/0/16836/coverbig.jpg?v=e07f203525618a6f8d7e40b58e3f2b5b)
Single Parent yang menghidupi seorang anak, orang tua dan adiknya. Perasaannya campur aduk saat berada di lingkungan rumah dan lingkungan kerjaan. Menghadapi permasalahan yang sama membuat dirinya kerap emosi kepada orang-orang di sekitarnya. Gita namanya, seorang janda yang meninggalkan sang suami karena lelaki itu telah memiliki istri tanpa diketahui dirinya. Terkadang hidup memang tidak membuatnya beruntung. Namun, meskipun begitu Gita sama sekali tidak merutuki kehidupannya. Ia malah selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya sekarang. Jodoh? Tidak ada yang bisa menebak dengan siapa Gita akan bersanding, sama halnya dengan dirinya. Ia pun tidak tau siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Untuk sekarang Gita hanya memikirkan anak dan keluarga cemaranya. Ikuti kisah Gita di sini ...
"Kerja yang benar itu, Gita! Jangan seenak jidatmu aja kalau kerja!" bentak seorang lelaki paruh baya yang pantas di sebut bapak oleh wanita yang ia bentak.
"Iya, pak!" jawab tegas si wanita yang baru saja di bentak.
"Itu ngetik gak boleh pake lama! Ingat, dalam waktu 2 jam semua harus kelar! Kerja kayak gini aja gak bisa, katanya lulusan S1. Malah kayak gini modelannya!"
Lelaki tua itu meninggalkannya dengan kalimat pedas bersama rekan kerjanya, ia pergi dengan perasaan jengkel.
"Aaaargh! Apa lagi coba yang harus di benerin! Ini tuh udah aku cek semuanya, gak ada yang salah!" kesal si wanita itu.
"Sabar, Gita. Emang si bos itu begitu, pasti dia lagi stres makanya kita semua kena imbas." ucap si gadis beramput sebahu itu untuk menenangkan Gita- wanita yang baru saja di bentak.
"Gak gini juga lah! Gila aja, dari pagi loh aku ngetik gak selesai-selesai. Cuman gara-gara satu proposal ini doang! Dan kamu tahu tadi dia bilang apa? Dalam waktu 2 jam harus kelar, gila aja aku!" Gita menyandarkan tubuhnya dengan kasar ke sandaran kursinya, ia memejamkan matannya sejenak.
Semua teman-teman Gita hanya memberikan elusan lembut di pundak.
"Kalau bukan karena butuh uang dan kerjaan, gak bakal aku ngelamar kerja di sini. Punya atasan gak ada otak! Stres sama siapa, lampiasinnya ke siapa!" kesal Gita denga mata yang masih terpejam.
Lalu beberapa menit kemudian, ia membuka matanya dan melanjutkan pekerjaan yang membuat kepalanya ingin pecah.
"Semangat, Gita!" semua rekan kerjanya memberikan semangat dengan senyuman hangat. Hal itu membuat Gita terharu.
Ia mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban, lalu ia kembali fokus dengan berkas yang di tangannya.
2 jam kemudian ...
Tok ... Tok ...
"Masuk!" jawaban tegas dari dalam membuat Gita jengkel dan dongkol. Ingin ia menendang pintu saat masuk. Namun, ia urungkan karena mengingat jika melakukan hal bodoh, maka ladang uangnya akan hilang.
"Permisi, pak. Ini berkasnya." Gita berkata dengan tegas saat dirinya telah berada di dekat sang bos. Lalu ia menyerahkan berkas yang sedari tadi membuatnya muak.
Bosnya yang berkepala botak segera mengecek semua pekerjaan Gita, dengan was-was Gita memperhatikan raut wajah bosnya tersebut.
"Mmm ..." gumam si bos yang membuat Gita menarik napas panjang.
"Masih salah! Gita, kalau kau gak bisa kerja dengan baik di sini, lebih baik kau keluar dari sini!" bentak si pria botak itu dan ia menatap tajam Gita.
Mendapat perkataan dan bentakkan seperti itu, Gita terkejut hingga dirinya berjingkrak.
"Maaf, pak. Tapi, saya salah apa lagi yah? Itu saya sudah cek berulang kali, saya juga sampai minta pendapat teman-teman yang lain, tapi mereka bilang gak ada yang salah. Ini gimana yah, pak?" Gita bertanya dengan wajah yang masih dibuat santai, tapi hatinya dongkol.
"Kalau saya bilang masih salah yah salah. Kau kalau gak niat kerja, berhenti dari sini sekarang dan kamu keluar dari sini!" tegasnya lagi yang membuat Gita darah tinggi, tanpa pamit dirinya segera keluar dari ruangan sang bos. Ia pun sedikit membanting pintu tersebut.
