di bibirnya, Selina bersumpah. Ia akan mengambil kembali semua miliknya. Ia akan menghancurkan Daniel, membuatnya kembali ke titik nol-ke kehidupan miskin yang pernah ia selamatkan. Kali ini, tidak ada ampun.
Sephia terpaksa menikah dengan pria yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya-Elandro Varela, pewaris dingin dan kejam yang membenci keberadaannya. Semua bermula dari kecelakaan tragis yang membuat ibunya terluka parah, dan sebagai bentuk pertanggungjawaban, Sephia harus merawat sang wanita tanpa batas waktu yang jelas. Namun, Elandro tidak menginginkan belas kasihan atau tanggung jawab. Ia menginginkan pembalasan. Pernikahan ini bukanlah bentuk penyelesaian, melainkan hukuman. Di balik janji suci, tersembunyi perang dingin antara dua jiwa yang saling membenci. Bisakah Sephia bertahan dalam penjara emas yang diciptakan oleh pria yang tak memiliki belas kasihan itu? Ataukah ia akan hancur di bawah tekanan kebencian yang semakin mengungkungnya?
Menikahi single mom yang memiliki satu anak perempuan, membuat Steiner Limson harus bisa menyayangi dan mencintai bukan hanya wanita yang dia nikahi melainkan anak tirinya juga. Tetapi pernikahan itu rupanya tidak berjalan mulus, membuat Steiner justru jatuh cinta terhadap anak tirinya.
Hari itu adalah hari yang besar bagi Camila. Dia sudah tidak sabar untuk menikah dengan suaminya yang tampan. Sayangnya, sang suami tidak menghadiri upacara tersebut. Dengan demikian, dia menjadi bahan tertawaan di mata para tamu. Dengan penuh kemarahan, dia pergi dan tidur dengan seorang pria asing malam itu. Dia pikir itu hanya cinta satu malam. Namun yang mengejutkannya, pria itu menolak untuk melepaskannya. Dia mencoba memenangkan hatinya, seolah-olah dia sangat mencintainya. Camila tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah dia memberinya kesempatan? Atau mengabaikannya begitu saja?
Dokter juga manusia, punya rasa, punya hati juga punya birahi
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Ketika istrinya tak lagi mampu mengimbangi hasratnya yang membara, Valdi terjerumus dalam kehampaan dan kesendirian yang menyiksa. Setelah perceraian merenggut segalanya, hidupnya terasa kosong-hingga Mayang, gadis muda yang polos dan lugu, hadir dalam kehidupannya. Mayang, yang baru kehilangan ibunya-pembantu setia yang telah lama bekerja di rumah Valdi-tak pernah menduga bahwa kepolosannya akan menjadi alat bagi Valdi untuk memenuhi keinginan terpendamnya. Gadis yang masih hijau dalam dunia dewasa ini tanpa sadar masuk ke dalam permainan Valdi yang penuh tipu daya. Bisakah Mayang, dengan keluguannya, bertahan dari manipulasi pria yang jauh lebih berpengalaman? Ataukah ia akan terjerat dalam permainan berbahaya yang berada di luar kendalinya?