"Gak ada sopannya. Atitude kosong, lulusan S1 seperti ini bentukkannya! Hei, Gita, saya tunggu surat pengunduran diri kau!" teriak si bos dari dalam.
Mata Gita memanas, "Bos sih bos, tapi kalau kayak gini kelakuannya. Udah gak betah aku! Lama-lama mental down kalau kayak gini!" Gerutu Gita.
Ia meninggalkan pekarangan ruangan sang bos menuju ruangannya, tanpa basa-basi ia meraih tasnya dan meninggalkan sesama rekan kerjanya tanpa pamit.
"Loh, Git? Kau mau kemana?" teriak seorang temannya Gita dan Gita tidak menggubrisnya. Ia justru semakin kencang berjalan. Hingga akhrinya ia sampai di parkiran motor dan menaiki sepeda motor tersebut dengan ekspresi jengkel.
Segera ia menstater dan meninggalkan pekarangan kantor yang menjadi tempatnya untuk mencari cuan.
...
Di rumah Gita ...
"Capeknya!" kesal Gita yang baru saja pulang dari tempatnya bekerja, ia duduk di salah satu kursi kayu di rumahnya.
"Ngeluh aja terus. Sabar, kalau capek karena kerja itu wajar, Git. Kamu itu kebanyakan ngeluhnya!" ucap seorang wanita yang berumur 50 tahun-an.
"Ngeluh, tapi aku kan selalu kerja. Gak pernah gak kerja, kan?" Gita menatap sekilas sang mama dengan kesal yang masih menatapnya.
Sang mama menggeleng pelan melihat tingkah putri tunggalnya.
"Jangan kebanyakan ngeluh, banyak berdoa. Biar kamu itu kuat kerja. Baru kerja segitu aja kok ngeluh, mama aja yang kerja dari umur 12 tahun gak pernah ngeluh."
Gita melihat sang mama yang tengah pergi meninggalkannya sendiri di ruang tamu menuju dapur. Hatinya jengkel bukan kepalang.
Gadis berambut sepunggung itu membuang napas kasar sambil matanya memanas.
Beberapa menit kemudian sang mama kembali dengan membawa segelas teh.
"Minum, biar segar tuh badan." ucap sang mama yang ikut duduk di dekatnya.
Gita meraih gelas yang berisi teh itu dan segera meminumnya sedikit, lalu ia menaruh kembali gelas tersebut di atas meja.
"Chandra kemana, ma?" Gita menatap setiap sudut ruangan.
"Anak kamu itu sudah gak bisa di bilangin, tuh lagi main sama anak-anak lainnya." ucap Tatin-mama Gita.
"Coba mama bilangin itu anak, masa setiap kali aku pulang kerja, Chandra selalu gak ada di rumah kayak gini!" ucap Gita jengkel dan langsung berdiri lalu mencari keberadaan sang anak di luar rumah.
Tatin menggeleng pelan melihat Gita, ia lalu kembali ke dapur.
Beberapa menit kemudian...
"Kamu itu jangan main jauh-jauh, Chandra! Kalau kamu kenapa-napa emang ada yang mau nolongin!" Gita berjalan kembali ke pekarangan rumahnya sambil marah-marah, ia tengah memukul tangan sang anak dan ia juga menggandeng kasar Chandra yang tengah menangis histeris.
Tatin yang tengah berada di dapur seketika setengah berlari keluar, ia terkejut kala melihat Gita tengah membawa Chandra yang sedang menangis kencang.
"Yah ampun, Git! Kamu kalau sama anak gak boleh kasar begitu! Dia masih kecil loh ini! Aduh!" Tatin segera mengambil alih sang cucu, lalu dirinya menggendong Chandra yang berusia 3 tahun itu.
"Aku capek, ma. Baru pulang kerja nyariin dia, gak taunya dia manjat-manjat di pagar pak guru itu. Malah pagarnya dari bambu, itu kalau kakinya ketusuk bambu gimana coba?" Gita kesal sekaligus jengkel dan ia kembali duduk di kursi kayu itu dengan mata melotot ke arah sang anak.
Chandra sesenggukan karena ia baru saja berhasil di tenangkan oleh sang oma.
"Itu resiko kamu, Gita. Kamu kalau capek kerja, emosi. Jangan kamu lampiasin ke anak! Ini anak masih kecil, Gita. Masih rentan tulangnya! Mama dulu gak kayak kamu loh." Tatin menatap sang anak dengan kesal, lalu kembali menghapus air mata Chandra yang terus keluar.
Gita menatap sang mama dengan jengkel, "Itu mama, bukan aku. Aku bukan mama yang selalu bisa sabar! Aku ini capek kerja. Maunya istirahat sebentar aja, tapi setiap kali pulang, selalu aja ada kejadian kayak gini."
"Kalau kamu gak mau kayak gini, gak usah punya suami waktu dulu dan gak usah punya anak! Heran, lagian dulu mama kerja selalu bisa sabar. Kamu tau kan mama 8 bersaudara, mama anak perempuan pertama-"
"Yang selalu ngurusin adek-adeknya waktu kecil, tanpa bantuan orang tua. Aku tau itu, tapi tetep aku bukan mama! Aku Gita bukan mama Tatin!" sela Gita yang kesal lalu ia menatap Chandra.
...
BERSAMBUNG
Memiliki kebiasaan memprovokasi, memfitnah, berkata buruk dan memaki sesama adalah hal yang tidak di benarkan dalam agama maupun dalam hukum. Entah itu benar atau tidak, yang jelas hal tersebut sangat merugikan kebanyakan orang. Seorang gadis muda berusia 23 tahun yang gemar memfitnah dan berbuat sesuka hatinya, selalu membuat orang-orang di sekitarnya sakit hati. Ticha seorang anak dari 2 bersaudara memiliki sifat yang lebih buruk daripada seekor keledai, bahkan dirinya mampu membuat orang-orang percaya dengan perkataanya. Bagaimana kisah selanjutnya? Simak di sini ...
Rani kehilangan sosok 2 orang kesayangannya dari masa lalunya, ia sedih tapi ia tetap menjalani kesehariannya seperti kebanyakan orang. Tanpa ia tau ia berada dalam lingkup dari salah seorang masa lalunya. Kisah kehidupan Rani yang dulu hambar kini terasa nikmat, satu persatu orang dari masa lalunya telah kembali. Ikuti kisahnya di sini ...
Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?
Tinggal di sebuah kampung pedesaan di daerah Cianjur, JawaBarat. Membuat dia masih polos karena jarang bergaul dengan teman sebayanya, dari sebelum menikah sampai sekarang sudah menikah mempunyai seorang suami pun Sita masih tidak suka bergaul dan bersosialisasi dengan teman atau ibu-ibu di kampungnya. Sita keluar rumah hanya sebatas belanja, ataupun mengikuti kajian di Madrasah dekat rumahnya setiap hari Jum'at dan Minggu. Dia menikahpun hasil dari perjodohan kedua orangtuanya. Akibat kepolosannya itu, suaminya Danu sering mengeluhkan sikap istrinya itu yang pasif ketika berhubungan badan dengannya. Namun Sita tidak tahu harus bagaimana karena memang dia sangat amat teramat polos, mengenai pergaulan anak muda zaman sekarang saja dia tidak tahu menahu, apalagi tentang masalah sex yang di kehidupannya tidak pernah diajarkan sex education. Mungkin itu juga penyebab Sita dan Danu belum dikaruniai seorang anak, karena tidak menikmati sex.
Keseruan tiada banding. Banyak kejutan yang bisa jadi belum pernah ditemukan dalam cerita lain sebelumnya.
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?
Warning 21+ Harap bijak memilih bacaan. Mengandung adegan dewasa! Bermula dari kebiasaan bergonta-ganti wanita setiap malam, pemilik nama lengkap Rafael Aditya Syahreza menjerat seorang gadis yang tak sengaja menjadi pemuas ranjangnya malam itu. Gadis itu bernama Vanessa dan merupakan kekasih Adrian, adik kandungnya. Seperti mendapat keberuntungan, Rafael menggunakan segala cara untuk memiliki Vanessa. Selain untuk mengejar kepuasan, ia juga berniat membalaskan dendam. Mampukah Rafael membuat Vanessa jatuh ke dalam pelukannya dan membalas rasa sakit hati di masa lalu? Dan apakah Adrian akan diam saja saat miliknya direbut oleh sang kakak? Bagaimana perasaan Vanessa mengetahui jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh Rafael untuk balas dendam semata? Dan apakah yang akan Vanessa lakukan ketika Rafael menjelaskan semuanya?
Untuk membayar hutang, dia menggantikan pengantin wanita dan menikahi pria itu, iblis yang ditakuti dan dihormati semua orang. Sang wanita putus asa dan kehabisan pilihan. Sang pria kejam dan tidak sabaran. Pria itu mencicipi manisnya sang wanita, dan secara bertahap tunduk pada nafsu adiktif. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah tidak dapat melepaskan diri dari wanita tersebut. Nafsu memicu kisah mereka, tetapi bagaimana cinta bersyarat ini akan berlanjut?